Bagian Pertama
ARTI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
MANTIQ (LOGIKA)
A. Arti Logika
Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “Logos”
yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya
adalah Mantiq, kata arab yang di ambil dari kata Nataqa yang
berarti berkata atau berucap.
Dalam buku Logiq and Lenguage of Education,
mantiq disebut sebagi “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode
berfikir benar. Sedangkan dalam ilmu munjid disebut sebagai “hokum yang
memelihara hati dari kesalahan dalam berfikir”.
“Logika
adalah ilmu yang mempelajari metode dan hokum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.”
B. Sejarah
Perkembangan Logika
Ilmu mantiq atau logika berasal dari Yunani, yang guru
utamanya adalah Aristoteles. Penduduk Yunani memiliki kecerdasan otak yang
tinggi. Dengan kecerdasan mereka lahirlah kelompok sofsathah (semacam
debat kusir yang inginya menang sendiri dan mengalahkan lawan) tetapi
berpengaruh secara negatif. Kelompok ini dengan ketangkasan debat yang mereka
miliki menghujat dan malah merusak system social, agama dan moral dengan cara,
mengungkap pernyataan-pernyataan yang kelihatanya benar, tetapi membuat
penyesatan-penyesatan pemikiran dan moral.
Di antara pernyataan-pernyataan mereka adalah:
Kebaikan adalah apa yang anda pandang baik.
Keburukan adalah apa yang anda pandang buruk.
Apa yang di yakini benar oleh seseorang, itulah yang benar buat dia.
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, itulah yang salah buat dia.
Mereka membuang semua standar nilai dan norma moral,
baik untuk kebaikan kebenaran maupun untuk keburukan dan kesalahan. Oleh karena
itu, setiap orang berhak menentukan
standar nilai kebaikan dan kebenaran atau standar nilai keburukan dan kesalahan
untuk dirinya sendiri, meskipun bertentangan dengan orang lain.
Aristoteles (384-322 SM) berusaha mengalahkan mereka
secara ilmiyah dengan pernyataan-pernyataan logis yang briliyan. Keberhasilanya
menyusun teknik berfikir sistematis dan benar sekaligus hokum-hukumnya, telah
mengangkatnya menjadi Guru Pertama logika di dunia sampai ke masa ini. Julukan
itu memang tepat karena tidak ada orang yang mendahuluinya dalam upaya menyusun
teknik berfikir benar dengan kesimpulan yang benar seperti yang di hasilkanya
itu. Dengan kata lain, keberhasilanya itu murni dari upaya pikiranya sendiri.
Karya Aristoteles itu sangat di kagumi pada masanya
dan masa sesudahnya sehingga logika dipelajari disetiap perguruan. Plato
(427-347 SM), murid Aristoteles, hanya menambahnya sedikit. Immanuel Kant
(1724-1804 SM) pemikir terbesar bangsa Jerman, menyatakan bahwa logika yang
diciptakan Aristoteles itu tidak bisa ditambah lagi walau sedikit karena sudah
cukup sempurna.
Pada awal abad ke-7 berkembanglah agama Islam di
Jazirah Arab dan pada abad ke-8, agama ini telah dipeluk secara meluas, ke
barat sampai perbatasan Pyrences dank e timur sampai ke Thian Shan. Pusat-pusat
ilmu pada waktu itu adalah yang paling maju. Baghdad dibelahan Timur dan
Cordova dibelahan barat. Di zaman kekuasaan khalifah dynasty Abbasiyah,
demikian banyaknya karya-karya ilmiyah Yunani dan lain-lainya diterjemaahkan ke
dalam bahasa Arab, sehingga ada satu masa dalam sejarah Islam yang dijuluki dengan
Abad Terjemahan. Logika, karya Aristoteles, juga diterjemahkan dan diberi nama
‘Ilm al-Mantiq’.
Kemudian menyusullah zaman kemunduran di bidang mantiq
karena dianggap terlalu memuja akal. Di antara ulama-ulama besar
Islam,Muhyiddin al-Nawawi, Ibn Shalah, Taqiyuddin Ibn Taimiyah, mengharamkan
mempelajari ilmu mantiq dengan tuduhan akan menjadi zindiq, ilhad dan kufur.
Pengaruh mereka ini telah menyebabkan banyak ulama tidak memperkenankan Ilmu
Mantiq di ajarkan di lembaga-lembaga pendidikan yang mereka asuh.
Namun demikian, beberapa orang ulama besar masih tetap
mempertahankan Ilmu Mantiq suatu ilmu yang harus di pelajari, tetapi terbatas
pada maksud menggunakanya sebagai
penunjang bagi Ilmu Tauhid (theology) saja.
Selain di Arab dan Yunani, ternyata Eropa juga
menggali Ilmu Logika setelah abad ke 13 dan 14. Berbagai ilmu yana disalin dan
di terjemahkan ilmuan-ilmuan muslim ke dalam bahasa Arab diterjemahkan mereka
kembali ke dalam bahasa Latin, kemudian ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Di bidang
Logika mereka menggelari al-Farabi sebagai Guru kedua dan Ibn Sina sebagai Guru
ketiga.
Di Indonesia, Ilmu Mantiq pada mulanya di pelajari
secara terbatas di perburuan-perguruan agam dan pesantren. Ilmu ini, kemudian,
semakin mendapat perhatian berkat semangat positif gerakn pembaharuan. Tetapi,
meskipun pakar mantiq mungkin banyak di Indonesia, ternyata buku-buku mantiq
atau logika yang mereka susun dalam bahasa Indonesia masih amat sedikit.
Sementara itu, mereka mengakui signifikasi dan peranan Ilmu Mantiq atau logika
itu bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan peningkatan daya fikir untuk
memperoleh kesimpulan yang benar pada khususnya.
Bagian Kedua
ASAS-ASAS PEMIKIRAN, CARA
MENDAPATKAN KEBENARAN, DAN PEMBAGIAN LOGIKA
A.
ASAS-ASAS PEMIKIRAN
Asas adalah pangkal atau asal dari mana
sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka “Asas Pemikiran” adalah pengetahuan di
mana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Asas bagi kelurusan berpikir
mutlak, ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat
dibedakan menjadi :
1. Asas identitas
(principiumidentitatis = qanun zatiyah).
Ia adalah dasar dari semua pikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain.
Prinsip ini mengatakan sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Bila
diberi perumusan akan berbunyi : “Bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.
2. Asas kontradiksi
(principiumcontradiktoris = qanun tanaqud).
Prinsip
ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan
pengakuannya. Sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut dalam asas
identitas. Dengan kata lain : dua kenyataan yang kontradiktiris tidak mungkin
bersama-sama secara simultan. Jika dirumuskan akan menjadi “Tidak ada proposisi
yang sekaligus benar dan salah”.
