BUYA MUDO RASIDIN

Anda Bertanya, Buya Menjawab

Religius, Cultural, dan Rasional

Rabu, 27 November 2013

Makalah Logika




Bagian Pertama
ARTI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU MANTIQ (LOGIKA)

A.     Arti Logika
Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata arab yang di ambil dari kata Nataqa yang berarti berkata atau berucap.
Dalam buku Logiq and Lenguage of Education, mantiq disebut sebagi “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir benar. Sedangkan dalam ilmu munjid disebut sebagai “hokum yang memelihara hati dari kesalahan dalam berfikir”.
“Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hokum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.”


B.      Sejarah Perkembangan Logika
Ilmu mantiq atau logika berasal dari Yunani, yang guru utamanya adalah Aristoteles. Penduduk Yunani memiliki kecerdasan otak yang tinggi. Dengan kecerdasan mereka lahirlah kelompok sofsathah (semacam debat kusir yang inginya menang sendiri dan mengalahkan lawan) tetapi berpengaruh secara negatif. Kelompok ini dengan ketangkasan debat yang mereka miliki menghujat dan malah merusak system social, agama dan moral dengan cara, mengungkap pernyataan-pernyataan yang kelihatanya benar, tetapi membuat penyesatan-penyesatan pemikiran dan moral.
Di antara pernyataan-pernyataan mereka adalah:
Kebaikan adalah apa yang anda pandang baik.
Keburukan adalah apa yang anda pandang buruk.
Apa yang di yakini benar oleh seseorang, itulah yang benar buat dia.
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, itulah yang salah buat dia.
Mereka membuang semua standar nilai dan norma moral, baik untuk kebaikan kebenaran maupun untuk keburukan dan kesalahan. Oleh karena itu, setiap orang berhak  menentukan standar nilai kebaikan dan kebenaran atau standar nilai keburukan dan kesalahan untuk dirinya sendiri, meskipun bertentangan dengan orang lain.
Aristoteles (384-322 SM) berusaha mengalahkan mereka secara ilmiyah dengan pernyataan-pernyataan logis yang briliyan. Keberhasilanya menyusun teknik berfikir sistematis dan benar sekaligus hokum-hukumnya, telah mengangkatnya menjadi Guru Pertama logika di dunia sampai ke masa ini. Julukan itu memang tepat karena tidak ada orang yang mendahuluinya dalam upaya menyusun teknik berfikir benar dengan kesimpulan yang benar seperti yang di hasilkanya itu. Dengan kata lain, keberhasilanya itu murni dari upaya pikiranya sendiri.
Karya Aristoteles itu sangat di kagumi pada masanya dan masa sesudahnya sehingga logika dipelajari disetiap perguruan. Plato (427-347 SM), murid Aristoteles, hanya menambahnya sedikit. Immanuel Kant (1724-1804 SM) pemikir terbesar bangsa Jerman, menyatakan bahwa logika yang diciptakan Aristoteles itu tidak bisa ditambah lagi walau sedikit karena sudah cukup sempurna.
Pada awal abad ke-7 berkembanglah agama Islam di Jazirah Arab dan pada abad ke-8, agama ini telah dipeluk secara meluas, ke barat sampai perbatasan Pyrences dank e timur sampai ke Thian Shan. Pusat-pusat ilmu pada waktu itu adalah yang paling maju. Baghdad dibelahan Timur dan Cordova dibelahan barat. Di zaman kekuasaan khalifah dynasty Abbasiyah, demikian banyaknya karya-karya ilmiyah Yunani dan lain-lainya diterjemaahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga ada satu masa dalam sejarah Islam yang dijuluki dengan Abad Terjemahan. Logika, karya Aristoteles, juga diterjemahkan dan diberi nama ‘Ilm al-Mantiq’.
Kemudian menyusullah zaman kemunduran di bidang mantiq karena dianggap terlalu memuja akal. Di antara ulama-ulama besar Islam,Muhyiddin al-Nawawi, Ibn Shalah, Taqiyuddin Ibn Taimiyah, mengharamkan mempelajari ilmu mantiq dengan tuduhan akan menjadi zindiq, ilhad dan kufur. Pengaruh mereka ini telah menyebabkan banyak ulama tidak memperkenankan Ilmu Mantiq di ajarkan di lembaga-lembaga pendidikan yang mereka asuh.
Namun demikian, beberapa orang ulama besar masih tetap mempertahankan Ilmu Mantiq suatu ilmu yang harus di pelajari, tetapi terbatas pada maksud menggunakanya  sebagai penunjang bagi Ilmu Tauhid (theology) saja.
Selain di Arab dan Yunani, ternyata Eropa juga menggali Ilmu Logika setelah abad ke 13 dan 14. Berbagai ilmu yana disalin dan di terjemahkan ilmuan-ilmuan muslim ke dalam bahasa Arab diterjemahkan mereka kembali ke dalam bahasa Latin, kemudian ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Di bidang Logika mereka menggelari al-Farabi sebagai Guru kedua dan Ibn Sina sebagai Guru ketiga.
Di Indonesia, Ilmu Mantiq pada mulanya di pelajari secara terbatas di perburuan-perguruan agam dan pesantren. Ilmu ini, kemudian, semakin mendapat perhatian berkat semangat positif gerakn pembaharuan. Tetapi, meskipun pakar mantiq mungkin banyak di Indonesia, ternyata buku-buku mantiq atau logika yang mereka susun dalam bahasa Indonesia masih amat sedikit. Sementara itu, mereka mengakui signifikasi dan peranan Ilmu Mantiq atau logika itu bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan peningkatan daya fikir untuk memperoleh kesimpulan yang benar pada khususnya.














Bagian Kedua
ASAS-ASAS PEMIKIRAN, CARA MENDAPATKAN KEBENARAN, DAN PEMBAGIAN LOGIKA

A.      ASAS-ASAS PEMIKIRAN
Asas adalah pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka “Asas Pemikiran” adalah pengetahuan di mana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Asas bagi kelurusan berpikir mutlak, ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi :
1.      Asas identitas (principiumidentitatis = qanun zatiyah).
Ia adalah dasar dari semua pikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Prinsip ini mengatakan sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Bila diberi perumusan akan berbunyi : “Bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.

