BUYA MUDO RASIDIN

Anda Bertanya, Buya Menjawab

Religius, Cultural, dan Rasional

Selasa, 26 November 2013

Khutbah Nikah



Khotbah Nikah

 Di antara tanda-tanda keagungan Allah ialah, Dia menciptakan bagimu, dari jenismu sendiri, pasang-pasangannya, supaya kamu hidup tenteram bersamanya; dan dijadikan Allah bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir." (Q.S. 30: 21)
Ayat ini ditempatkan Allah pada rangkaian ayat tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta -tentang tegaknya langit, terhamparnya bumi, jatuhnya air hujan, gemuruhnya halilintar, dan keajaiban penciptaan manusia. Dengan ayat ini Allah ingin mengajarkan kepada kita betapa Ia dengan sengaja menciptakan kekasih yang menjadi pasangan hidup manusia.
Diciptakan Allah bumi dengan segala yang ada di atasnya -samudera luas, bukit tinggi, rimba belan­tara- untuk kebahagiaan manusia. Diedarkan Allah mentari, rembulan, dan gemintang; diturunkan-Nya hujan, ditumbuhkan-Nya pepohonan, dan disirami-Nya tetanaman; semuanya untuk kebahagiaan manusia.
Tetapi, Allah Yang Mahatahu memberikan lebih dari itu. Diketahui-Nya getar dada kerinduan hati. Dia tahu betapa sering kita memerlukan sese6rang yang mau mendengar bukan saja kata yang diucap­kan, melainkan juga jeritan hati yang tidak terung­kapkan; yang mau menerima segala perasaan -tanpa pura-pura, prasangka, dan pamrih. Karena itu dicip­takan-Nya seorang kekasih. Allah tahu, pada saat kita diharubiru, diempas ombak, diguncang badai, dan dilanda duka, kita memerlukan seseorang yang mampu meniupkan kedamaian, mengobati luka, menopang tubuh lemah, dan memperkuat hati -tan­pa pura-pura, prasangka, dan pamrih. Karena itu diciptakan-Nya seorang kekasih. Allah tahu, kadang­kadang kita berdiri sendirian lantaran keyakinan atau mengejar impian. Kita memerlukan seseorang yang bersedia berdiri di samping kita- tanpa pura­pura, prasangka, dan pamrih. Karena itu diciptakan­Nya seorang kekasih.
Supaya hubungan antara pencinta dan kekasih­nya itu menyuburkan ketenteraman, cinta, dan kasih sayang, Allah menetapkan suatu ikatan suci, yaitu, akad nikah. Dengan dua kalimat yang sederhana - ijab dan kabul- terjadilah perubahan besar: yang haram menjadi halal, yang maksiat menjadi ibadat, kekejian jadi kesucian, dan kebebasan menjadi tanggung jawab.
Maka nafsu pun berubah menjadi cinta dan kasih sayang. Begitu besarnya perubahan ini sehingga Al­Qur'an menyebut akad nikah sebagai mistaqan ghalizha (perjanjian yang berat). Hanya tiga kali kata ini disebut dalam Al-Qur'an. Pertama, ketika Allah membuat perjajian dengan para Nabi --dengan.Nuh, Ibarahim, Musa, Isa, dan Muhammad Saw. (Q.S. 33: 7). Kedua, ketika Allah mengangkat Bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersum­pah setia di hadapan Allah (Q.S. 4: 154). Dan ketiga, ketika Allah menyatakan hubungan pernikahan.
.
Saudara-saudariku,
Karena itu, peristiwa yang baru saja terjadi ini bukanlah peristiwa kecil di hadapan Allah. Akad nikah yang baru saja anda lakukan berdua sama tingginya dengan perjanjuan para rasul, sama dah­syatnya dengan perjanjian bani Israil di bawah Bukit Thur yang bergantung di atas kepala mereka. Peris­tiwa akad nikah tidak saja disaksikan oleh kedua orang tua, saudara-saudara, dan sahabat-sahabat anda, tetapi juga disaksikan oleh para malaikat di langit yang tinggi, dan terutama sekali disaksikan oleh Allah Penguasa alam semesta.