3. Asas penolakan
kemungkinan ketiga (principium exlusi tertii = qanun imtina’)
Asas ini
menyatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenaranya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan
pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu di samping tidak mungkin
benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Jika di rumuskan
berbunyi “suatu proposisi selalu dalam
keadaan benar atau salah “.
B.
CARA MENDAPATKAN KEBENARAN
Ada
dua cara untuk mendapatkan kebenaran yaitu : melalui metode induksi dan metode
deduksi .
1. Induksi adalah cara
berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat individual.
Penalaran ini dimulai dari
kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum. Seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
mas dipanaskan memuai
Jadi : semua logam jika dipanaskan memuai
Cara
penalaran ini mempunyai dua keuntungan. Pertama, kita dapat berpikir secara
ekonomis. Kita bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih umum tidak sekedar kasus
yang menjadi dasar pemikiran kita. Kedua, pernyataan yang dihasilkan melalui
pemikiran induksi tadi memungkinkan proses penalaran selanjutnya, baik secara
induktif maupun secara deduktif.
2. Deduksi adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan
dari penalaran induksi. Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang
bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Seperti :
Semua logam bila dipanaskan, memuai
Tembaga adalah logam
Jadi, tembaga bila dipanaskan, memuai.
Dengan
penalaran deduktif kita mendapat pengetahuan yang terpercaya, meskipun
pengetahuan ini kita dapatkan tidak melalui penelitian lebih dahulu.
C.
PEMBAGIAN LOGIKA
Dilihat dari segi kualitasnya logika natiralis (mantiq
Al-fikri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia.
Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari
tingkatan pengatahuannya. Logika artifialis atau logika ilmiah (matiq Al- suri)
yang bertugas membantu mantiq Al-fitri. Mantiq ini memperhalus , mempertajam
serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti,
efisien, mudah dan aman.
Dilihat dari metodenya logika tradisional (mantiq Al-
Qodim) dan logika modern (mantiq Al- Hadits).
1. Logika Tradisional
adalah logika Aristoteles dan logika daripada logokus yang lebih, tetapi masih
mengikuti system loigika aristoteles.
2. Logika Modern tumbuh
dan dimulai dari abad XIII, mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode baru
yang berlainan dengan system logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak
Raymundus lulus manemukan metode baru logika
yang disebut Ars magna.
Jika dilihat dari obyeknya
logika formal (mantiq As-suwari) dan logika material (mantiq Al- Maddi).
Cara
berpikir Induktif dipergunakan dalam logika material, yang mempelajari
dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan
logika formal dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris.
Bagian Ketiga
K A T A
- Pengertian kata
Kata-kata mempunyai
beberapa pengertian yaitu:
1. Positif,
Negatif, dan Pripatif
Sesutu
kata mempunyai pengertian positif apabila mengandung penegasan adanya sesuatu,
seperti: gemuk (adanya daging), kaya (adanya harta benda), pandai (adanya
ilmu), terang (adanya sinar).
Suatu
kata mempunyai pengertian privatif apabila mengandung makna tidak adanya sesuatu,
seperti: kurus (tidak adanya daging), bodoh (tidak adanya ilmu), miskin (tidak
adanya harta).
Penggunaan
serupa adalah tidak benar, karena tidak gemuk berarti dikecualikan dari sifat
gemuk tapi bisa juga belum sampai ketingkat kurus. Tidak pandai berarti
seseorang itu tidak termasuk didalam kelompok orang-orang pandai tapi bisa juga
bukan orang yang bodoh.
2. Universal,
Partikular, Singular dan kolektif
Suatu
kata mempunyai pengertian universal apabila ia mengikat keseluruhan bawahannya
tanpa terkecuali, seperti: rumah, hewan, tumbuhan, kursi, manusia dan
sebagainya.
Suatu
kata mempunyai pengertian partikular apabila ia mengikat bawahan yang banyak,
tapi tidak mencangkup keseluruhan anggota yang diikatnya. Yang mempunyai
pengertian partikular seperti: sebagian manusia, beberapa manusia, ada manusia,
tidak semua manusia, sebagian besar manusia. [1]
Kata
yang mempunyai pengertian singular dapat dibedakan menjadi:
a. Nama unik,
yaitu nama yang memberikan identitas berikut keterangan atau penjelasan objek,
Misalnya: presiden Indonesia yang kedua, sungai terpanjang didunia.
b. Nama diri
yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan identifikasi,
seperti: Hasan, Fatimah, Kusen, Himalaya, Sahid Hotel, Taman Mini Indonesia
Indah
Kata
yang mempunyai pengertian kolektif adalah keseluruhan yang terikat, bukan
individunya. Bila kita mengatakan “bangsa jerman rajin” ini berarti tidak semua
orang jerman itu rajin. Dalam pernyataan “bangsa jerman” mempunyai pengertian
kolektif, sedangkan pernyataan kedua mempunyai pengertian universal.
3. Konkrit dan
Abstrak
Suatu
kata mempunyai pengertian konkret apabila ia menunjuk kepada suatu benda, orang
atau apa saja yang mempunyai eksistensi tertentu seperti: buku, kursi, rumah,
kuda, hasan.
Suatu
kata mempunyai pengertian apabila ia menunjuk kepada sifat, keadaan, kegiatan
yang dilepas dari objek tertentu seperti: kesehatan, kebodohan, kekayaan,
kepandaian.
Dibawah
ini kata-kata itu yang bermakna abstrak:
Kekayaan
dapat membuat orang lupa terhadap tuhan
Kenakalan
adalah sifat yang perlu mendapatkan perhatian
Kesempurnaan
adalah tanda kesungguhan
Sedangkan
pada pernyataan-pernyataan berikut, kata-kata itu menjadi konkrit:
Kebaikan
tuan kemarin tidak mungkin terlupakan
Kenakalan
adikku membingungkan ibu
Kesempurnaan
lukisan ini mengagumkan banyak pengunjung[2]
4. Mutlak dan
Relatif
Suatu
kata mempunyai pengertian mutlak apabila ia dapat dipahami dengan sendirinya
tanpa membutuhkan hubungan dengan benda lain seperti: buku, rumah, kuda.
Ia
mempunyai pengertian relatif apabila tidak dapat dipahami dengan sendirinya,
tetapi harus selalu ada hubungannya dengan benda lain, seperti: ayah pemimpin,
suami, kakak, kakek.
5. Univok,
Equivok dan Analog
Analok
adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas tidak membingungkan, seperti: pulpen,pensil,botol
dan sebagainya.
Equivok
adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti: bunga, bulan, buku.
Bunga bisa bermakna tanaman bisa juga bermakna tambahan nilai dari sejumlah
uang.
Analog
adalah kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda dengan makna
aslinya tetapi masih mempunyai persamaan juga.
6. Bermakna dan
Tak Bermakna
Setiap
kata yang mempunyai konotasi dan denotasi disebut kata yang mempunyai makna.
Sebagian lain adalah kata yang tidak mempunyai denotasi yaitu tidak mempunyai
cakupan, seperti: Kuda semberani, Nyai Roro Kidul, Gunung emas dan semu nama
dalam mitologi dan dongeng.
Kata yang tidak mempunyai
denotasi disebut kata tak-bermakna.
Kita
harus berhati-hati bahwa tidak semua nama yang tidak dapat diobservasi secara
indrawi adalah kata yang tak bermakna. Kata seperti: Malaikat, iblis, surga,
neraka, jin adalah dapat dimengerti dan ada dalam kenyataan, meskipun berbeda
dengan kenyataan bagaimana kambing dan kerbau hidup. [3]
- Kata Sebagai Predikat
Kata
atau susunan kata berfungsi sebagai subjek atau prediket tersebut, sebagai
prediket dapat dibedakan menjadi:
1. Genus
(jenis, jins)
2. Differentia
(sifat pembeda, fasl)
3. Spesia
(kelas, nau’)
4. Propria
(sifat khusus, al-khassah)
5. Accidentia
(sifat umum, al’arad)
- Konotasi dan Denotasi
a. konotasi
Makna
konotasi adalah makna kiasan, yaitu makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
sosial, sikap pribadi, dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual. Jadi, makna makna konotasi adalah makna kiasan atau makna dibalik
sebenarnya.
b. Denotasi
denotasi
adalah makna yang sebenarnya (makna secara eksplisit). Makna wajar (sebenarnya)
ini adalah makna yang sesuai kondisi yang apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.[4]
Bagian Keempat
DEFINISI
A.
Definisi dan Unsur-Unsurnya
Definisi berasal
dari kata latin yaitu definire yang berarti
menandai batas-batas pada sesuatu , menentukan batas, memberi ketentuan
atau batasan arti. Jadi, definisi dapat diartikan penjelasan apa yang
dimaksudkan dengan sesuatu term, atau dengan kata lain definisi adalah sebuah
pernyataan yang memuat penjelasan arti suatu term.
Mendefinisikan
adalah sekelompok karakteristik suatu kata sehingga kita dapat mengetahui
pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjuk objek yang lain
pula.
Unsur definisi
ada dua, yang pertama yaitu bagian
pangkal yang disebut definiendum yang berisi istilah yang harus diberi
penjelasan, dan yang kedua yaitu bagian pembatas yang disebut definiens yang
berisi uraian yang mengenai arti dari bagian pangkal.
Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada
lima, yaitu:
a. Sebuah definisi harus
menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang akan didefinisikan, yakni menunjukkan
pengertian umum (genus) yang meliputinya beserta ciri pembedanya yang penting. Contoh : Manusia adalah makhluk
berakal. Makhluk adalah genusnya, dan berakal ciri pembeda dengan makhluk
lannya.
b. Sebuah harus merupakan
suatu kesetaraan arti dengan hal yang didefinikan, maksudnya tidak terlalu luas
dan terlalu sempit.
c. Sebuah definisi arus
menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan, artinya definisi
tidak boleh berputar-putar memuat secara langsung atau tidak langsung langsung
subjek yang didefinisikan.
d. Sebuah definisi
sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif, yakni tidak
boleh dinyatakn secara negatif jika dapat dinyatakan dengan kata-kata yang
positif.
e. Sebuah definisi harus
dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau
bahasa kiasan, karena yang dimaksud membuat definisi adalah memberi penjelasan
serta menghilangkan makna ganda.
B.
Patokan Membuat Definisi
Agar pembuatan
definisi terhindar dari kekeliruan perlu kita perhatikan patokan berikut :
a. Definisi tidak boleh
lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
Definisi yang terlalu luas,
misalnya :
-
merpati adalah burung yang dapat terbang cepat.
(banyak
burung yang dapat terbang selain merpati).
Definisi
yang terlalu sempit, misalnya :
- kursi adalah tempat
duduk yang dibuat dari kayu bersandaran, dan berkaki.
(banyak
juga kursi yang tidak terbuat dari kayu).
b. Definisi tidak boleh
menggunakan kata yang didefinisikan.
Definisi
yang melanggar patokan ini disebut definisi sirkuler, berputat atau tautologi,
atau tahsilul hasil seperti :
-
Wajib adalah perbuatan yang harus dikerjakan setiap
orang.
Perlu kita ketahui bahwa
tidak semua pengulangan melanggar patokan ini. Pengulangan dibawah ini
diperbolehkan.
-
Amalan wajib adalah perbuatan yang diberi pahala bila
dikerjakan dan diberi siksa bila ditinggalkan.
c. Definisi tidak boleh
memakai penjelasan yang justru membingungkan.
Defnisi yang melanggar patokan ini disebut definisi obscurum per
obscirius artinya menjelaskan sesuatu dengan krterangan yang justru lebih tidak
jelas.
Definisi yang menggunakan
bahasa plastik seperti :
- Sejarah adalah samudra
pengalaman yang selalu bergolombang tiada putus-putusnya.
Definisi
yang hanya dimengerti oleh para ahli misalnya definisi Herbert Spencer tentang
revolusi yang bibatasinya dengan:
- Perubahan
terus-menerus dari homogenitas yang tidak menentu dan serasi dalam susunan dan
kegiatan melalui difirensiasi dan integrasi sambung menyambung.
d. Definisi tidak boleh
menggunakan bentuk negatif misalnya:
-Benar adalah sesuatu yang
tidak salah.
-Indah
adalah sesuatu yang tidak jelek.
Hanya keadaan yang tidak
mungkin dihindari bentuk negatif diperbolehkan, seperti:
-
Orang buta adalah orang yang indera penglihatannya
tidak berfungsi.
C. Macam-macam definisi
Secara garis
besar definisi dubedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a.
Definisi Nominalis
Definisi ini
menjelaskan sebuah kata dengan kata lain umum dimengerti. Definisi ini terbagi
atas enam macam, yaitu :
1. Definisi sinonim
2. Definisi simbolis
3. Definisi etimologis
4.
Definisi semantis
5.
Definisi stimulatif
6.
Definisi denotatif
b. Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang
hal yang ditandai oleh sesuatu term. Definisi ini terbagi dua macam, yaitu :
1.
Definisi esensial
2.
Definisi deskriftif
c. Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang
sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuannya yang sederhana. Definisi
ini terbagi atas dua macam, yaitu :
1.
Definisi operasional
2.