2.      Asas kontradiksi (principiumcontradiktoris = qanun tanaqud).
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut dalam asas identitas. Dengan kata lain : dua kenyataan yang kontradiktiris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika dirumuskan akan menjadi “Tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah”.
 
3.      Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exlusi tertii = qanun imtina’)
Asas ini menyatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenaranya  terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu di samping tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Jika di rumuskan berbunyi  “suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah “.

B.      CARA MENDAPATKAN KEBENARAN
Ada dua cara untuk mendapatkan kebenaran yaitu : melalui metode induksi dan metode deduksi .
1.      Induksi adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum  dari kasus yang bersifat individual. Penalaran  ini dimulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
mas dipanaskan memuai
Jadi : semua logam jika dipanaskan memuai
Cara penalaran ini mempunyai dua keuntungan. Pertama, kita dapat berpikir secara ekonomis. Kita bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih umum tidak sekedar kasus yang menjadi dasar pemikiran kita. Kedua, pernyataan yang dihasilkan melalui pemikiran induksi tadi memungkinkan proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif.

2.      Deduksi  adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Seperti :
Semua logam bila dipanaskan, memuai
Tembaga adalah logam
Jadi, tembaga bila dipanaskan, memuai.
Dengan penalaran deduktif kita mendapat pengetahuan yang terpercaya, meskipun pengetahuan ini kita dapatkan tidak melalui penelitian lebih dahulu. 

C.      PEMBAGIAN LOGIKA
Dilihat dari segi kualitasnya logika natiralis (mantiq Al-fikri) yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengatahuannya. Logika artifialis atau logika ilmiah (matiq Al- suri) yang bertugas membantu mantiq Al-fitri. Mantiq ini memperhalus , mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.
Dilihat dari metodenya logika tradisional (mantiq Al- Qodim) dan logika modern (mantiq Al- Hadits).
1.      Logika Tradisional adalah logika Aristoteles dan logika daripada logokus yang lebih, tetapi masih mengikuti system loigika aristoteles.

2.      Logika Modern tumbuh dan dimulai dari abad XIII, mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode baru yang berlainan dengan system logika Aristoteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus lulus  manemukan metode baru logika yang disebut Ars magna.
Jika dilihat dari obyeknya logika formal (mantiq As-suwari) dan logika material (mantiq Al- Maddi).
Cara berpikir Induktif dipergunakan dalam logika material, yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan logika formal dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris. 




















Bagian Ketiga
K A T A

  1. Pengertian kata
Kata-kata mempunyai  beberapa pengertian yaitu:
           
1.      Positif, Negatif, dan Pripatif
Sesutu kata mempunyai pengertian positif apabila mengandung penegasan adanya sesuatu, seperti: gemuk (adanya daging), kaya (adanya harta benda), pandai (adanya ilmu), terang (adanya sinar).
Suatu kata mempunyai pengertian privatif apabila mengandung makna tidak adanya sesuatu, seperti: kurus (tidak adanya daging), bodoh (tidak adanya ilmu), miskin (tidak adanya harta).
Penggunaan serupa adalah tidak benar, karena tidak gemuk berarti dikecualikan dari sifat gemuk tapi bisa juga belum sampai ketingkat kurus. Tidak pandai berarti seseorang itu tidak termasuk didalam kelompok orang-orang pandai tapi bisa juga bukan orang  yang bodoh.
           
2.      Universal, Partikular, Singular dan kolektif
Suatu kata mempunyai pengertian universal apabila ia mengikat keseluruhan bawahannya tanpa terkecuali, seperti: rumah, hewan, tumbuhan, kursi, manusia dan sebagainya.
Suatu kata mempunyai pengertian partikular apabila ia mengikat bawahan yang banyak, tapi tidak mencangkup keseluruhan anggota yang diikatnya. Yang mempunyai pengertian partikular seperti: sebagian manusia, beberapa manusia, ada manusia, tidak semua manusia, sebagian besar manusia. [1]

Kata yang mempunyai pengertian singular dapat dibedakan menjadi:
a.      Nama unik, yaitu nama yang memberikan identitas berikut keterangan atau penjelasan objek, Misalnya: presiden Indonesia yang kedua, sungai terpanjang didunia.
b.      Nama diri yaitu nama yang diberikan kepada orang atau barang untuk tujuan identifikasi, seperti: Hasan, Fatimah, Kusen, Himalaya, Sahid Hotel, Taman Mini Indonesia Indah

Kata yang mempunyai pengertian kolektif adalah keseluruhan yang terikat, bukan individunya. Bila kita mengatakan “bangsa jerman rajin” ini berarti tidak semua orang jerman itu rajin. Dalam pernyataan “bangsa jerman” mempunyai pengertian kolektif, sedangkan pernyataan kedua mempunyai pengertian universal.

3.      Konkrit dan Abstrak
Suatu kata mempunyai pengertian konkret apabila ia menunjuk kepada suatu benda, orang atau apa saja yang mempunyai eksistensi tertentu seperti: buku, kursi, rumah, kuda, hasan.
Suatu kata mempunyai pengertian apabila ia menunjuk kepada sifat, keadaan, kegiatan yang dilepas dari objek tertentu seperti: kesehatan, kebodohan, kekayaan, kepandaian.

Dibawah ini kata-kata itu yang bermakna abstrak:
Kekayaan dapat membuat orang lupa terhadap tuhan
Kenakalan adalah sifat yang perlu mendapatkan perhatian
Kesempurnaan adalah tanda kesungguhan

Sedangkan pada pernyataan-pernyataan berikut, kata-kata itu menjadi konkrit:
Kebaikan tuan kemarin tidak mungkin terlupakan
Kenakalan adikku membingungkan ibu
Kesempurnaan lukisan ini mengagumkan banyak pengunjung[2]




4.      Mutlak dan Relatif
Suatu kata mempunyai pengertian mutlak apabila ia dapat dipahami dengan sendirinya tanpa membutuhkan hubungan dengan benda lain seperti: buku, rumah, kuda.
Ia mempunyai pengertian relatif apabila tidak dapat dipahami dengan sendirinya, tetapi harus selalu ada hubungannya dengan benda lain, seperti: ayah pemimpin, suami, kakak, kakek.