Bila anda sia-siakan perjanjian ini, bila anda ceraikan ikatan yang sudah terbuhul, bila anda putus­kan janji yang sudah terpatri, anda bukan saja harus bertanggung jawab kepada mereka yang hadir saat  ini. Anda juga harus bertanggung jawab di hadapan Allah Robbul 'alamin.
Rasulullah Saw bersabda:

"Laki-laki adalah pemimpin di tengah keluarga­nya, dan ia harus mempertanggungjawkan kepe­mimpinannya. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. " (H.R. Bukhari Muslim)
Karena itu, Rasulullah mengukur baik-buruknya seseorang dari cara dia memperlakukan keluarganya.
"Yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik dan paling lembut terhadap keluarga­nya. "
Mengapa Allah dan Rasul-Nya mewasiatkan agar kita memelihara akad nikah yang suci ini? Mengapa kebaikan manusia diukur dari cara memperla­kukan keluarganya? Mengapa suami dan istri harus mempertanggungjawabkan peran yang dilaksanakan mereka di hadapan Allah? Jawabnya sederhana: Karena Allah tahu bahwa kebahagiaan dan pen­deritaan manusia sangat bergantung pada hubungan mereka dengan orang-orang yang dicintai mereka, yakni dengan keluarganya. "Bila di dunia ini ada surga," kata Marie von Ebner-Eschenbach, "surga itu ialah pernikahan yang bahagia." Tetapi, bila di dunia ini ada neraka, nereka itu adalah pernikahan yang gagal. Para psikolog menyebutkan persoalan rumah tangga sebagai penyebab stress yang paling besar dalam hidup manusia!
Karena itulah, Islam dengan penuh perhatian mengatur urusan rumah tangga. Sebuah ayat pernah diturunkan dari langit hanya untuk mengatur urusan pernikahan antara Zainab dan Zaid bin Haritsah. Sebuah surat turun untuk mengatur urusan rumah tangga seluruh kaum Muslimin. Ribuan tahun yang silam, di Padang Arafah, di hadapan ratusan ribu umat Islam yang pertama, Rasulullah Saw menyam­paikan khotbah perpisahan. Perhatikanlah apa yang diwasiatkanny a pada hari itu:
"Wahai manusia, takutlah kepada Allah akan urusan wanita. Sesungguhnya kamu telah mengam­bil mereka sebagai istri dengan amanat Allah. Kami halalkan kehormatan mereka dengan kalimah Allah. Sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istrimu, dan istrimu pun mempunyai hak atas kamu. Ketahuilah, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap istri kalian. Mereka adalah penolong kalian. Mereka tidak memilih apa­apa untuk dirinya, dan kamu pun tidak memilih apa-apa dari diri mereka selain itu. Jika mereka patuh kepadamu, janganlah kamu berbuta aniaya terhadap mereka. " (H.R. Muslim dan Turmudzi)
Izinkanlah saya menyampaikan amanat, pertama kepada Saudara yang kini harus memikul wasiat nabi pada Haji Wada'.
Saudaraku, pagi ini, dengan nikmat dan inayat Allah Swt, anda sampai pada saat yang paling indah, paling bahagia, tetapi juga paling mendebarkan dalam kehidupan anda. Saat paling indah, sebab mulai pagi ini cinta tidak lagi berbentuk impian dan khayalan. Saat yang paling bahagia, sebab akhirnya anda berhasil mendampingi wanita yang anda cintai. Saat yang paling mendebarkan, sebab mulai saat ini anda me­mikul amanat Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.