Definisi persuasif
3.
Definisi fungsional
Bagian Kelima
KLASIFIKASI
A. Pengertian
Klasifikasi
adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda
spesiesnya. para ilmuan membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan besar, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu
kealaman dan ilmu-ilmu humaniora.
manusia primitif
mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan tidak berbisa, membedakan
antara tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa
dimakan.
Ada dua macam
cara membuat klasifikasi, pertama dengan pembagian
dan kedua dengan penggolongan.
1. Pembagian
Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu
jenis kepada spesia yang dicakupnya. jika definisi merupakan analisis konotasi
maka pembagian merupakan analisis denotasi. jadi pembagian merupakan penjelasan
yang lengkap mengenai sauatu genera kepada spesiesnya.
Pembagian logika
atas jenis dan spesia suatu benda adalah tidak mutlak,. manusia adalah spesia
bila dilihat dari jurusan binatang ; tetapi bila dilihat dari ras
bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis. ras adalah spesia, tetapi bila dilihat
dari bangsa-bangsa yang tercakup didalamnya, maka ia menjadi jenis. demikian
juga bangsa, ia adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang
dicakupnya maka ia menjadi jenis.
agar didapat spesia yang benar, maka dalam
pembagian perlu diperhatikan patokan berikut :
a. Pembagian harus di
dasarkan pada atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh.
spesiesnya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. misalnya kita
hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan
tertentu dari sifat generanya, yakni sisi yang membentuknya. kita akan
mendapatkan pembagian berikut: segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam,
segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima sisi), (enam sisi).
Pembagian yang
berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang
dalam bahasa latin disebut fundamentum
divisionis. syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan
spesia yang langsung dibawah generanya
jika tidak demikian kita akan mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada
spesia diatasnya yang diloncati.
b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar
saja. pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilakan
spesia yang simpang siur (overlap, cross
division, terselip tidak karuan).
dari pembagian
yang overlap adalah membagi manusia menjadi ; manusia berkulit putih, manusia
aria, manusia asia,manusia penyabar.
disini terdapat empat macam dasar pembagian
yaitu : warna kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia.
pembagian yang
benar atas manusia, misalnya dengan dasar warna kulit, manusia berkulit hitam,
manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah.
c. Pembagian harus
lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu
genera. ini memang sulit karean tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia
suatu genera. hal ni sangat tergantung
akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang.
Membagi manusia
atas dasar warna kulit menjadi manusi berkulit putih dan berkulit hitam saja
tidak benar karena ada spesia yang masih tertinggal, demikian pula membagi
agama wahyu menjadi islam dan yahudi saja.pembagian dikotomi. suatu ketika,
kita tidak bisa membagi dengan model diatas, karena terbatasnya pengetahuan
kita akan kelompok barang-barang dan juga sering dapati pembagian stersebut
tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model pembagian logika jenis
lain, yaitu pembagian dikotomi.
Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya dengan cara
mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas, ada, dan tidak adanya
kualitas tertentu, seperti.
Dikotomi diambil
dari bahasa latin dichotomia artinya
pembagian secara dua-dua, berpasangan, dalam bahasa arab disebut naiyyah. metode ini masih dianggap
berguana sebagai suatu cara membuat klasifikasi. suatu ketika kita membuat
kelompok buku atas subyek pembahasannya ; manakala pembagian lebih lanjut tidak
mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam kelompok aneka ragam sebagai kelompok
yang tidak diketahui.
2. Penggolongan
Jika dalam
pembagian kita menguraikan denotasi suatu Negara maka dalam penggolongan kita
mencoba mengatur barang-barang dalam kelomppok spesia. jadi antara pembagian
dan penggolongan mempunyai arah bertentangan. pembagian bergerak dari atas
kebawah, yakni dari genera kepada spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari
bawah keatas, dari individu-individu menuju spesianya. pengelompokan
barang-barang atas golongan tertentu, didasarkan atas persaamaan atribut dan
perbedanya. barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan
kedalam golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai ciri berbeda dengan
kelompok pertama digolongkan ke dalam golongan yang lain pula.
ada dua macam
penggolongan, penggolongan alam dan penggolongan buatan. penggolongan alam
adalah penggolongan yang disusun atas kecerdasan kita, seperti penggolongan
melati,mawar, kenanga dan pacar sore kedalam golongan bunga.
penggolongan
buatan adalah penggolongan yang didasarkan atas satu sifat. dikatakan buatan
karena penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi tujuan tertentu. contah dari
penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus, penyusunan buku dalam
perpustakaan, pengelompokan barang-barang dari took. penggolongan ini bertujuan
untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin. penggolongan, baik penggolongan
alam maupun penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi dalam arti sempit.
Bagian Keenam
PROBABILITAS
A. PENYERTIAN
PROBABILITAS
Hidup,
tempat kita menentukan kebijaksanaan di dasarkan atas kemungkinan-kemungkinan.
Sedikit sekali hal-hal yang pasti dalam hidup ini. Sesuatu yang kita yakini
sebagai ‘benat’bila kita analisis secara tepat dengan fakta yang ada akan hanya
menunjukkan, tingkatan dari kemungkinan, yaitu: biasanya, kemungkinan besar,
mungkin sekalio maupun hampir pasti.
Generalisasi,
tiori, hubungan khausal yang telah kita pelajari meskipun di dukung oleh
fakta-fakta yang cukup dan terpercaya, konklusinya di pakai sebagai dasar
deduktif, tok tidak memberikan pengetahuan yang pasti.itulah sebabnya David
Hume bergata bahwa apabila kita mengunakan argument yang di susun atas dasar
pengalaman kita di masa lampau sebagai dasar pertimbangan untuk membuat ramalan
di masa mendatang maka argument ini merupakan kemungkinan (probabilitas).
Jadi
probalitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan tentang tingkatan keyakinan
tentang terjadinya Sesutu di masa yang akan datang. Tingkatan keyakinan bisa di
nyatakan dengan nilai (skore) angka, bisa juga tidak dengan angka. Untuk
mengetahui berapa tingkat kemungkinan mata uang yang di lemparkan ke atas jatuh
dengan sisi mukanya (heands) dan sisi bealkanhg (tails), maka keungkinan jatuh
dengan sisi muka dengan belakang adalah 1:2 = ½. Sebaliknya untuk mengukur
tingkat kebenaran dari evaluasi enda-benda hidup ini, apakah dengan tiori
Darwin atau dengan kitab perjanjian lama, maka hanya dapat di ukur dengan lebih
dan kurang, sehinga dapat di katakana bahwa tiori Darwin lebih mungkin dari
pada ramalan dalam kitab perjanjian lama atau sebaliknya.[5]
B. MACAN-MACAM
PROBABILITAS
Ada
dua macam probabilitas, yaitu:
1.
Probabilitas a tiori, yaitu probabilitas yang
di susun berdasarkan perhitungan akal, bukan atas dasar pengalaman. Untuk
menentukan berapa mata dadu yang balkal keluar, maka membunyai kemungkinan 1/6,
karena sebuah mata dadu membunyai enam muka. Bila dua mata uang di
lemparkan,maka bemungkinan jatuh dengan dua kali sisi depannya adalah 1/2 x1/2
= 1/4
2.
Probabilitas relatif
frekuensi, probabilitas yang di susun berdasarkn statistik atas fakta-fakta empiris,
seperti probabilitas tentang gagalnya tembakan pistol adalah 5, masksudnya
bahwa setiap 100x pistol di tambakkan maka paling tidak 5 kali di antaranya
macet. Probabilitas ramalan hujan adalah 90, maksudnya setiap seratus kali
ramalan itu di buat maka 90 dari ramalan itu benar. Bila kita membaca bahwa
wanita berumur 26 tahun membunyai probabilitas 971 yang dapat mencapai 27
tahun, ini berarti bahwa setiap 100 wanita berumur 26 tahun meninggal sebanyak
29 orang.
C.
ILMU DAN PROBABILITAS
Berdasarkan kenyataan bahwa tiori, generalisasi dan khausalitas bersifat
probabilistik, maka ilnu-ilmu tidak pernah memberi keterangan- yang pasti
tentang peristiwa-peristiwa. Tiori dan keterangan yang di berikan bersifat
kemungkinan. Ini perlu kita sadarimbahwa ilmu itu tidak pernah berpretensi
untuk mendapatkan penyetahuan yang bersifat mutlak. Ia berbeda dengan ilmu
pendukung yang berani menyatakan minsalnya : minumlah ini, anda pasti
sembuh. Ilmu paling-paling
akan menyatakan : minumlah obat ini, kemungkinan anda akan sembuh.
Meskipun penjelasan yang di berikan oleh ilmu adalah penjelasa probanilitas,
namun prabalistik yang dapat di pertanggungjawabkan, karena di susun
berdasarkan pengalaman. Tiori ilmu memberikan kepada kita pengetahuan sebagai
dasar kita mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil berdasarkan
keterangan keilmuan itu, dengan memandang resiko yang akan kia hadapi. Meskipun
ramalan cuaca memberikan kemungkinan 0,8 tidak akan hujan (tidak memberikan
1,00 pasti tidak hujan), toh dari keterangan ini kita bisa mengambil keputusan.
Ramalan 0,8 tidak akan turun hujan berarti ada peluang 0,2 untuk turun hujan.
Bila kita hendak piknik meskipun kita tau ada peluang 0,2 turun hujan, toh kita
tidak akan mengurungkan niat kita, karena sudah cukup bagi kita jaminan 0,8
tidak akan turun hujan. Jika kita punya penyakit yang apabila kena air hujan
akan kambuh sedemikian hebatnya, payung dan alat penutup lainnya yang lebih
rapat jadi tindakan yang dapat kita ambil berdasarkan resiko yang mungkin
timbul dari pilihan kita berkaitan dengan probabilitas yang ada. Demikian nilai
probabilitas ilmu bagi kehidupan kita.
Bagian Ketujuh
PROPOSISI
- Pengertian Proposisi.
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang
dapat dinilai benar dan salahnya. Proposisi merupakan unit terkecil dari
pemikiran yang mengandung maksud sempurna. jika kita ingin menganalisis suatu
pemikiran taruhlah suatu buku, kita akan mendapat kesatuan pemikiran dalam buku
itu, kemudian lebih khususnlagi dalam bab-babnya, kemudian pada paragrafnya dan
akhirnya pada unit yang tidak bisa dibagi lagi yakni yang disebut proposisi.
Proposisi itu sendiri masih bisa dianalisis lagi menjadi kata-kata, tetapi
kata-kata hanya menghadirkan pengertian sesuatu, bukan maksud atau pemikiran sesuatu.
Dalam logika dikenal adanya dua macam proposisi, menurut
sumbernya, yaitu proposisi analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik
adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yangnsudah terkandung
pada subyeknya, seperti:
Mangga adalah buah-buahan.
Kuda adalah hewan.
Ayah adalah orang laki-laki.
Kata ‘hewan’ pada contoh kuda adalah hewan pengertiannya
sudah terkandung pada subyek kuda. Jadi predikat pada proposisi analitik tidak
mendatangkan pengatahuan baru. Untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa
kita lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu, proposisi
analitik disebut juga proposisi a priori.
Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya
mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti:
Pepaya itu manis.
Gadis itu gendut.
Onassis adalah kaya raya.
Kata manis pada proposisi ‘Gadis ini manis’ pengertiannya
belum terkandung pada subyeknya, yaitu ‘gadis’. Jadi kata ‘manis’ merupakan
pengetahuan baru yang didapat melalui pengelaman. Proposisi sintetik adalah
lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya diukur
berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan empiriknya. Proposisi ini disebut juga proposisi ini
disebut juga proposisi a posteriort.
- Cabang-cabang Proposisi.
1.Proposisi Kategorik.
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung
pernyataan tanpa adanya syarat, seperti:
Hasan sedang sakit
Anak-anak yang tinggal di asmara adalah mahasiswa
Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari
satu term subyek, satu term predikat, satu kopula satu quantifier.
Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term
subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukkan
banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek. Dalam contoh berikut unsur
sebuah proposisi kategorik dapat kita ketahui dengan jelas:
Sebagian manusia
adalah pemabuk
1 2 3 4
1= quantifier: 2=
term subyek; 3=kopula; 4=term predikat;
Quantifier ada kalanya menunjukan kepada permasalah
universal, seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap, tidak satupun; ada
kalanya menunjukan kepada permasalahan partikural, seperti; sebagian,
kebanyakan, beberapaa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, rata-rata,
[salah] seorang diantara...; [salah] sebuah di antara...; adakalanya
menunjukkan kepada permasalahan singular, tetapi untuk permasalahan singular
biasanya quantifier tidak dinyatakan.
Apabila quantifier suatu proposisi menunjukan kepada
permasalahan universal maka proposisi itu disebut proposisi universal; apabila
menunjuk kepada permasalah partikuraldisebut proposisi partikural dan apabila
menunjukan masalah singular disebut proposisi singular.
2. Proposisi Hipotetik.
Kalau proposisi kategorik
menyatakan suatu kebenaran tanpa syarat, maka pada proposisi hipotetik
kebenaran yang dinyatakan justru digantungkan pada syarat tertentu. Antara
keduanya mempunyai perbedaan mendasar.
Pada proposisi kategorik
kopulanya selalu ‘adalah’ atau ‘bukan’ atau ‘tidak’, sedangkan pada proposisi
hipotetik kopulanya adalah ‘jika, apabila, atau manakala’ yang kemudian
dilanjutkan dengan ‘maka’, meskipun yang terakhir ini sering tid ak dinyatakan.
Pada proposisi kategorik kopula menghubungkan dua buah term sedang pada
proposisi hipotetik kopula menghubungkan dua buah pernyataan.
3. Proposisi Disyungtif.
Proposisi disyungtif pada
hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi kategorik. Dalam proposisi
hipotetik kopula menghubungkan sebab dan akibat sedang dalam proposisi
disyungtif kopula menghubungkan dua buah alternatif.
Ada dua buah proposisi
disyungtif, proposisi disyungtif sempurna dan proposisi disyungtif tidak
sempurna.
Rumusnya proposisi disyungtif sempurna: A mungkin B mungkin non B
Contoh; Hasan berbaju
putih atau berbaju non-putih.
Fatimah berbahasa Arab atau barbahasa
non-Arab.
Rumus disyungtif tidak sempurna: A mungkin B mungkin C
Contoh; Hasan berbaju
hitam atau berbaju putih.
Budi di toko atau dirumah.
PSSI menang atau kalah.
Bagian Kedelapan
SILOGISME
- SILOGISME KATEGORIK
- Pengertian
Permasalahan
eduksi oleh sebagian ahli logika disebut penyimpulan langsung (immediate
inference), maka silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung (
mediate inference ).
Aristoteles
membatasi silogisme sebagai : Argumen yang konklusinya diambil secara pasti
dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan.
Silogisme
kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan proposisi
kategorik. Demi lahirnya konklusi maka pangkalan umum tempat kita berpijak
harus merupakan proposisi universal. Sedangkan pangkalan khusus tidak berarti
bahwa proposisinya harus pertikular atau singular, tetapi bisa juga proposisi
universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya.
- Hukum-hukum silogismekategorik
1. Apabila dalam satu premis
partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti :
semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidakmenyehatkan, jadi :
Sebagian makanan tidak halal dimakan
2. Apabila salah satu
premis negative, kesimpulan harus negative juga, seperti :
Semua korupsi
tidak disenangi.
Sebagian pejabat
adalah korupsi, jadi :
Sebagian pejabat
tidak disenangi
3. Dari dua premis yang
sama-sama partikular tidak sah diambil
kesimpulan (kesimpulan nya tidak pasti), seperti :
Beberapa politikus tidak jujur
Banyak cendekiawan adalah politikus,jadi :
Banyak cendekiawan tidak jujur.
4. Dari kedua premis yang sama-sama negative,
tidak menghasilkan kesimpulan apapun, karena tidak ada mata rantai yang
menghubungkan kedua proposisi premisnya.kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya
salah satu premisnya positif. Seperti :
kerbau bukan bunga mawar
kucing bukan bukan bunga mawar
(tidk adakesimpulan)
5. Paling tidak salah
satu dari term penengah harus tertebar ( mencakup).
Dari dua premis yangterm penengahnya tidk
tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti :
Semua tanaman membutuhkan air.
Manusia membutuhkan air, jadi:
Manusia adalah tanaman
6. Term-prediket dalam
kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila
tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti :
Hasan adalah
manusia
Budi bukan hasan,
jadi :
Budi bukan
manusia.
7. Term penengah bermakna
sama, baik dalam prenis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna
ganda kesimpulan menjadi lain, seperti ;
Orang yang
berpenyakit menular harus diasingkan
Orang yang
berpanu adalah berpenyakit menular, jadi :
Orang yang
berpanu harus diasingkan.
8. Silogisme harus
terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat, dan term middle.
4. Absah dan Benar
Dalam
membicarakan silogisme, kita harus mengenal dua istilah, yaitu abash dan benar.
Absah (valid)
berkaitan dengan prosedur penyimpulannya, apakah pengambilan konklusi sesuai
dengan patokan diatas dan dikatakan tidak valid bila sebaliknya.
Benar berkaitan
dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah ia didukung atau sesuai dengan
fakta atau tidak. Bila sesuai dengan fakta, proposisi itu benar.
Keabsahan dan
kebenaran dalam silogisme merupakan suatu satuan yang tidak bisa dipisahkan,
untuk mendapatkan konklusi yang sah dan benar.
- SILOGISME HIPOTETIK
- Pengertian
Silogisme
hipotetik adalah argument yang yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis miornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau
mengingkari term antecedent atau term konsekuen premis mayornya.
Pada silogisme
hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis
mayornya, mungkin bagian antseden dan mungkin pula bagian konsekuennya
tergantung oleh bagian yang diakui atau dipungkiri oleh premis minornya.
Ada 4 (empat)
macam tipe silogisme hipotetik :
1. Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti :
jika hujan, saya naik becak
sekarang hujan
jadi saya naik becak
2. Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti :
bila hujan, bumi akan basah
sekarang bumi telah basah
jadi hujan telah turun
3. Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :
jika politik pemerintah tidak dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintaj tidak dilaksanakan
dengan paksa, jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik
yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turum ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
- Hukum-hukum silogisme hipotetik
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting, di sini adalah menentukan ‘kebenaran
konklusinya’ bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent
kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hokum silogisme
hipotetik adalah:
1. Bila A terlaksana maka
B juga terlaksana
2. Bila A tidak
terlaksana maka B tidak terlaksana
3. Bila B terlaksana maka
A terlaksana
4. Bila B tidak
terlaksana maka A tidak terlaksana
Kebenaran hokum
di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut :
Bila terjadi peperangan, harga bahan
makanan membumbung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membumbung tinggi.
- SILOGISME DISYUNGTIF
- Pengertian
Silogisme
disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan
premis minornya keputusan karegorika yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut premis mayor.
Silogisme ini ada
dua macam, silogisme disyungtif dalam arati sempit dan silogisme disyungtif
dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif,seperti :
Ia lulus atau
tidak lulus.
Ternyata ia
lulus, jadi
Ia bukan tidak
lulus
Silogisma disyungtif
dalam arti luas, premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif,
seperti :
Hasan di rumah
atau di pasar
Ternyata tidk di
rumah
Jadi hasan di
pasar
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit maupun dalam arti luas mempunyai dua tipe, yaitu :
1. Premis minornya
mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui alternatif yang
lain, seperti :
ia berada di luar atau di dalam
ternyata tidak di luar
jadi ia berda di dalam
2. Premis minor mengakui
salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain,
seperti :
budi di mesjid atau di sekolah
ia berada di mesjid
jadi ia tidak berada di sekolah
- Hukum-hukum silogisme disyungtif
1. Silogisme disyungtif
dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya
valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih
Ternyata berbaju putih
Jadi ia bukan tidak berbaju putih
2. Silogisme disyungtif
dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai berikut :
a. Apabila premis minor
mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar), seperti :
budi menjadi guru atau pelaut
ia adalah guru
jadi bukan pelaut
b. Bila premis minor
mengingkari salah satu alternatif, konklusinya tidak sah (salah),seperti :
penjahat itu lari ke solo atau ke yogya
ternyata tidak lari ke yogya
jadi ia lari ke solo (bisa jadi lari ke
kots lain)
Bagian Sembilan
ANALOGI
A. PENGERTIAN ANALOGI
Dalam penyimpulan generalisasi kita
bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan analogi kita bertolak dari
satu atau sejumlah peristiwa menuju
kepada satu peristiwa lain yang sejenis.
Analogi
kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu
fenomena meuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena yang pertama aka terjadi juga pada fenomena yang lain;demikian
pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam satu batasan. Dengan
demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur
yaitu:peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang
menjadi pengikat dan ketiga fenimena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar
pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan penalaran
analogi.jika kita membeli sepasang
sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet
dipakai (fenomena yang di analogikan), karena sepatu dulu dibeli di took yang
sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi.
B.MACAM-MACAM ANALOGI
Analogi
induktif,analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan
principal yang ada pada dua fenomena,
kemudian di tarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi
juga pada fenimena kedua. Bentuk argumen
ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.
Analogi
disamping utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam
bentuk non argumen,yaitu sebagai penjelas.Analogi ini disebit analogi deklaratif atau analogi
penjelas.
Analogi
deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman
dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan
masalah yang hendak diterangkan. Para penulis dapat dengan tepat mengemukakan
isi hatinya dalam menekankan pengertian sesuatu contoh analogi deklaratif
adalah:
Ilmu pengetahuan ilmu dibangun oleh
fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua
kumpulan pengetahuan itu ilmu,
Sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana
buah ginjal mengeluarkan air seni.
Disini orang hendak menjelaskan
struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal.Begitu pula
penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih sama dengan
hubungan antara buah ginjal dan air seni.
Para pejuang
wanita memutus kan untuk menguji apakah undang undang perkawinan itu
menguntungkan kedudukan wanita tenyata semakin jelas bahwa undang undang
perkawinan itu tidak ubah nya undang undang perbudakan yang dikatakan
sebagai perlindungan hak hak orang orang hitam; padahal kata
perlindugan hak tidak ubah nya adalah penindasan terselubung.
Di sini penulis
hendak menegaskan bahwa undang-undang perkawinan merupakan penindasan
terselubung, sebagaimana undang-undang perbudakan. Orang masih samar bahwa undang-undang perkawinan itu sebenarnya
merupakan penindasan. Untuk para pejuang wanita ( di Negara barat ) menegaskan
bahwa undang-undang perkawinan itu sama liciknya dengan undang-undang
perbudakan yang telah diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan
terselubung.
- CARA MENILAI ANALOGI
Sebagaimana
generalisasi, kepercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat
ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi. Untuk mengukur
derajat keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
- sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin besar pula taraf kerpercayaannya. Apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang tukang penatu dan ternyata hasilkan tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada kawan saya untuk mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirimkan ke tukang penatu yang sama. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, F dan G juga mengalami hal yang serupa.
- sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Ambilah contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak di pakai. Analogi ini menjadi kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
- sifat dari analogi yang kta buat. Apabila kita mampunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil yang sama dengan mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat.Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjad lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yangt kita analogikan semakin kuat analogi itu.
- mempertimbangkan ada tidaknya unsure-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsure-unsurnya yag berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklisi yang kita ambil bahwa Zaini pendatang baru di universitas X akan menjadi sarjana yang ulung beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lenih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya. A, B, C, D dan E yag mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi,pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana yang ulung.
- Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita bel setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuhn 15 km setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.
Analogi yang
relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan
kausal.Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan,analogi ini
cukup repercaya kebenarannya .Kita mengetahui bahwa sambungan rel kareta api
dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas,rel
tetap pada posisinya,maka kita akan mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka
rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya melengkung bila
panas.karena kita telah menyuruh tukang untuk memberi jarak pada tiap sambungan
nya.Disini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa karena besi
memuai bila kena panas,maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan
menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung.Namun begitu analogi yang
bersifat kausal memberikan keterpercayaan. yang kokoh
Bagian Kesepuluh
KEKELIRUAN BERPIKIR
A.
KEKELIRUAN FORMAL
1. Fallacy of Four Terms
(Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term
Kekeliruan
berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme ini terjadi karena term
penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri dari
tiga term, seperti :
Semua
perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan hukuman. Menjual barang dibawah
harga tetangganya adalah menggangu kepentingan orang lain. Jadi, menjual harga
dibawah tetangganya diancamamn dengan hukuman.
2. Fallacy of
Undistributed Middle (Kelzeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan berpikir karena tidak
satu pun dan kedua term penengah mencakup, seperti:
Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekaIi, karena itu tentulah ia banyak belajar.
Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekaIi, karena itu tentulah ia banyak belajar.
3.
Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan
Karena Proses Tidak Benar)
Kekeliruan berpikir karena term
premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup,
seperti:
Kura-kura adalah binatang melata.
Ular bukan kura-kura, karena itu ta bukan binatang melata.
4.
Fallacy of Two Negative Premises
(Kekeliruan Karena Menyimpulkan dan Dua Premis yang Negat
Kekeliruan berpikir karena mengambil
kesimpulan dan dua premis negatif. Apabila terjadi demikian sebenamya
tidak bisa ditank konklusi.
5.
Fallacy of Affirming the Consequent
(Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme
hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya, seperti
:
Bi1a pecah perang harga
barang-barang naik. Sekarang harga barang naik, jadi perang telah pecah.
6.
Fallacy of Denying Antecedent
(Kekeliruan Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme
hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga
tidak terlaksana, seperti :
Bila permintaan bertambah harga
naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik.
7.
Fallacy of Disjunction (Kekeliruan
dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif
karena rnengingkari altematif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain.
Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak
terlaksananya altematif yang lain, seperti :
dia menulis cerita atau pergi ke Surabaya. Dia tidak
pergi ke Surabaya, jadi ia tentu menulis cerita.
8.
Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena
tidak Konsisten)
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan
yang saw dengan pemyataan yang diakui sebe1umya, seperti :
Anggaran Dasar organisasi kita sudah sempurna; kita
penlu melengkapi beberapa fasal agar komplit.
B. KEKELIRUAN INFORMAL
1. Fallacy of Hasty Generalization (Keheliruan
Karena Membuat Generalisasi yang terburu – buru)
Kekeliruan berpikir karena
tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dan kasus
individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui
batas lingkungannya, seperti:
Dia orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang
Islam memang jahat.
2. Fallacy of Forced
Hypothesis (Kekeliruan Karena Memalzsakan Praduga)
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan kebenaran suatu dugaan, seperti :
Seorang pegawai datang ke
kantor dengan luka goresn di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa isterinyalah
yang nelukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang
itu kurang harmonis hubungann dengan isterinya, padahal sebenamya karena
goresan besi pagar.
3. Fallacy of Begging
the Question (Kekeliruan Karena Mengundang Pennasalahan)
Kekeliruan berpikir karena
mengambil konklusi dad premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu
kebenarannya, seperti :
Allah itu mesti ada karena
ada bumi
4. Fallacy of Circular
Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)
Kekeliruan berpikir karena
menarik konklusi dan satu premis kemudikbnklusi tersebut dijadikan sebagai
premis sedangkan pmis semula
Dijadikan konklusi pada
argument benkutnya seperti :
Sarjana – sarjana lulusan perguruan tinggi Omega kurang bermutu karena organisasinya kurang baik. Mengapa organisasi perguruan tinggi itu kurang baik? Dijawab karena lulusan perguruan tinggi itu kurang bermutu.
5. Fallacy of
Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan berpikir karena
mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dan premisnya. Jadi mengambil
kesimpulan melompat dan dasar semula, seperti :
Ia kelak menjadi mahaguru
yang cerdas, sebab orang tuanya kaya
Pantas ia cantik karena
pendidikannya tinggi.
Bentuk tulisannya bagus, jadi
ia adalah anak yang pandai.
6. Fallacy of
Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir karena
mendasarkan din pada kewibawaan atau kehormatan seseorang telapi dipergunakan
untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, seperti :
Pisau cukur ini sangat baik, sebab Rudi Hartono selalu menggunakannya. (Rudi Hartono adalah seorang olah ragawan, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya logam yang dipakai untuk membuat pisau cukur). Bangunan ini sungguh kokoh, sebab dokter Hans mengatakan demikian. (Dokter Hans adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).
7. Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan
Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
Kekeliruan berpikir karena
berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat argumen
seseorang dengan menyatakan :
Kau masih juga membantah .pendapatku. Kau barn satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.
8. Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan berpikir karena menolak argumen yang
dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya, seperti :
Dia salah seorang yang brutal, jangan dengarkan
pendapatnya.
9.
Fallacy of ignorance (Kekeliruan Karena Kurang
Tahu)
Kekeliruan berpikir karena menganggap bila lawan bicara
tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendininya argumentasi
yang dikemukakannya benar, seperti :
Sudah beberapa kali kau kernukakan alasanmu tetapi
tidak terbukti gagasanku salah. lnilah buktinya bahwa pendapatku benar.
10.
Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena
Pertanyaan yang Ruwet)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang
bersifat menjebak, seperti :
Jam berapa kau pulang semalam?; (Yang ditanya sebenarnya tidk pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwà yang ditanya semalam pergi).
11.
Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan
Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan berpikir karena berargumentasi dengan alasan
yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti :
Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.
12.
Fallacy of Accident (Kekeliruan
Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan
keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanyã,
seperti :
Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin.
Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita makan
daging mentah.
13.
Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan
Karena Argumen yang Tidah Relevan)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argurnen yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti:
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argurnen yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti:
Pisau suet itu berbahaya danipada peluru, karena tangan kita seringkali teninis oleh pisau suet dan tidak pemah ökh peluru.
14.
Fallacy of False Analogy (Kekeliruan
Karena Salah Meng ambi Analogi)
Kekeliruan berpir karna menganalogikan dua permasalahan
yang kelihatannya mirip, tetapisebenarnya berbeda secara mendasar, seperti :
Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan
karya-karya seni, maka Tuhan pun memerlukan bahan dalam mencipta alam semesta.
15.
Fallacy of Appealing to Pity
(Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihar)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharap: kan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menanik belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya.
Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharap: kan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menanik belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya.
C.
KEKELIRUAN KARENA PENGGUNAAN
BAHASA
1.
Fallacy of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi)
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhahnya, seperti :
Setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut negara itu sudah siap tempur.
2.
Fallacy of Division (Kekeliruan dalam Pembagian)
Kekeliruan berpikir karena
menetapkan sifat yang ada pada keselunuhannya, maka demikian juga setiap
bagiannya, seperti :
Kompleks ini dibangun di atas
tanah yang luas,tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas
3.
Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
Kekeliruan berpikir karena
kekeliruan membenikan tekanan dalam pengucapan, seperti:
Kita tidak boleh membicarakan kejelekan kawan. (Yang dimaksud, kita dilarang membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada kejelekan, maknanya menjadi lain
Kita tidak boleh membicarakan kejelekan kawan. (Yang dimaksud, kita dilarang membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada kejelekan, maknanya menjadi lain
4.
Fallacy of Amphiboly (Kekelintan Karena Amfiboli)
Kekeliruan berpikir karena
menggunakan susunan kalimat yang dapat ditasirkan berbeda – beda.
5.
Fallacy of Equifovocation (Kekeliruan
Karena Menggunakan Kata Dalam Beberapa Arti)
Kekeliruan berpikir karena
menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu, seperti :
Gajah adalah binatang, jadi
gajah kecil adalah binatang yang kecil (kecil dalam gajah kecil berbeda
pengertiannya dengan kecil dalam binatang kecil).
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Atikah Anindyarini, Bahasa Indonesia, Jakarta: Industrial, 2008.
Burhanudin
Salam, Logika Formal, Jakarta: Bumi Aksara, 1988
Hartono Kasmadi, dkk., Filsafat Ilmu, Semarang :
IKIP Semarang Press, 1990
Hasbullah Bakry, Sistimatika Filsafat, Jakarta:
Wijaya, 1981.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, , 1988
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 1996
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terjemahan
Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana,
1986, cet.7
Mundiri, logika, Jakarta: PT. Raja Grapindo persada,
2008.
S.Wojowasito – W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Lengkap
Inggris Indonesia – Indonesia Inggris, Bandung: Hasta, 1980
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila I, Edisi II,
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 1982
Surajiyo,
dkk., Dasar-Dasar Logika, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Yaya S. Kusumah, Logika Matematika Elementer, Bandung,
1986
izin mengambil dan mengutip sebagian yaaa buat tugas kuliah, terimakasih.
BalasHapus