5.      Univok, Equivok dan Analog
Analok adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas tidak membingungkan, seperti: pulpen,pensil,botol dan sebagainya.
Equivok adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti: bunga, bulan, buku. Bunga bisa bermakna tanaman bisa juga bermakna tambahan nilai dari sejumlah uang.
Analog adalah kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda dengan makna aslinya tetapi masih mempunyai persamaan juga.



6.      Bermakna dan Tak Bermakna
Setiap kata yang mempunyai konotasi dan denotasi disebut kata yang mempunyai makna. Sebagian lain adalah kata yang tidak mempunyai denotasi yaitu tidak mempunyai cakupan, seperti: Kuda semberani, Nyai Roro Kidul, Gunung emas dan semu nama dalam mitologi dan dongeng.
Kata yang tidak mempunyai denotasi disebut kata tak-bermakna.
Kita harus berhati-hati bahwa tidak semua nama yang tidak dapat diobservasi secara indrawi adalah kata yang tak bermakna. Kata seperti: Malaikat, iblis, surga, neraka, jin adalah dapat dimengerti dan ada dalam kenyataan, meskipun berbeda dengan kenyataan bagaimana kambing dan kerbau hidup. [3]

  1. Kata Sebagai Predikat
Kata atau susunan kata berfungsi sebagai subjek atau prediket tersebut, sebagai prediket dapat dibedakan menjadi:
1.      Genus (jenis, jins)
2.      Differentia (sifat pembeda, fasl)
3.      Spesia (kelas, nau’)
4.      Propria (sifat khusus, al-khassah)
5.      Accidentia (sifat umum, al’arad)

  1. Konotasi dan Denotasi
a.      konotasi
Makna konotasi adalah makna kiasan, yaitu makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Jadi, makna makna konotasi adalah makna kiasan atau makna dibalik sebenarnya.
b.      Denotasi
denotasi adalah makna yang sebenarnya (makna secara eksplisit). Makna wajar (sebenarnya) ini adalah makna yang sesuai kondisi yang apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.[4]

































Bagian Keempat
DEFINISI


A.   Definisi dan Unsur-Unsurnya
Definisi berasal dari kata latin yaitu definire yang berarti  menandai batas-batas pada sesuatu , menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Jadi, definisi dapat diartikan penjelasan apa yang dimaksudkan dengan sesuatu term, atau dengan kata lain definisi adalah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan arti suatu term.
Mendefinisikan adalah sekelompok karakteristik suatu kata sehingga kita dapat mengetahui pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjuk objek yang lain pula.
Unsur definisi ada dua, yang pertama yaitu  bagian pangkal yang disebut definiendum yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan yang kedua yaitu bagian pembatas yang disebut definiens yang berisi uraian yang mengenai arti dari bagian pangkal.
Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada lima, yaitu:
a.      Sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang akan didefinisikan, yakni menunjukkan pengertian umum (genus) yang meliputinya beserta ciri pembedanya yang  penting. Contoh : Manusia adalah makhluk berakal. Makhluk adalah genusnya, dan berakal ciri pembeda dengan makhluk lannya.
b.      Sebuah harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan hal yang didefinikan, maksudnya tidak terlalu luas dan terlalu sempit.
c.       Sebuah definisi arus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan, artinya definisi tidak boleh berputar-putar memuat secara langsung atau tidak langsung langsung subjek yang didefinisikan.
d.      Sebuah definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif, yakni tidak boleh dinyatakn secara negatif jika dapat dinyatakan dengan kata-kata yang positif.
e.      Sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan, karena yang dimaksud membuat definisi adalah memberi penjelasan serta menghilangkan makna ganda.



B.   Patokan Membuat Definisi
Agar pembuatan definisi terhindar dari kekeliruan perlu kita perhatikan patokan berikut :
a.    Definisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
Definisi yang terlalu luas, misalnya :
-          merpati adalah burung yang dapat terbang cepat.
(banyak burung yang dapat terbang selain merpati).

Definisi yang terlalu sempit, misalnya :
-       kursi adalah tempat duduk yang dibuat dari kayu bersandaran, dan berkaki.
(banyak juga kursi yang tidak terbuat dari kayu).
b.    Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan.
Definisi yang melanggar patokan ini disebut definisi sirkuler, berputat atau tautologi, atau tahsilul hasil seperti :
-          Wajib adalah perbuatan yang harus dikerjakan setiap orang.
Perlu kita ketahui bahwa tidak semua pengulangan melanggar patokan ini. Pengulangan dibawah ini diperbolehkan.
-          Amalan wajib adalah perbuatan yang diberi pahala bila dikerjakan dan diberi siksa bila ditinggalkan.

c.    Definisi tidak boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan.
Defnisi yang melanggar patokan ini disebut definisi obscurum per obscirius artinya menjelaskan sesuatu dengan krterangan yang justru lebih tidak jelas.
Definisi yang menggunakan bahasa plastik seperti :
-   Sejarah adalah samudra pengalaman yang selalu bergolombang tiada putus-putusnya.
Definisi yang hanya dimengerti oleh para ahli misalnya definisi Herbert Spencer tentang revolusi yang bibatasinya dengan:
-   Perubahan terus-menerus dari homogenitas yang tidak menentu dan serasi dalam susunan dan kegiatan melalui difirensiasi dan integrasi sambung menyambung.

d.    Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif misalnya:
-Benar adalah sesuatu yang tidak salah.
-Indah adalah sesuatu yang tidak jelek.
Hanya keadaan yang tidak mungkin dihindari bentuk negatif diperbolehkan, seperti:
-   Orang buta adalah orang yang indera penglihatannya tidak berfungsi.