Kalau pada saat ini dada anda berguncang, darah anda berdebur, dan suara anda bergetar, itu adalah pertanda anda tengah memasuki babak baru dalam kehidupan anda. Dahulu anda adalah manusia bebas yang boleh pergi sesuka anda. Tetapi, sejak pagi ini, bila anda belum juga pulang setelah larut malam, di rumah anda ada seorang wanita yang tidak bisa tidur karena mencemaskan anda. Kini, bila berhari-hari anda tidak pulang tanpa berita, di kamar anda ada seorang perempuan lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan air mata. Dahulu, bila anda mendapat musibah, anda hanya mendapat ucapan "turut berduka-cita" dari sahabat-sahabat anda. Tetapi kini, seorang istri akan bersedia mengor­bankan apa saja agar anda meraih kembali kebaha­giaan anda. Anda sekarang mempunyai kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan Anda.
Saudaraku, wanita yang duduk di sisi anda bukanlah segumpal daging yang dapat anda kerat dengan semena-semena, dan bukan pula budak belian yang dapat anda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang dianugerahkan Allah untuk membuat hidup anda lebih indah dan lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah yang akan anda pertanggung­jawabkan di hadapan-Nya:
"Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksaannya di dunia ini juga, yaitu al-baghyu dan durhaka kepada orangtua. " (H.R. Turmudzi, Bukhari, dan Thabrani)
Al-Baghyu adalah berbuat sewenang-wenang, ber­buat zalim dan menganiaya orang lain. Dan al-baghyu yang paling dimurkai Allah ialah berbuat zalim terhadap istri sendiri. Termasuk al-baghyu ialah menelantarkan istri, menyakiti hatinya, merampas kehangat cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikannya dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama anda. Karena itulah Rasulullah Saw mengukur tinggi-rendahnya martabat seorang laki­laki dari cara ia bergaul dengan istrinya. Nabi Saw bersabda:
"Tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan wanita kecuali laki­laki yang rendah juga. "
Rasulullah adalah manusia paling mulia. Dan Aisyah bercerita bagaimana Rasul memuliakannya;
"Di rumah," kata Aisyah, "Rasulullah melayani keperluan istrinya -memasak, menyapu lantai, memerah susu, dan membersihkan pakaian."
Dia memanggil istrinya dengan gelaran yang baik. Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, ada beberapa orang menemui Aisyah, memintanya agar menceritakan perilaku Nabi Saw. Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu. Air matanya berderai. Kemudian, dengan nafas panjang, ia berkata, "Kana kullu amrihi ajaba. " (Ah... semua perilakunya indah.) Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mem­pesona, Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia bangun di tengah malam dan meminta izin kepada Aisyah untuk salat malam.
"Izinkan aku menyembah Tuhanku," ujar Rasulullah Saw kepada Aisyah."
Bayangkan, Saudara, sampai untuk salat malam saja diperlukannya izin istrinya. Di situ berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan, dan penghormatan.
Saudaraku, kalau saya harus menyimpulkan nasihat saya kepada anda, saya hanya ingin menga­takan: Muliakan istri anda begitu rupa sehingga kelak, bila Allah menakdirkan anda meninggal lebih dahulu, lalu kami tanyai istri anda tentang perilaku anda, ia akan menjawab seperti Aisyah: "Ah... semua perilakunya indah, menakjubkan."
Saudaraku, dengan izin anda, perkenankanlah saya sekarang menyampaikan wasiat Rasulullah Saw kepada wanita di samping anda.
Rasul yang mulia bersabda:
"Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, akan aku perin­tahkan istri untuk bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka (H.R. Abu Dawud, Al-Hakim, dan At-Turmudzi)
Banyak istri menuntut agar suaminya membaha­giakan mereka. Jarang terpikirkan bagaimana ia berusaha membahagiakan suami. Cinta dan kasih sayang tumbuh dalam suasana "memberi", bukan "mengambil". Cinta adalah sharing -saling berbagi. Anda tidak akan memperoleh cinta kalau yang anda tebarkan adalah kebencian. Anda tidak akan memetik kasih sayang kalau yang anda tanam adalah kema­rahan. Anda tidak akan meraih ketenangan bila yang anda suburkan dendam dan kekecewaan.