C.   Macam-macam definisi

Secara garis besar definisi dubedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a.    Definisi Nominalis
Definisi ini menjelaskan sebuah kata dengan kata lain umum dimengerti. Definisi ini terbagi atas enam macam, yaitu :
1.    Definisi sinonim
2.    Definisi simbolis
3.    Definisi etimologis
4.    Definisi semantis
5.    Definisi stimulatif
6.    Definisi denotatif

b.    Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu term. Definisi ini terbagi dua macam, yaitu :
1.    Definisi esensial
2.    Definisi deskriftif

c.    Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuannya yang sederhana. Definisi ini terbagi atas dua macam, yaitu :
1.    Definisi operasional
2.    Definisi persuasif
3.    Definisi fungsional




























Bagian Kelima
KLASIFIKASI

A.      Pengertian
Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda spesiesnya. para ilmuan membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga  golongan besar, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu humaniora.
manusia primitif mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan tidak berbisa, membedakan antara tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.  
Ada dua macam cara membuat klasifikasi, pertama dengan pembagian dan kedua dengan penggolongan.
1. Pembagian
Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupnya. jika definisi merupakan analisis konotasi maka pembagian merupakan analisis denotasi. jadi pembagian merupakan penjelasan yang lengkap mengenai sauatu genera kepada spesiesnya.
Pembagian logika atas jenis dan spesia suatu benda adalah tidak mutlak,. manusia adalah spesia bila dilihat dari jurusan binatang ; tetapi bila dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis. ras adalah spesia, tetapi bila dilihat dari bangsa-bangsa yang tercakup didalamnya, maka ia menjadi jenis. demikian juga bangsa, ia adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang dicakupnya maka ia menjadi jenis.
agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan berikut :
a.      Pembagian harus di dasarkan pada atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. spesiesnya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni sisi yang membentuknya. kita akan mendapatkan pembagian berikut: segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima sisi), (enam sisi).
Pembagian yang berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang dalam bahasa latin disebut fundamentum divisionis. syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan spesia  yang langsung dibawah generanya jika tidak demikian kita akan mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada spesia diatasnya yang diloncati.
b.       Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilakan spesia yang simpang siur (overlap, cross division, terselip tidak karuan).
dari pembagian yang overlap adalah membagi manusia menjadi ; manusia berkulit putih, manusia aria, manusia asia,manusia penyabar.
disini terdapat empat macam dasar pembagian yaitu : warna kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia.
pembagian yang benar atas manusia, misalnya dengan dasar warna kulit, manusia berkulit hitam, manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah.
c.       Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera. ini memang sulit karean tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia suatu genera. hal  ni sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang.
Membagi manusia atas dasar warna kulit menjadi manusi berkulit putih dan berkulit hitam saja tidak benar karena ada spesia yang masih tertinggal, demikian pula membagi agama wahyu menjadi islam dan yahudi saja.pembagian dikotomi. suatu ketika, kita tidak bisa membagi dengan model diatas, karena terbatasnya pengetahuan kita akan kelompok barang-barang dan juga sering dapati pembagian stersebut tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model pembagian logika jenis lain, yaitu pembagian dikotomi.
Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera  kepada spesia yang dicakupnya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas, ada, dan tidak adanya kualitas tertentu, seperti.
Dikotomi diambil dari bahasa latin dichotomia artinya pembagian secara dua-dua, berpasangan, dalam bahasa arab disebut naiyyah. metode ini masih dianggap berguana sebagai suatu cara membuat klasifikasi. suatu ketika kita membuat kelompok buku atas subyek pembahasannya ; manakala pembagian lebih lanjut tidak mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam kelompok aneka ragam sebagai kelompok yang tidak diketahui.
2.   Penggolongan
Jika dalam pembagian kita menguraikan denotasi suatu Negara maka dalam penggolongan kita mencoba mengatur barang-barang dalam kelomppok spesia. jadi antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah bertentangan. pembagian bergerak dari atas kebawah, yakni dari genera kepada spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah keatas, dari individu-individu menuju spesianya. pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu, didasarkan atas persaamaan atribut dan perbedanya. barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan kedalam golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai ciri berbeda dengan kelompok pertama digolongkan ke dalam golongan yang lain pula.
ada dua macam penggolongan, penggolongan alam dan penggolongan buatan. penggolongan alam adalah penggolongan yang disusun atas kecerdasan kita, seperti penggolongan melati,mawar, kenanga dan pacar sore kedalam golongan bunga.
penggolongan buatan adalah penggolongan yang didasarkan atas satu sifat. dikatakan buatan karena penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi tujuan tertentu. contah dari penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus, penyusunan buku dalam perpustakaan, pengelompokan barang-barang dari took. penggolongan ini bertujuan untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin. penggolongan, baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi dalam arti sempit.































Bagian Keenam
PROBABILITAS

A.      PENYERTIAN PROBABILITAS

Hidup, tempat kita menentukan kebijaksanaan di dasarkan atas kemungkinan-kemungkinan. Sedikit sekali hal-hal yang pasti dalam hidup ini. Sesuatu yang kita yakini sebagai ‘benat’bila kita analisis secara tepat dengan fakta yang ada akan hanya menunjukkan, tingkatan dari kemungkinan, yaitu: biasanya, kemungkinan besar, mungkin sekalio maupun hampir pasti.

Generalisasi, tiori, hubungan khausal yang telah kita pelajari meskipun di dukung oleh fakta-fakta yang cukup dan terpercaya, konklusinya di pakai sebagai dasar deduktif, tok tidak memberikan pengetahuan yang pasti.itulah sebabnya David Hume bergata bahwa apabila kita mengunakan argument yang di susun atas dasar pengalaman kita di masa lampau sebagai dasar pertimbangan untuk membuat ramalan di masa mendatang maka argument ini merupakan kemungkinan (probabilitas).

Jadi probalitas merupakan pernyataan yang berisi ramalan tentang tingkatan keyakinan tentang terjadinya Sesutu di masa yang akan datang. Tingkatan keyakinan bisa di nyatakan dengan nilai (skore) angka, bisa juga tidak dengan angka. Untuk mengetahui berapa tingkat kemungkinan mata uang yang di lemparkan ke atas jatuh dengan sisi mukanya (heands) dan sisi bealkanhg (tails), maka keungkinan jatuh dengan sisi muka dengan belakang adalah 1:2 = ½. Sebaliknya untuk mengukur tingkat kebenaran dari evaluasi enda-benda hidup ini, apakah dengan tiori Darwin atau dengan kitab perjanjian lama, maka hanya dapat di ukur dengan lebih dan kurang, sehinga dapat di katakana bahwa tiori Darwin lebih mungkin dari pada ramalan dalam kitab perjanjian lama atau sebaliknya.[5]


B.      MACAN-MACAM PROBABILITAS

Ada dua macam probabilitas, yaitu:
1.       Probabilitas a tiori, yaitu probabilitas yang di susun berdasarkan perhitungan akal, bukan atas dasar pengalaman. Untuk menentukan berapa mata dadu yang balkal keluar, maka membunyai kemungkinan 1/6, karena sebuah mata dadu membunyai enam muka. Bila dua mata uang di lemparkan,maka bemungkinan jatuh dengan dua kali sisi depannya adalah 1/2 x1/2 =  1/4
2.      Probabilitas relatif frekuensi, probabilitas yang di susun berdasarkn statistik atas fakta-fakta empiris, seperti probabilitas tentang gagalnya tembakan pistol adalah 5, masksudnya bahwa setiap 100x pistol di tambakkan maka paling tidak 5 kali di antaranya macet. Probabilitas ramalan hujan adalah 90, maksudnya setiap seratus kali ramalan itu di buat maka 90 dari ramalan itu benar. Bila kita membaca bahwa wanita berumur 26 tahun membunyai probabilitas 971 yang dapat mencapai 27 tahun, ini berarti bahwa setiap 100 wanita berumur 26 tahun meninggal sebanyak 29 orang.

C.      ILMU DAN PROBABILITAS

Berdasarkan kenyataan bahwa tiori, generalisasi dan khausalitas bersifat probabilistik, maka ilnu-ilmu tidak pernah memberi keterangan- yang pasti tentang peristiwa-peristiwa. Tiori dan keterangan yang di berikan bersifat kemungkinan. Ini perlu kita sadarimbahwa ilmu itu tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan penyetahuan yang bersifat mutlak. Ia berbeda dengan ilmu pendukung yang berani menyatakan minsalnya : minumlah ini, anda pasti sembuh. Ilmu paling-paling akan menyatakan : minumlah obat ini, kemungkinan anda akan sembuh. Meskipun penjelasan yang di berikan oleh ilmu adalah penjelasa probanilitas, namun prabalistik yang dapat di pertanggungjawabkan, karena di susun berdasarkan pengalaman. Tiori ilmu memberikan kepada kita pengetahuan sebagai dasar kita mengambil keputusan. Keputusan yang kita ambil berdasarkan keterangan keilmuan itu, dengan memandang resiko yang akan kia hadapi. Meskipun ramalan cuaca memberikan kemungkinan 0,8 tidak akan hujan (tidak memberikan 1,00 pasti tidak hujan), toh dari keterangan ini kita bisa mengambil keputusan. Ramalan 0,8 tidak akan turun hujan berarti ada peluang 0,2 untuk turun hujan. Bila kita hendak piknik meskipun kita tau ada peluang 0,2 turun hujan, toh kita tidak akan mengurungkan niat kita, karena sudah cukup bagi kita jaminan 0,8 tidak akan turun hujan. Jika kita punya penyakit yang apabila kena air hujan akan kambuh sedemikian hebatnya, payung dan alat penutup lainnya yang lebih rapat jadi tindakan yang dapat kita ambil berdasarkan resiko yang mungkin timbul dari pilihan kita berkaitan dengan probabilitas yang ada. Demikian nilai probabilitas ilmu bagi kehidupan kita.



























Bagian Ketujuh
PROPOSISI


  1. Pengertian Proposisi.

Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan salahnya. Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna. jika kita ingin menganalisis suatu pemikiran taruhlah suatu buku, kita akan mendapat kesatuan pemikiran dalam buku itu, kemudian lebih khususnlagi dalam bab-babnya, kemudian pada paragrafnya dan akhirnya pada unit yang tidak bisa dibagi lagi yakni yang disebut proposisi. Proposisi itu sendiri masih bisa dianalisis lagi menjadi kata-kata, tetapi kata-kata hanya menghadirkan pengertian sesuatu, bukan maksud atau pemikiran sesuatu.
Dalam logika dikenal adanya dua macam proposisi, menurut sumbernya, yaitu proposisi analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yangnsudah terkandung pada subyeknya, seperti:
Mangga adalah buah-buahan.
Kuda adalah hewan.
Ayah adalah orang laki-laki.
Kata ‘hewan’ pada contoh kuda adalah hewan pengertiannya sudah terkandung pada subyek kuda. Jadi predikat pada proposisi analitik tidak mendatangkan pengatahuan baru. Untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa kita lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu, proposisi analitik disebut juga proposisi a priori.
Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti:
Pepaya itu manis.
Gadis itu gendut.
Onassis adalah kaya raya.
Kata manis pada proposisi ‘Gadis ini manis’ pengertiannya belum terkandung pada subyeknya, yaitu ‘gadis’. Jadi kata ‘manis’ merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengelaman. Proposisi sintetik adalah lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai tidaknya dengan kenyataan empiriknya.  Proposisi ini disebut juga proposisi ini disebut juga proposisi a posteriort.



  1. Cabang-cabang Proposisi.

1.Proposisi Kategorik.
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat, seperti:
Hasan sedang sakit
Anak-anak yang tinggal di asmara adalah mahasiswa

Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek, satu term predikat, satu kopula satu quantifier.
Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menunjukkan banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek. Dalam contoh berikut unsur sebuah proposisi kategorik dapat kita ketahui dengan jelas:
Sebagian               manusia          adalah             pemabuk
      1                           2                      3                       4

1= quantifier:        2= term subyek;          3=kopula;        4=term predikat;

Quantifier ada kalanya menunjukan kepada permasalah universal, seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap, tidak satupun; ada kalanya menunjukan kepada permasalahan partikural, seperti; sebagian, kebanyakan, beberapaa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, rata-rata, [salah] seorang diantara...; [salah] sebuah di antara...; adakalanya menunjukkan kepada permasalahan singular, tetapi untuk permasalahan singular biasanya quantifier tidak dinyatakan.
Apabila quantifier suatu proposisi menunjukan kepada permasalahan universal maka proposisi itu disebut proposisi universal; apabila menunjuk kepada permasalah partikuraldisebut proposisi partikural dan apabila menunjukan masalah singular disebut proposisi singular.

2. Proposisi Hipotetik.
            Kalau proposisi kategorik menyatakan suatu kebenaran tanpa syarat, maka pada proposisi hipotetik kebenaran yang dinyatakan justru digantungkan pada syarat tertentu. Antara keduanya mempunyai perbedaan mendasar.
            Pada proposisi kategorik kopulanya selalu ‘adalah’ atau ‘bukan’ atau ‘tidak’, sedangkan pada proposisi hipotetik kopulanya adalah ‘jika, apabila, atau manakala’ yang kemudian dilanjutkan dengan ‘maka’, meskipun yang terakhir ini sering tid ak dinyatakan. Pada proposisi kategorik kopula menghubungkan dua buah term sedang pada proposisi hipotetik kopula menghubungkan dua buah pernyataan.

3. Proposisi Disyungtif.
            Proposisi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi kategorik. Dalam proposisi hipotetik kopula menghubungkan sebab dan akibat sedang dalam proposisi disyungtif kopula menghubungkan dua buah alternatif.
            Ada dua buah proposisi disyungtif, proposisi disyungtif sempurna dan proposisi disyungtif tidak sempurna.
Rumusnya proposisi disyungtif sempurna: A mungkin B mungkin non B
            Contoh; Hasan berbaju putih atau berbaju non-putih.
                          Fatimah berbahasa Arab atau barbahasa non-Arab.
Rumus disyungtif tidak sempurna: A mungkin B mungkin C
            Contoh; Hasan berbaju hitam atau berbaju putih.
                           Budi di toko atau dirumah.
                           PSSI menang atau kalah.












Bagian Kedelapan
SILOGISME

  1. SILOGISME KATEGORIK
    1. Pengertian
Permasalahan eduksi oleh sebagian ahli logika disebut penyimpulan langsung (immediate inference), maka silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung ( mediate inference ).
Aristoteles membatasi silogisme sebagai : Argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan.
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan proposisi kategorik. Demi lahirnya konklusi maka pangkalan umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal. Sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus pertikular atau singular, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya.
    1. Hukum-hukum silogismekategorik
1.      Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti :
semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidakmenyehatkan, jadi :
Sebagian makanan tidak halal dimakan
2.      Apabila salah satu premis negative, kesimpulan harus negative juga, seperti :

Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi :
Sebagian pejabat tidak disenangi
3.      Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil    kesimpulan (kesimpulan nya tidak pasti), seperti :
Beberapa politikus tidak jujur
Banyak cendekiawan adalah politikus,jadi :
Banyak cendekiawan tidak jujur.
4.  Dari kedua premis yang sama-sama negative, tidak menghasilkan kesimpulan apapun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Seperti :
 kerbau bukan bunga mawar
 kucing bukan bukan bunga mawar
 (tidk adakesimpulan)
5.      Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar ( mencakup).
Dari dua premis yangterm penengahnya tidk tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti :
Semua tanaman membutuhkan air.
Manusia membutuhkan air, jadi:
Manusia adalah tanaman
6.      Term-prediket dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti :
Hasan adalah manusia
Budi bukan hasan, jadi :
Budi bukan manusia.
7.      Term penengah bermakna sama, baik dalam prenis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti ;
Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan
Orang yang berpanu adalah berpenyakit menular, jadi :
Orang yang berpanu harus diasingkan.
8.      Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat, dan term middle.
4.      Absah dan Benar
Dalam membicarakan silogisme, kita harus mengenal dua istilah, yaitu abash dan benar.
Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulannya, apakah pengambilan konklusi sesuai dengan patokan diatas dan dikatakan tidak valid bila sebaliknya.

Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah ia didukung atau sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai dengan fakta, proposisi itu benar.
Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan suatu satuan yang tidak bisa dipisahkan, untuk mendapatkan konklusi yang sah dan benar.

  1. SILOGISME HIPOTETIK
    1. Pengertian
Silogisme hipotetik adalah argument yang yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis miornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau term konsekuen premis mayornya.
Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian antseden dan mungkin pula bagian konsekuennya tergantung oleh bagian yang diakui atau dipungkiri oleh premis minornya.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik :
1.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian  antecedent, seperti :
jika hujan, saya naik becak
sekarang hujan
jadi saya naik becak

2.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti :
bila hujan, bumi akan basah
sekarang bumi telah basah
jadi hujan telah turun
3.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :
jika politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintaj tidak dilaksanakan dengan paksa, jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turum ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
    1. Hukum-hukum silogisme hipotetik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting, di sini adalah menentukan ‘kebenaran konklusinya’ bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hokum silogisme hipotetik adalah:
1.      Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
2.      Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana
3.      Bila B terlaksana maka A terlaksana
4.      Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Kebenaran hokum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut :
Bila terjadi peperangan, harga bahan makanan membumbung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membumbung tinggi.
  1. SILOGISME DISYUNGTIF
    1. Pengertian
Silogisme disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya keputusan karegorika yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut premis mayor.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arati sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,seperti :
Ia lulus atau tidak lulus.

Ternyata ia lulus, jadi
Ia bukan tidak lulus
Silogisma disyungtif dalam arti luas, premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti :
Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidk di rumah
Jadi hasan di pasar
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun dalam arti luas mempunyai dua tipe, yaitu :
1.      Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti :
ia berada di luar atau di dalam
ternyata tidak di luar
jadi ia berda di dalam
2.      Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti :
budi di mesjid atau di sekolah
ia berada di mesjid
jadi ia tidak berada di sekolah
    1. Hukum-hukum silogisme disyungtif
1.      Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :

Hasan berbaju putih atau tidak putih
Ternyata berbaju putih
Jadi ia bukan tidak berbaju putih
2.      Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah sebagai berikut :
a.      Apabila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar), seperti :
budi menjadi guru atau pelaut
ia adalah guru
jadi bukan pelaut
b.      Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, konklusinya tidak sah (salah),seperti :
penjahat itu lari ke solo atau ke yogya
ternyata tidak lari ke yogya
jadi ia lari ke solo (bisa jadi lari ke kots lain)



















Bagian Sembilan
ANALOGI

A.     PENGERTIAN ANALOGI

Dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa  menuju kepada satu peristiwa lain yang sejenis.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena meuju fenomena lain yang sejenis kemudian  disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama aka terjadi juga pada fenomena yang lain;demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam satu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu:peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat dan ketiga fenimena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan penalaran analogi.jika kita membeli  sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet dipakai (fenomena yang di analogikan), karena sepatu dulu dibeli di took yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa  adalah penalaran analogi.

    B.MACAM-MACAM ANALOGI
      Analogi induktif,analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada  pada dua fenomena, kemudian di tarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenimena kedua. Bentuk argumen  ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.
      Analogi disamping utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non argumen,yaitu sebagai penjelas.Analogi ini disebit analogi deklaratif atau analogi penjelas.
      Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. Para penulis dapat dengan tepat mengemukakan isi hatinya dalam menekankan pengertian sesuatu contoh analogi deklaratif adalah:
Ilmu pengetahuan ilmu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan  pengetahuan itu ilmu, Sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.
               Disini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah  yang sudah begitu dikenal.Begitu pula penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih sama dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.

Para pejuang wanita memutus kan untuk menguji apakah undang undang perkawinan itu menguntungkan kedudukan wanita tenyata semakin jelas bahwa undang undang perkawinan itu tidak ubah nya undang undang perbudakan yang dikatakan sebagai  perlindungan  hak hak orang orang hitam; padahal kata perlindugan hak tidak ubah nya adalah penindasan terselubung.
Di sini penulis hendak menegaskan bahwa undang-undang perkawinan merupakan penindasan terselubung, sebagaimana undang-undang perbudakan. Orang masih samar  bahwa undang-undang perkawinan itu sebenarnya merupakan penindasan. Untuk para pejuang wanita ( di Negara barat ) menegaskan bahwa undang-undang perkawinan itu sama liciknya dengan undang-undang perbudakan yang telah diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan terselubung.

  1. CARA MENILAI ANALOGI
Sebagaimana generalisasi, kepercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi. Untuk mengukur derajat keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
  1. sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin besar pula taraf kerpercayaannya. Apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang tukang penatu dan ternyata hasilkan tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada kawan saya untuk mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirimkan ke tukang penatu yang sama. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, F dan G juga mengalami hal yang serupa.
  2. sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Ambilah contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak di pakai. Analogi ini menjadi kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
  3. sifat dari analogi yang kta buat. Apabila kita mampunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil yang sama dengan mobil B yang sama dengan mobil kita akan  bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat.Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjad lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yangt kita analogikan semakin kuat analogi itu.
  4. mempertimbangkan ada tidaknya unsure-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsure-unsurnya yag berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklisi yang kita ambil bahwa Zaini pendatang baru di universitas X akan menjadi sarjana yang ulung beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lenih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya. A, B, C, D dan E yag mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi,pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana yang ulung.
  5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita bel setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan  tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuhn 15 km setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur  yang relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.
Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal.Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan,analogi ini cukup repercaya kebenarannya .Kita mengetahui bahwa sambungan rel kareta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas,rel tetap pada posisinya,maka kita akan mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya melengkung bila panas.karena kita telah menyuruh tukang untuk memberi jarak pada tiap sambungan nya.Disini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas,maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung.Namun begitu analogi yang bersifat kausal memberikan keterpercayaan. yang kokoh  






























Bagian Kesepuluh
KEKELIRUAN BERPIKIR

A.      KEKELIRUAN FORMAL
1.      Fallacy of Four Terms (Kekeliruan Karena Menggunakan Empat Term
Kekeliruan berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme ini terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri dari tiga term, seperti :

Semua perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan hukuman. Menjual barang dibawah harga tetangganya adalah menggangu kepentingan orang lain. Jadi, menjual harga dibawah tetangganya diancamamn dengan hukuman.
                                                                               
2.      Fallacy of Undistributed Middle (Kelzeliruan Karena Kedua Term Penengah Tidak Mencakup)
Kekeliruan berpikir karena tidak satu pun dan kedua term penengah mencakup, seperti:
Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekaIi, karena itu tentulah ia banyak belajar.

3.      Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar)
Kekeliruan berpikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup, seperti:
Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura, karena itu ta bukan binatang melata.

4.      Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan dan Dua Premis yang Negat
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan dan dua premis negatif. Apabila terjadi demikian sebenamya tidak bisa ditank konklusi.

5.      Fallacy of Affirming the Consequent (Kekeliruan Karena Mengakui Akibat)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya, seperti :
Bi1a pecah perang harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik, jadi perang telah pecah.

6.      Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana, seperti :
Bila permintaan bertambah harga naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik.

7.      Fallacy of Disjunction (Kekeliruan dalam Bentuk Disyungtif)
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena rnengingkari altematif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya altematif yang lain, seperti :

dia menulis cerita atau pergi ke Surabaya. Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi ia tentu menulis cerita.

8.       Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena tidak Konsisten)
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang saw dengan pemyataan yang diakui sebe1umya, seperti :
Anggaran Dasar organisasi kita sudah sempurna; kita penlu melengkapi beberapa fasal agar komplit.
 

B.       KEKELIRUAN INFORMAL
1.       Fallacy of Hasty Generalization (Keheliruan Karena Membuat Generalisasi yang terburu – buru)
Kekeliruan berpikir karena tergesa-gesa membuat generalisasi, yaitu mengambil kesimpulan umum dan kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya, seperti:

Dia orang Islam mengapa membunuh. Kalau begitu orang Islam memang jahat.

2.      Fallacy of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memalzsakan Praduga)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan, seperti :

Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka goresn di pipinya. Seseorang menyatakan bahwa isterinyalah yang nelukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungann dengan isterinya, padahal sebenamya karena goresan besi pagar.

3.      Fallacy of Begging the Question (Kekeliruan Karena Mengundang Pennasalahan)
Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dad premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti :

Allah itu mesti ada karena ada bumi

4.      Fallacy of Circular Argument (Kekeliruan Karena Menggunakan Argumen yang Berputar)
Kekeliruan berpikir karena menarik konklusi dan satu premis kemudikbnklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan pmis semula
Dijadikan konklusi pada argument benkutnya seperti :

Sarjana – sarjana lulusan perguruan tinggi Omega kurang bermutu karena organisasinya kurang baik. Mengapa organisasi perguruan tinggi itu kurang baik? Dijawab karena lulusan perguruan tinggi itu kurang bermutu.

5.      Fallacy of Argumentative Leap (Kekeliruan Karena Berganti Dasar)
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dan premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dan dasar semula, seperti :

Ia kelak menjadi mahaguru yang cerdas, sebab orang tuanya kaya
Pantas ia cantik karena pendidikannya tinggi.
Bentuk tulisannya bagus, jadi ia adalah anak yang pandai.

6.      Fallacy of Appealing to Authority (Kekeliruan Karena Mendasarkan pada Otoritas)
Kekeliruan berpikir karena mendasarkan din pada kewibawaan atau kehormatan seseorang telapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, seperti :

Pisau cukur ini sangat baik, sebab Rudi Hartono selalu menggunakannya. (Rudi Hartono adalah seorang olah ragawan, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai bagusnya logam yang dipakai untuk membuat pisau cukur). Bangunan ini sungguh kokoh, sebab dokter Hans mengatakan demikian. (Dokter Hans adalah ahli kesehatan, bukan insinyur bangunan).

7.       Fallacy of Appealing to Force (Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada Kekuasaan)
Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat argumen seseorang dengan menyatakan :
                                 
Kau masih juga membantah .pendapatku. Kau barn satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.

8.      Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)
Kekeliruan berpikir karena menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya, seperti :

Dia salah seorang yang brutal, jangan dengarkan pendapatnya.

9.       Fallacy of ignorance (Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
Kekeliruan berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendininya argumentasi yang dikemukakannya benar, seperti :

Sudah beberapa kali kau kernukakan alasanmu tetapi tidak terbukti gagasanku salah. lnilah buktinya bahwa pendapatku benar.

10.   Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan yang Ruwet)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak, seperti :
 
Jam berapa kau pulang semalam?; (Yang ditanya sebenarnya tidk pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwà yang ditanya semalam pergi).

11.   Fallacy of Oversimplification (Kekeliruan Karena Alasan Terlalu Sederhana)
Kekeliruan berpikir karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti :
 
Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena paling banyak peminatnya.

12.  Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanyã, seperti :
Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita makan daging mentah.
13.   Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena Argumen yang Tidah Relevan)
Kekeliruan berpikir karena mengajukan argurnen yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti:

Pisau suet itu berbahaya danipada peluru, karena tangan kita seringkali teninis oleh pisau suet dan tidak pemah ökh peluru.

14.  Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Meng ambi Analogi)
Kekeliruan berpir karna menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapisebenarnya berbeda secara mendasar, seperti :

Seniman patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka Tuhan pun memerlukan bahan dalam mencipta alam semesta.

15.  Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihar)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharap: kan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menanik belas kasihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya.

C.      KEKELIRUAN KARENA PENGGUNAAN BAHASA
1.      Fallacy of Composition (Kekeliruan Karena Komposisi)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhahnya, seperti :

Setiap kapal perang telah siap tempur, maka keseluruhan angkatan laut negara itu sudah siap tempur.

2.      Fallacy of Division (Kekeliruan dalam Pembagian)
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat yang ada pada keselunuhannya, maka demikian juga setiap bagiannya, seperti :
Kompleks ini dibangun di atas tanah yang luas,tentulah kamar-kamar tidurnya juga luas

3.      Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)
Kekeliruan berpikir karena kekeliruan membenikan tekanan dalam pengucapan, seperti:
Kita tidak boleh membicarakan kejelekan kawan. (Yang dimaksud, kita dilarang membicarakan kejelekan kawan kita. Tetapi dengan memberi tekanan pada kejelekan, maknanya menjadi lain

4.      Fallacy of Amphiboly (Kekelintan Karena Amfiboli)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditasirkan berbeda – beda.

5.      Fallacy of Equifovocation (Kekeliruan Karena Menggunakan Kata Dalam Beberapa Arti)
Kekeliruan berpikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu, seperti :
Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil (kecil dalam gajah kecil berbeda pengertiannya dengan kecil dalam binatang kecil).






DAFTAR KEPUSTAKAAN


Atikah Anindyarini, Bahasa Indonesia, Jakarta: Industrial, 2008.
Burhanudin Salam, Logika Formal, Jakarta: Bumi Aksara, 1988
Hartono Kasmadi, dkk., Filsafat Ilmu, Semarang : IKIP Semarang Press, 1990
Hasbullah Bakry, Sistimatika Filsafat, Jakarta: Wijaya, 1981.
Jujun S. Suriasumantri,  Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, , 1988
Lorens Bagus, Kamus Filsafat,  Jakarta: Gramedia, 1996
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana,  1986, cet.7
Mundiri, logika, Jakarta: PT. Raja Grapindo persada, 2008.
S.Wojowasito – W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris, Bandung: Hasta,  1980
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila I, Edisi II, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 1982
Surajiyo, dkk., Dasar-Dasar Logika, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Yaya S. Kusumah, Logika Matematika Elementer, Bandung, 1986



[1] Mundir, logika, (jakarta: PT. Raja Grapindo persada, 2008).
[2] Ibid., hlm 23-24.
[3] Ibid., hlm 26-28.
[4] Atikah Anindyarini, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Industrial, 2008).
[5] Drs. H. Mundiri, logika, Jakarta, PT PajaPrafindo Persada, Thn 2008, hlm 208

1 komentar:

  1. izin mengambil dan mengutip sebagian yaaa buat tugas kuliah, terimakasih.

    BalasHapus