Saudariku, anda boleh memberi apa saja yang anda miliki. Tetapi, buat suami anda, tidak ada pemberian istri yang paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan pen­deritaan. Di luar rumah, suami anda boleh jadi diguncangkan dengan berbagai kesulitan. Di luar, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan yang kasar, dan pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika ia pulang ke rumah, di situ ditemu­kannya wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut, dan berlindung di dalam kateduhan kasih sayang anda. Seperti cerita putri salju-nya Andersen, suami anda ingin mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang terbit dari samudera kasih sayang anda.
Rasul yang mulia bersabda:                       .
"Istri yang paling baik ialah yang membahagia­kanmu bila kamu memandangnya, yang mema­tuhimu bila kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu tidak ada." (H.R. Thabrani)
Rasul yang mulia bersabda bahwa surga terletak di bawah telapak kaki kaum ibu. Apakah rumah tangga yang anda bangun hari ini akan menjadi surga atau neraka, bergantung kepada anda sebagai ibu rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga bila di situ anda hiaskan kesebaran, kesetiaan, dan kesucian, Allah berfirman:
"(Wahai kaum wanita), ingatlah ayat-ayat Allah dan al-hikmah yang dibacakan di rumah-rumah kamu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui." (Q.S. 33: 34)
Saudariku, kelak bila perahu rumah tangga anda bertubrukan dengan kerikil tajam, bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncang gempa cobaan, kami ingin melihat anda tetap teguh di samping suami anda. Anda tetap tersenyum walaupun langit makin mendung. Pada saat seperti itu mungkin tidak ada yang paling menyejukkan suami anda selain melihat pemandangan yang mengharukan. Ia bangun di malam hari. Didapatinya anda tidak ada di samping­nya. Tetapi, kemudian ia dengar suara yang dikenal­nya betul. Di atas sajadah atau di atas lantai yang dingin, ia menyaksikan seorang wanita bersujud. Suaranya gemetar. Ia sedang bermohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu suami anda akan mengangkat tangan . ke langit, dan bersamaan dengan tetes-tetes air matanya ia berdoa: "Ya Allah, karuniakan kepada kami istri dan keturunan yang menenteramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang takwa."
Pernah suatu saat Aisyah bercerita l'Madijah me­ninggal dunia:
"Hampir setiap kali Rasulullah Saw akan keluar rumah, beliau menyebut Khadijah seraya memuji­nya. Sehingga, pada suatu hari, ketika beliau menyebutnya lagi, timbul rasa cemburuku, dan kukatakan kepadanya: Bukankah ia hanya seorang wanita yang sudah tua, sedangkan Allah telah memberi anda pengganti yang lebih baik daripada dia? Mendengar itu Rasulullah Saw kelihatan amat marah, sehingga bagian depan rambutnya bergetar karenanya. Lalu beliau berkata: Tidak, demi Allah! Aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik daripada dia...! Dia beriman kepadaku ketika orang-orang lain masih dalam kekafiran. Dia menaruh kepercayaan padaku ketika orang lair. mendustakanku. Dia membantuku dengan harta ketika tidak seorang pun selain dia bersedia mem­beriku sesuatu. Dan Allah telah menganugerahkan keturunanku darinya, dan tidak dari istri-istriku yang lain. " (Al-Hadis)
Saudariku, andaikan ditakdirkan Allah anda me­ninggal dunia lebih dulu, lalu kami menemui suami anda, dan kami tawarkan pengganti anda, pada saat itu suami anda akan bergetar marah dan, seperti Rasul yang mulia, ia berkata, "Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan dia. Dia yang memperkuat hatiku ketika aku hampir putus asa. Dia memper­cayaiku ketika semua orang menjauhiku. Dia mem­beriku ketulusan hati ketika semua orang meng­khianatiku." Bila itu yang terjadi, berbahagialah anda, saudariku, karena Rasulullah Saw bersabda:
,,.
"Bila seorang wanita meninggal dunia, sedangkan suaminya rida sekali dengan tingkah takunya keti­ka ia masih hidup, maka wanita itu masuk surga. "
Saudara-saudariku, hadirin dan hadirat,
Marilah kita antarkan kedua mempelai pada kehidup­an mereka yang baru. Kepada mereka berdua ingin kita amanatkan firman Allah Swt:
"Berbekallah kalian, sesungguhnya bekal yang paling baik ialah takwa." (Q.S. 2: 197)

Ya Allah, pagi ini dua hamba-Mu yang dhaif mematri janji di hadapan kebesaran-Mu, Kami tahu, tidak mudah bagi mereka untuk memelihara ikatan suci ini dalam naungan rida dan maghfirah-Mu. Kami tahu, amat berat bagi mereka untuk mengayuh perahu rumah tangga mereka menghadapi taufan godaan di hadapan mereka. Karena itulah kami datang memohon rahman dan rahim-Mu.
Tunjukilah mereka jalan yang lurus, jalan orang­orang yang telah Engkau anugerahkan kenikmatan, bukan jalan orang-orang yang tenggelam dalam kese­satan. Sinarilah hati mereka dengan cahaya petunjuk­Mu. Terangilah jalan mereka dengan sinar taufik-Mu. Kalau Engkau berkenan menganugerahkan nikmat­Mu. Terangilah jalan mereka dengan sinar taufik-Mu. Kalau Engkau berkenan menganugerahkan nikmat-Mu atas mereka, bantulah mereka untuk banyak berzikir dan bersyukur atas nikmat-Mu. Hindarkan mereka dari kealpaan orang-orang yang terlena dalam kemewahan dunia. Lembutkan mereka untuk merasakan curahan rahmat-Mu. Bimbinglah mereka untuk membahagia­kan anugerah-Mu kepada hamba-hamba-Mu.
Bila Engkau berkenan memberikan ujian atas mereka, berikan bagi mereka keteguhan hati dan kesabaran, lalu bangunkan mereka di tengah kehe­ningan malam. Gerakkan bibir-bibir mereka untuk menyebut nama-nama-Mu yang suci. Basahkan sajah mereka dengan air mata kekhusyuan ketika mereka merintih di hadapan rahman-rahim-Mu. Dan jadikan saat-saat seperti ini sebagai saat yang paling menen­teramkan hati mereka.
Ya  Allah, tunjukkan kepada mereka jalan yang benar itu benar, dan berikan kepada mereka kemam­puan untuk mengikutinya. Dan tunjukkan kepada mereka jalan yang sesat itu sesat, dan berikan kepada mereka kemampuan untuk menjauhinya.
Ya Allah, mereka telah berniat untuk melaksana­kan amanat-Mu dengan seluruh kemampuan mereka. Cintakan iman pada mereka, dan hiaskan iman itu pada jantung mereka. Bencikan mereka akan kekufu­ran, kefasikan, dan kemaksiatan. Jadikan mereka di antara orang-orang yang mendapat hidayah-Mu.
Ya Allah, indahkan rumah mereka dengan kali­mat-kalimat-Mu yang suci. Suburkan mereka dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi hidup mereka dengan amal saleh yang Engkau ridai. Jadikan mereka, ya Allah, teladan yang indah . bagi manusia.
Ya Allah, damaikanlah pertengakaran di antara kami, pertalikan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan keselamatan. Selamatkanlah kami dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari keje­lekan -yang tampak maupun yang tersembunyi. Ya Allah,, berkatilah pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami (istri) kami, keturunan kami, dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha . Pengampun dan Maha Pengasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar