BUYA MUDO RASIDIN

Anda Bertanya, Buya Menjawab

Religius, Cultural, dan Rasional

Selasa, 03 Desember 2013

Kumpulan Khutbah MUI Kerinci 2012




1
KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA
Oleh: Dr. H. Masnur Alam, M.PdI

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   اللهم صل و سلم على  سيد نا محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ومن اتبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أَمَّا بَعْدُ؛ أيها المسلمون رحمكم الله ! اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
قال تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون.

Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia…
Keluarga dalam pandangan Islam bukanlah sekadar tempat berkumpul yang terikat karena perkawinan dan keturunan saja, melainkan memeliki fungsi, tanggung jawab serta tugas yang luas dan konflik. Di antaranya adalah fungsi serta tanggung jawab edukatif, bahwa keluarga wajib memberikan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anaknya, karena orang tua merupakan figur sentral dalam proses  pendidikan. Islam menempatkan keluarga pada posisi yang sangat penting sebagai pendidikan informal,the first school, dan menentukan terutama terhadap pendidikan keimanan,akhlak mulia(moral), watak dan kepribadian.
Di dalam Al-Qur’an Surat 66:6 Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S.66:6).
Ayat di atas ini menunjukkan betapa besar tanggungjawab orang tua terhadap keluarga, terutama anak-anaknya, agar selalu dibimbing serta dibina belajar agama sejak usia dini, dengan demikian akan tumbuh semangat, kesadaran serta pembiasaan beragama dalam keluarga. Keluarga yang demikian pada puncaknya akan menjadi sakinah, mawaddah wa rahmah. Keluarga  inilah yang disinyalir oleh Nabi dengan ucapannya “ Baiti Jannati” (Keluargaku adalah Syurgaku). Tapi jika kondisi keluarga berantakan, pendidikan dalam keluarga terabaikan, anak akan menjadi  gelandangan tanpa arah dan tujuan, dan akhirnya menjadi musuh bagi keduanya.
Sebagaimana Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isteri  dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, …Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu, hanyalah cobaan (bagimu) dan di sisi Allahlah pahala yang besar”. (Q.S.64: 14-15).
Kondisi yang demikian ini membuat kerukunan rumah tangga menjadi hilang, kebahagian jauh sekali, karena orang tua gagal mememelihara amanah Allah, mendidik  anak saleh yang dapat berbakti pada orang tua, masyarakat, nusa dan bangsa serta agama, bahkan di khirat kelak akan menjadi bahan bakarnya api neraka.

Kaum Muslimin yang berbahagia…
Jika diamati tentang konsep pendidikan Islam dalam keluarga, maka bagi orang tua ada beberapa hal yang wajib dilakukan terhadap anak-anak mereka, pertama adalah  yang berhubungan dengan pendidikan aqidah tauhid atau aqidah Islamiyah, agar dapat membangun benteng keimanan yang kokoh. Bagi orang tua harus membuka kehidupan anak dengan kalimat La Ilaha Illal-Lah. Rahasianya adalah agar kalimat tauhid dan syi’ar masuk Islam itu masuk pertama kali ke dalam pendengaran anak dan terekam dengan baik  pada gendang telinga si anak. Maka pendidikan Islam menganjurkan untuk menyuarakan adzan di telinga kanan anak dan iqamah di telinga kirinya, karena ini akan sangat berpengaruh terhadap penanaman dasar-dasar akidah , tauhid dan iman bagi anak tersebut. Dengan pondasi iman yang kuat dan kokoh. Dengan aqidah yang lurus pasti akan membuahkan iman dan takwa yang mantap. Iman merupakan modal utama, tanpa iman hidup manusia akan sesat dan celaka sepanjang masa. Dengan iman   akan membuahkan amal shaleh serta mudah dan ringan dalam melaksanakan ibadah dan segala bentuk kebajikan yang bermanfaat untuk dirinya, keluarga serta berguna untuk Negara bangsa dan agama. Iman tersebut harus selalu dipupuk, dengan pembiasaan melaku perbuatan yang bernilai Islami, agar tidak mandul, keropos, merosot turun atau mungkin hancur total dan binasa, dapat mencapai derajat kafir atau murtad.

Kaum Muslimin yang berbahagia…
Kedua pelaksanaan Ibadah. Disamping iman kita tidak bias lepas dengan Islam. Iman dan Islam tidak dapat dipisahkan  satu sama lain. Pemahaman yang sederhana, iman merupakan “lapangan tugas hati atau rohani” sedangkan Islam menjadi “lapangan tugas jasmani atau anggota badan lahiriyah”. Dengan demikian iman dan Islam harus menyatu pada diri seorang muslim. Dengan perkataan lain seorang muslim haruslah seorang mukmin, seorang mukmin juga sebagai seorang muslim. Bagi seorang muslim harus dapat melaksanakan rukun Islam dengan sempurna, yaitu mengamalkan shalat, zakat, puasa dan haji, yang diawali dengan dua kalimah shahadat. Kelima rukun Islam ini wajib diberikan dalam pendidikan keluarga. Dari kelima rukun Islam, shalat merupakan  ibadah murni,  serta tiang agama yang wajib dibiasakan terhadap anak sejak dini, setelah besar mudah-mudahan menjadi terbiasa.
Rasulullah SAW. Bersabda : yang artinya “Shalat adalah tiang agama, maka siapa menegakkannya, berarti ia telah menegakkan agama dan siapa saja meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agama.(H.R. Baihaqi)
Disamping itu sebagai pembeda seseorang mukmin dengan kafir adalah shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah yang aartinya “Beda antara seorang mukmin dengan seorang kafiran, ialah meninggalkan shalat” (H.R. Ahmad dan Muslim).
Masalah bagaimana pentingnya shalat, maka Rasulullah SAW. Bersabda  yang artinya “Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat dan pisahkanlah tempat tidur mereka”.(H.R. Al-Hakim dan Abu Daud).

Kaum Muslimin Yang berbahagia…
Ketiga,pendidikan Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber hokum Islam dan merupakan way of life yang menjamin kebahagian hidup bagi pemeluknya di dunia dan akhirat kelak.
Firman Allah SWT:

Sesungguhnya  Al-Qur’an  ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang yang Mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi  mereka ada pahala yang besar.(Q.S. Al-Isra’: 9)
Selaku orang tua wajib mengajarkan Al-Qur’an pada anak-anaknya .
Rasulullah bersabda : yang artinya “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain)”.(H.R.Buchari)
Mujahid Islam, Muhammad Rasyid Redho pernah mengatakan:
Kondisi umat Islam (sekarang ini) tidak mungkin dapat diperbaiki kecuali dengan apa yang pernah di pakai memperbaiki generasi awalnya, yakni Al-Qur’an
Maka dengan demikian kita harus kembali kepada Al-Qur’an dan mampu menumbuh suburkan,minat anak untuk cinta mempelajari Al-Qur’an, sehingga generasi nanti menjadi generasi Qur’ani.
Rasulullah mengatakan: yang artinya “Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal: Cinta kepada Nabimu, cinta kepada keluarganya dan cinta kepada Al-Qur’an”. (H. R. Ath-Thabrani)

Kaum Muslimin yang berbahagia…
Keempat, pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak mulia atau budi pekerti sangat penting diberikan dalam rumah tangga atau keluarga, agar anak dapat berperilaku sopan, santun, hormat pada orang tua, sayang pada sesama teman. Sesungguhnya tujuan pendidikan yang paling tinggi adalah akhlak atau budi pekerti yang luhur, agar anak-anak terbentuk rasa kasih saying yang mendalam, rasa hormat menghormati, rajin melaksanakan amal yang baik, dan sebaliknya selalu menjauhi perbuatan  mungkar atau keji, dengan demikian dimata orang banyak dia menjadi terhormat dan kedudukannya menjadi tinggi.
Rasulullah bersabda : yang artinya “Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya”. (H.R.Ahmad dan Al-Hakim)
Orang tua harus menjadi teladan dan kebiasaan berperilaku baik untuk ditiru anak-anak , lama kelamaan akan menjadi akhlak dan tabiat yang mulia pula bagi anaknya. Dengan arti kata tanamlah budi pekerti pada masa kecil, ia akan berguna bagi anak setelah ia besar, remaja dan dewasa. Tetapi setelah ia besar penanaman itu tidak berguna lagi bagi mereka.
Abdur-Razzaq, Sa’i  bin Mansyur dan lainnya meriwayatkan hadits dari Ali ra. : yang artinya “Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik”.
Al-Baihaqi meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas ra. Dari Rasulullah SAW. Bahwa beliau bersabda : yang artinya “Di antara hak orang tua terhadap anak-anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan memberinya nama yang baik”.
Begitu pentingnya pendidikan akhlak ini, maka Nabi Muhammad  sampai mengatakan pemberian, atau warisan yang diberikan ayah kepada anak yang paling utama adalah akhlak yang mulia, bukan dalam bentuk materi atau harta yang melimpah ruwah.
Rasulullah bersabda : yang artinya “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik”.(H.R.At-Tirmidzi).


Kaum Muslimin Yang berbahagia…
Dalam menghadapi dunia yang serba canggih dewasa ini dan masa mendatang, orang tua dituntut betul-betul serius dalam member pendidikan agama pada anak-anak mereka, terutama yang berhubungan dengan pendidikan iman, amal ibadah,pendidikan Al-Qur’an dan pendidikan akhlak. Mudah mudahan anak-anak akan mampu menseleksi dengan baik transpormasi budaya barat yang penuh dengan kemaksiatan dan kemungkaran tersebut, dan dia dapat memilah dan memilih mana yang bermanfaat, perbuatan  positif yang membawa keberuntungan bagi dirinya dan orang lain secara keseluruhan.
فاعتبروا يا اولي الابصار لعلكم ترحمون








2
EKSISTENSI DAN URGENSI TAUHID
Oleh : Dr. Ahmad Jamin, S.Ag., S.IP., M.Ag.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimin Sidang  Jum’at  yang Berbahagia
Syukur Alhamdulillah marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt., Zat Yang Maha Sempurna, Tuhan yang Maha Pengasih  lagi Maha Penyayang. Shalawat dan Salam disampaikan buat junjungan kita Nabi Muhammad Saw., yang telah menuntun kita kepada  ajaran Islam yang mulia.
Pada kesempatan yang baik ini khatib mengajak sidang jum’at marilah kita setiap saat senantiasa menjaga dan meningkatkan taqwa dan iman kita kepada Allah Swt. Dengan modal taqwa kehidupan ini  dapat kita lalui dengan selamat dalam lindungan Allah Swt.
Kaum Muslimin Sidang  Jum’at  Rohimakumullah
Islam yang  kita anut dan amalkan disebut  juga dengan agama Tauhid, karena tauhid merupakan  esensi dan substansi dari ajaran islam. Tauhid secara bahasa adalah mengesakan, adapun secara istilah adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya juga asma dan shifat-Nya.
Demikian penting dan utamanya ketauhidan yang benar. Tauhid   bukanlah sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud-Nya dan Keesaan-Nya dan bukan pula sekedar mengenal asma’ dan sifatNya.
Kaum Muslimin yang mulia
Eksistensi  dan urgensi tauhid dalam Islam di antaranya yaitu :
1.     Tauhid  adalah tujuan utama penciptaan manusia :
Allah Ta’ala berfirman
 
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariat: 56)
            Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala menjelaskan tujuan penciptaan jin dan manusia, yakni beribadah hanya kepada-Nya, dan itulah tauhid. Karenanya sebagian ulama menafsirkan kata ‘beribadah kepada-Ku’ yakni ‘bertauhid kepada-Ku’. Sungguh ibadah tidak dinamakan ibadah kecuali berdasarkan tauhid yang benar, sebagaimana shalat tidak sah kecuali dengan thaharah.

2. Tauhidlah merupakan  landasan bagi setiap amal.
              Ketika kita senantiasa berkeinginan untuk melakukan amal shalih, maka perkara pertama yang mesti kita sentuh, adalah hal yang berkaitan dengan tauhid, karena sungguh amal perbuatan bisa dianggap sebagai amal shalih ketika amal tersebut berdiri tegak di atas aqidah yang benar.
Allah Ta’ala berfirman:
 
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl: 97)
Walhasil, semua amal seseorang tidak akan pernah shalih selama amal tersebut tidak dibangun di atas tauhid yang benar.

3. Tauhid merupakan kunci ampunan
              Allah Ta'ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi: "Wahai manusia, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu menghadap-Ku tanpa melakukan kesyirikan sedikitpun, niscaya Aku akan menghadapmu dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula." (Hadits riwayat At Tirmidzi dan beliau menghasankannya)2
              Demikianlah pentingnya terbebas dari kesyirikan sehingga menjadi kunci atas ampunan dosa setiap hamba, walaupun dosa tersebut sepenuh bumi.
Allah Ta'ala menyatakan 'sedikitpun', yakni terbebas dari kesyirikan yang besar ataupun yang kecil. Dan itulah qalbun salim seperti yang Allah Ta'ala firmankan:
"(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy Syu'ara: 88-89)3

Kaum Muslimin Sidang  Jum’at yang Berbahagia
Jika kalimat komitmen tauhid telah tertanam kokoh  dalam diri seorang hamba, dan apbila  nilai  la ilaha illa Allah telah terealisasi dalam kehidupan seorang hamba, maka ia akan merasakan banyak keutamaan, yaitu:
1.      Tauhid memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Allah.
Memerdekakan fikiran dari berbagai khurafat dan angan-angan yang keliru. Memerdekakan diri dari ketundukan dan menghinakan diri kepada selain Allah. Bahkan   merdeka dari diperbudak oleh nafsu, harta dan perhiasan-perhiasan dunia lainnya.

2.      Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh.
Arah hidup orang yang benar tauhidnya adalah  jelas, tidak menggantungkan diri kepada selain Allah.  Memohon hanya kepada Allah baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
3.      Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan.
Ketauhidan yang murni mengantarkan penganutnya  tidak merasa takut kecuali kepada Allah. Tidak ada kekhawatiran dan ketakutan terhadap kekurangan  rezki, hilangnya  jiwa dan keluarga. Seorang mukmin hanya takut kepada Allah, karena itu ia merasa aman dari segala yang dikhawatirkan oleh kebanyakan manusia. Hal ini karena ia menggantungkan segala sesuatu hanya kepada Allah.
4.      Tauhid memberikan nilai rohani kepada pemiliknya.
Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal kepada Nya, ridha atas qadar Nya, dan sabar  atas musibah yang menimpanya, maka jiwanya  menjadi kuat dalam menghadapi situasi bagaimana pun juga, baik  dalam keadaan lapang  maupun sempit.
5.      Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan keadilan.
Keyakinan yang kuat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah melahirkan pula sebuah kesadaran persaudaraan dan keadilan, bahwa kita semua berasal dari Tuhan yang satu, kita semua bersaudara  dan tidak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk menganiaya sesama saudara.
Itulah buah dari ketauhidan yang murni  yang  dapat membebaskan penganutnya dari berbagai belenggu kemusyrikan,  kehinaan dan kesengsaraan.
Demikianlah khutbah yang singkat ini mudah-mudahan ada manfaatnya

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.













3
MERAIH KEREDHAAN ALLAH
Oleh: Dr. Mhd. Rasidin, M.Ag.

اْلحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ. وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَحَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهْ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِياَّهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ محُمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِىَّ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَهُ أَماَّ بَعْدُ.
 فيَاَعِبَادَاللهِ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. 
 قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ
Sidang jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Khatib senantiasa mengajak kita semua untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT, baik ketakwaan secara lahiriyah maupun ketakwaan secara batiniyah. Ketakwaan secara lahiriyah dapat dibuktikan dengan amal perbuatan manusia. Semakin luhur akhlak kita, semakin, indah budi pekerti kita, semakin suka kita dengan perbuatan yang baik insya Allah ketakwaan secara lahiriyah akan senantiasa terpatri dalam diri kita. Sementara ketakwaan secara batiniyah dapat dibuktikan dengan keimanan kepada Allah. Sesungguhny iman itu bertambah dan berkurang. Semakin meningkat iman kepada Allah, semakin khusuk melaksanakan perintahnya, semakin ikhlas melaksanakan titahnya insya Allah ketakwaan secara batiniyah akan terpatri pula dalam diri kita. Oleh karenanya, khatib kembali menghimbau hadirin sekalian untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah.
Dalam rangka meningkat ketakwaan pada jum’at ini kahtib mengajak hadirin untuk merenungkan kajian tentang cara praktis
MERAIH RIDHA ALLAH
Sidang jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Dalam buku Ihya’ ulumuddin, Imam al-Ghazali menceritakan bahwa imam Ali bin Ali Thalib bertemu dengan Adi bin Hatim yang sedang bersedih. Ali bin Abi Thalib berkata bertanya kepada Adi bin Hatim, ”Wahai Adi, mengapa dirimu bermuram durja?” Adi bin Hatim menjawab, ”Bagaimana aku tidak bersedih, sedangkan kedua anakku terbunuh dan mataku ini tercungkil?”. mendengar keluh kesah ini Ali bin Thalib menasehati Adi bin Hatim, ”Wahai Adi barang siapa yang redho dengan takdir Allah, maka Allah akan redho kepadanya, dan memberinya pahala. Barang siapa yang tidak redho menerima takdir Allah, maka ia pun tidak akan menerima redho Allah, dan amalnya menjadi sia-sia.”
Ungkapan Ali bin Abi Thalib ini menjadi inspirasi kunci meraih ridha Allah. Sesungguhnya amal perbuatan yang tidak mendapat ridha Allah adalah amal yang sia-sia. Meskipun amal itu dilaksana dengan baik menurut akal pikiran pelakunya, namun amal yang tidak mendapat ridha ilahi, maka amal tersebut kehilangan makna ibadah. Ia bagaikan amal perbuatan duniawiyah yang tidak memiliki nuansa ukhrawiyah. Ibadah yang tidak mendapat ridha Allah merupakan ibadah yang sia-sia. Pelaksana ibadah tidak akan mendapatkan apapun dari ibadah yang ia lakukan. Contohnya:  ”Orang berpuasa” tidak mendapat ridha Allah, maka ia termasuk pada orang yang hanya melaparkan diri dengan tidak makan dan minum. ”Orang yang  shalat” tidak mendapatkan ridha Allah, maka ia termasuk pada orang yang hanya menyibukkan diri. Begitu pula dengan ibadah-ibadah yang lain.
Oleh karena itu, ibadah dan seluruh amal perbuatan manusia wajib mendapatkan ridha Allah SWT. Untuk mendapatkan ridha Allah perlu melihat kunci-kunci sukses meraih ke-redha-an Allah agar amal perbuatan bernilai ibadah di sisi Allah. Kunci-kunci meraih ridha Allah ini diungkapkan oleh Allah melalui al-Qur’an dan Sunnah.
Sidang jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Dalam rangka beribadah kepada Allah, seorang hamba harus memenuhi beberapa sifat yang dapat melahirkan ke-redha-an Allah atas perbuatan yang mereka lalukan. Ada beberapa kunci untuk meraih redha Allah terhadap perbuatan manusia.
Pertama, melengkapi syarat dan rukun ibadah. Ibadah yang sah adalah ibadah yang dilengkapi dengan syarat dan rukun. Setiap ibadah wajib sesuai dengan syarat dan rukun. Ibadah yang dilaksanakan tidak berpedoman pada fiqhiyah akan menjadi ibadah yang batal. Orang bisa melaksanakan ibadah sesuai dengan syarat dan rukun, ia termasuk pada orang mampu mengendalikan diri. Karena sesungguhnya orang yang melaksanakan syarat dan rukun ibadah dengan  baik, akan melahirkan sifat:
1.      Mampu melihat diri sebagaimana adanya.
2.      Mampu menerima diri (qanaah)
3.      Mampu menempatkan diri dimana berada
4.      Berpegang teguh dengan prinsip hidup
Orang yang mampu mengendalikan diri, harga dirinya akan naik. Sebab harga diri seseorang :
-         bukan terletak pada kemampuan ilmu semata,
-         bukan pada ketinggian pangkat dan kedudukan,
-         bukan pada kekayaan yang melimpah.
Tapi ditentukan sejauh mana perjuangan dan pengorbanan yang telah diberikannya, sehingga masyarakat betul-betul percaya padanya.
Kedua, mampu menerima qadha Allah. Qadha menurut etimologi bahasa Arab berarti hukum, memberitakan, menghendaki, dan menjadikan. Adapun qadha menurut istilah agama Islam adalah ketetapan atau hukum yang ditetapkan; hukum yang telah menjadi vonis. Hukum yang tidak dapat diubah lagi untuk diterapkan. Inilah yang dikehendaki Allah swt dalam firmannya surat maryam ayat 21:
Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". (Surat Maryam ayat 21)
Orang yang betul-betul berima kepada Allah sedikitpun tidak meragui ketentuan Allah atas dirinya dan alam seluruhnya. Dikala otak sedang hening dan hati sedang jernih, coba kita merenungkan alam ini agak sejenak! Coba perhatikan keindahan bunga yang sedang mekar, warnanya yang indah: merah, kuning, lembayung, jingga, dan lain-lain, dan baunya pun antara sastu dan lainnya berbeda harumnya. Gerangan siapakan yang menciptakan bunga warna-warni yang seindah ini? Siapakah yang mengatur demikan rapi? Alangkh halusnya tangan yang menciptakan segala ini disini manusia tertumpu pada sang Maha Pencipta yang Maha Agung.
 Kita perhatikan pula bentuk kita sendiri: mengapa wajah kita tidak serupa dengan wajah orang lain? Lebih tegasnya mengapa wajah semua manusia tidak sama, bentuk, rupa, warna kulit, dan sebagainya? Jutaan manusia tidak sama dan hadir di dunia bukan dengan kehendak mereka sendiri, malainkan telah ditentukan oleh Tuhan.
Kita tidak pernah tahu ketentuan apa yang telah Allah tetapkan pada kita. Lihat contoh yang terdapat pada Musa As. Setelah lahir kedunia dibuang ibunya ke sungai. Diasuh oleh Fir’un. Namun ia memiliki watak yang berbeda dengan Fir’un. Allah talah menetapkan ketentuan khusus pada dirinya. Tidak dapat diubah oleh apapun. Inilah qadha Allah sebagai sebuah misteri besar.
Oleh karena itu, orang yang mendapat ridha Allah adalah orang yang mampu menerima ketentuan Allah atas dirinya, baik suka maupun duka. Menerima qadha Allah ini akan melahirkan sikap qana’ah, zuhud, dan wara’. Menerima ketentuan Allah akan melahirkan ke-redha-an Allah bagi orang yang menerimanya.

Sidang jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Sesungguhnya memperoleh ridha dari Allah atas semua amal perbuatan mempunyai dua hikmah utama sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam surat al-Fajr ayat 27-30:
Hai jiwa yang tenang.  Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,  Masuklah ke dalam syurga-Ku. (al-Fajr 27-30)
Hikmah yang pertama yang akan didapatkan oleh orang yang diredhai Allah adalah ia akan masuk dalam golongan hamba Allah. Golongan ini di akherat akan mendapat posisi yang mulia disisi Allah. Golongan ini termasuk golongan sebelah kanan atau golongan yang akan menerima kitab amal mereka dari tangan sebelah kanan sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Waqi’ah ayat 7-12:
Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang beriman paling dahulu, mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. berada dalam jannah kenikmatan. (al-Waqi’ah ayat 7-12)
Dalam buku al-Qur’an da terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Golongan Kanan” adalah golongan yang menerima kitab dari sebelah kanan. Mereka golongan yang dimuliakan oleh Allah. Golongan kanan ini mendapat naungan ketika diakherat.
Hikmah yang kedua yang akan didapatkan oleh yang diredhai Allah adalah ia akan masuk dalam surga yang penuh kenikmatan yang Allah janjikan.

Sidang jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Terkahir khatib berpesan:
-         Orang boleh cepat kaya, namun jangan pergunakan kekayaan itu kejalan yang mungkar,
-         Orang harus menjadi pintar tapi jangan pergunakan kepintaran itu untuk memperbodoh orang lain,
-         Orang boleh cepat naik pangkat, tapi jangan sampai terjadi bertambah tinggi pangkatnya bertambah turun martabatnya, bertambah nyata arogannya.
Kaum muslimin dan muslimat mudah-mudahan dengan selalu berpegang teguh dengan ajaran Allah, kita umat Islam tidak mudah tersesat ke lembah yang akan menyulitkan diri dimasa datang, apalagi kita sedang berada dalam perubahan yang berjalan cepat.
Demikian khutbah ini semoga bermanfaat bagi kita.
بَارَكَ اللهُ ِلىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَتَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.






4
MERAIH KESUKSESAN DENGAN KEIKHLASAN
Oleh : Drs. Nusyirwan, M.PdI

ِللهِ اْلحَمْدُ رَبِّ السَّموَاتِ وَرَبِّ اْلاَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَهُوَاْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ الصَّادِقُ الْوَعْدَ اْلاَمِيْنُ. صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ الِه وَصَحْبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ. فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ, اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ.

Sidang Jum’at yang terhormat
            Marilah pada kesempatan ini direnungkan dan dihayati serta diamalkan satu hadits Rasulullah SAW. sebagai berikut :
اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَالِكُوْنَ اِلاَّاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ هَالِكُوْنَ اِلاَّاْلعَامِلِيْنَ وَاْلعَامِلُوْنَ هَالِكُوْنَ اِلاَّالْعَاِلمِيْنَ وَاْلعَالِمُوْنَ هَالِكُوْنَ اِلاَّاْلمُخْلِصِيْنَ.
“Manusia seluruhnya celaka, kecuali orang-orang yang beriman, orang-orang yang beriman pun celaka, kecuali orang yang beramal, dan orang-orang yang beramal pun celaka, kecuali beramal dengan ilmu, dan orang-orang yang beramal dengan ilmu pun akan celaka, kecuali beramal dengan ilmu dengan niat yang ikhlas".

            Umat Islam mempunyai tujuan hidup, cita-citanya ingin selamat hidup di dunia dan akhirat. Maka untuk mencapai keselamatan hidup dunia dan akhirat, milikilah 4 persyaratan pokok, yaitu :

Pertama, Miliki Iman yang mantap.
Dimanapun setiap manusia berada dan apapun pekerjaannya, tergantung dari iman yang ada di dalam dadanya, kalau ia beriman maka selamatlah hidupnya, tetapi kalau tidak beriman, akan celakalah hidupnya.
Seorang pegawai duduk di kursi memegang pena ringan, goresan pena pegawai tadi, tergantung oleh dasar iman yang ada di dadanya. Kalau ia menggoreskan penanya di dasari iman kepada Allah, goresan penanya itu bermanfaat untuk dirinya, serta keluarga dan bangsanya.
Kalau seorang buruh menggoreskan penanya tidak didasari iman, maka goresan penanya bisa membahayakan dirinya, mencelakakan orang lain, bangsa dan negaranya. Namun harus diketahui iman ini kadang-kadang bertambah dan kadang-kadang berkurang.
Kalau sedang duduk mengaji dan berzikir kepada Allah, iman akan bertambah. Oleh sebab itu kekuatan iman yang telah ada dalam diri kita harus senantiasa perbaharui dan kita mantapkan, karena iman itulah yang akan membekas sampai akhir detik-detik umur manusia. Nabi saw. Bersabda :
مَنْ كَانَ اخِرُكَلاَمِهِ قَوْلَ: لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ
“Siapa saja yang pada akhir ucapannya “laa ilaaha illallaah” dia akan masuk syurga”.
Hadits ini maknanya, kalau sekarang kita bisa bicara, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, bulan depan dan tahun depan, insya Allah kita tetap masih akan dapat berbicara. Namun satu saat, ada pembicaraan kita yang terakhir, yaitu waktu nyawa kita dicabut; waktu “sakaratul maut”, pada saat itu sukar untuk berbicara.
Yang menjadi renungan kita, siapakah orangnya yang memiliki kelebihan dalam hidup ini untuk sanggup mengakhiri pembicaraannya dengan kalimat “laa ilaaha illallaah”?. Apakah mereka yang mempunyai badan yang kuat, mempunyai harta kekayaan, mempunyai kedudukan atau kepandaian berupa ilmu? Semuanya bukan merupakan jaminan.


اَلاِيْمَانُ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ
 


Badan yang gagah dan kuat tatkala dicabut nyawanya tidak ada daya sedikitpun. Lidah yang fasikh berbicara tidak berdaya untuk bergerak.
Jawabannya, yang sanggup mengucapkan kalimat suci itu, adalah mereka-mereka yang pada saat itu ada iman di dadanya. Oleh karena itu iman harus selalu berada dalam diri kita, karena manusia tidak tahu kapan datangnya pembicaraan yang terakhir itu, atau kapan berakhirnya pembicaraan itu.
(مَجَالِسُ الصَّالِحِ)Untuk memelihara kekuatan iman itu ada empat cara, yaitu :
1.        Majaalisush shaalihi
Duduk dengan orang-orang shaleh. Apakah mendengarkan nasehat, membaca buku yang dikarang oleh ulama atau cendekiawan ilmu pengetahuan, disaat itu bertambahlah iman. Pada pagi hari mendengarkan nasehat-nasehat atau kuliyah subuh secara langsung atau tidak langsung, semuanya bisa menambah keimanan.


(تَدَبَّرُالْقُرْانِ)
 
2.        Tadabbarul qur’aan
Memperdalam Al-Qur’aan.
Mengenal hurufnya, membaguskan bacaannya, mengartikan ayat yang dibaca, menafsirkan ayat-ayat, dan yang paling penting mengamalkan dari hasil bacaannya itu.


(حَلْوُالْبَطْنِ)
 
3.        Halwul bathni
Mengosongkan perut.
Setelah berpuasa bulan ramadhan, puasa lagi enam hari di bulan Syawal, pendek kata tidak ada terlewat puasa sunnatnya. Mengutamakan kekosongan perut. Karena dalam kondisi puasa yang perut kosong itulah kita dekat kepada Allah. Maka bertambah pula keimanan.
4.        (قِيَامُ الَّيْلِ)Qiyaamul lail
وَصَلُّوْا وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Shalat malam pada saat orang lain sedang nyenyak tidur”.
Arti dekatnya shalat tahajjud, arti jauhnya “taqarrub ilallaah” mendekatkan diri kepada Allah.

Kedua, beramal shaleh.
Sebab orang yang mengaku beriman pun celaka, kecuali kalau dia beramal shaleh. Amal shaleh pokoknya ada dua sasarannya, sebagaimana Allah firmankan di dalam Al-Qur’aan pada surah Ali ‘Imran, ayat 112.
ôMt/ÎŽàÑ ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$# - ال عمران: 112
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”.
“Hablum minallaah”, menghubungkan diri dengan Allah, ada dua pekerjaan utama; yaitu :
1.        Shalat lima waktu, dan setiap hari Jum’at.
Siapa saja yang mendirikan shalat, dimana dia berada dan kemana dia pergi akan diberkahi hidupnya oleh Allah SWT. Dalam shalat terdiri dari beberapa gerakan; berdiri, ruku’, sujud, duduk.
Cobalah direnungkan ketika sujud. Sujud adalah meletakkan dahi, dahi bagian dari kepala tempat segala-galanya bagi manusia. Yang baik banyak di kepala, yang jelek pun ada di kepala. Sikap sombong, angkuh, takabbur, tinggi diri, senang kalau dipuji, ada pada kepala.
Tetapi tatkala sujud kepala yang tadinya tempat segalanya itu, diletakkan di tempat yang serendah-rendahnya. Yang hakikatnya tempat sujud ini ialah tanah. Mengingatkan kita, satu saat jasad yang penuh kesombongan ini akan menjadi tanah. Jikalau meletakkan kepala dengan penuh ikhlas, bibir bergetar, mengaku di hadapan Allah SWT.:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلىَ
“Maha suci, Tuhan yang Maha Tinggi”.
Ketika sujud kita mengaku, bahwa Yang Maha segala-galanya hanyalah Allah. Maka dengan sujud kita mengikis habis sifat-sifat yang tercela, yang ada pada setiap diri manusia.
Kita dihidupkan dalam sehari semalam sejumlah dua puluh empat jam, dipakai shalat 25 menit, masih dua puluh tiga jam 35 menit, hidup selain Shalat.
Sekarang, bagaimana menghubungkan diri kepada Allah di luar shalat? Al-Qur’aan surah Al-Jumu’ah pada ayat 10 menjelaskan:
#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.øŒ$#ur ©!$# #ZŽÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè?  - الجمعة : 10
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِIngat kepada Allah dengan berbagai cara, yang paling utama, lidah bergetar, mengucap “laa ilaaha illallaah”. Berzikir dengan cara lain, yaitu setiap akan memulai pekerjaan, jangan lupa dengan ucapan :

Seharian kita bekerja, insya Allah diberkahi oleh Allah. Kita naik kendaraan, menghidupkan kendaraan dengan bismillah, insya Allah sepanjang perjalanan diberkahi oleh Allah SWT.
اَلْحَمْدُ ِللهِDemikian pula halnya disaat memperoleh ni’mat, zikir jangan ketinggalan dengan mengucapkan :
اَسْتَغْفِرُ اللهَNyerempet-nyerempet akan berbau dosa, jangan lupa dengan zikir.
سُبْحَانَ اللهBila melihat pemandangan yang menakjubkan, jangan lupa zikir dengan ucapan.
اِنَّاِللهِ وَاِنَّااِلَيْهِ رَاجِعُوْنَDan tatkala mushibah menimpa kita, jangan lupa zikir kepada Allah dengan ucapan :
 “Kita semuanya berasal dari Allah dan semuanya kembali kepada Allah”.
Inilah “hablum minallah”, tali hubungan yang kokoh dengan Allah, melalui shalat dan zikir di luat shalat.

2.    “Hablum minannas” – hubungan sesama manusia.
Dimana saja kita berada ini harus ditegakkan dengan baik. Di rumah tangga harus baik, bertetangga harus baik, bermasyarakat harus baik dan berbangsa atau bernegara harus baik.
Dimana tempat kita bekerja, tampilkan akhlak yang baik, capailah dedikasi dan prestasi yang tinggi. Inilah pelaksanaan dari pada perintah Allah SWT. Siapa saja yang menjaga baik hubungannya dengan Allah dan sesama manusia, pasti selamat di dunia dan di akhirat.


Saudara-saudara yang berbahagia.
Ketiga, Miliki Ilmu yang memadai.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Isra’ ayat 36
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB - اَلاِسْرَأ: 36  
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Al-Isra’ : 36)

Keempat, orang yang ikhlash.
Sebab, orang mu’min yang beamal pun akan binasa atau celaka kalau tidak disertai ikhlash. Inilah nilai yang sangat tinggi. Apapun pekerjaan yang dilakukan, niatnya harus ikhlash, yaitu untuk mencari keridhaan Allah; karena Allah semata-mata.
Mengabdi di mana saja, niatnya harus ikhlash. Setiap langkah kita dari rumah menuju ke tempat pekerjaan, langkah kaki dengan ucapan Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi walaa haula walaa quw wata illaa billaahi”. Gerak kita, langkah kita, pekerjaan dan usaha kita, tidak ada lain dilakukan “tawakkal”; berserah diri kepada Allah SWT. Allah yang akan menilainya, Allah yang akan memberikan ganjarannya. Dengan demikian tidak ada pamrih dan mengharapkan pujian, tidak mengharapkan penghargaan. Sebab, semata-mata pengabdian kita mengharapkan ridha Allah SWT.
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? - التوبة: 105  
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah : 105)
Mudah-mudahan empat masalah yang disebut Rasulullah saw dapat dilaksanakan di dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan iman yang mantap, amal shaleh, dan ilmu yang ikhlash di dalam tingkah laku hidup. Empat syarat itulah yang akan membawa kita selamat dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ ِلىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَتَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.



5
AKTUALISASI NILAI-NILAI KESABARAN DALAM
KEHIDUPAN

Oleh : Mainur Harjono, S.Ag.M.Pd.I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
. أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.


Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Selama kita masih hidup didunia, cobaan akan senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Cobaan tersebut dapat berupa hal yang tidak kita sukai maupun yang kita sukai. Seringkali manusia hanya berpikir bahwa cobaan dalam kehidupan selalu berupa hal yang tidak menyenangkan, seperti kemiskinan,penyakit, musibah yang terjadi seperti gunung meletus, kebakaran, sunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, angin topan, badai putting beliung, kemarau berkepanjangan, asap dan kabut mengepung. Disinilah sebagai seorang hamba Allah, kesabaran akan menjadi cahaya penuntun  menuju Ridho Allah.
Kesabaran juga merupakan ciri mendasar dari orang yang beriman, sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengah dari keimanan. Sabar berhubungan dengan masalah hati, terdapat beberapa pandangan dalam mendefinisikan sabar, sabar berasal dari bahasa arab dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “Shobaro” yang membentuk infinitive (masdar) menjadi “Shabran” dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah, sedangkan dari segi istilahnya sabar adalah merupakan ciri dari sifat kegundahan dan rasa emosi kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan sia-sia.
Imam Ar Rogib Alfashani dalam kita Mufradati Alfa Al-Qur’an mendefinisikan sabar sebagai mengendalikan diri agar tetap berada dalam kendali akal dan agama.
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang membahas tentang kesabaran secara keseluruhan terdapat 103 kali disebut dalam Al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 200.


Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan perkuat kesabaran diantara sesama kalian, dan bersiap-siaplah kalian serta bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat kemenangan”.

Orang yang mampu menahan diri dari cobaan dan ujian dan selalu sabar mencari jalan keluar bukan artinya fasif akan tetapi tekun dan gigih untuk menghadapi segala macam cobaan dan ujian dalam kehidupan maka baginya diberikan pahala yang banyak.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Azzumar Ayat 10.

Artinya :
            Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya karena amat banyaknya.

Kesabaran sebagaimana yang digambarkan diatas terdapat dalam beberapa hadis yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seorang diharuskan  untuk bersabar meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan pembatasan pada bidang –bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan, diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita dapat mengaktualisasikan nilai-nilai kesabaran dalam kehidupan kita adalah :
1.      Sabar terhadap musibah
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang, karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang luar biasa.
2.      Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad)
Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda : dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah bersabda : janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh, namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah untuk menghadapinya.
3.      Sabar berjama’ah terhadap pemimpin yang tidak disukai dalam sebuah riwayat digambarkan dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda. Barang siapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya  maka hendaklah dia bersabar, karena siapa yang memusahkan diri dari jama’ah (satu jengkal kemudian dia mati dalam kondisi kematian jahiliyah (HR. Muslim)
4.      Sabar terhadap jabatan dan kedudukan. Dalam sebuah riwayat digambarkan dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum anshor berkata kepada Rasulullah SAW “Wahai Rasulullah engkau mengangkat (memberi kedudukan) sifulan Namun tidak mengangkat (memberi kedudukan) kepadaku. Rasulullah bersabda, sesungguhnya kalian akan melihat setelahku” atsaratan” (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya. Maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuku pada telagaku kelak (HR. Turmudzi)
5.      Sabar dalam kehidupan social dan interaksi dengan musyawarah dalam sebuah hadis diriwayatkan, Rasulullah bersabda “Seorang muslim apabila berinteraksi dengan  masyarakat serta bersabar terhadap dampak negative mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakta serta tidak bersabar atas kenagatifan mereka (HR. Turmudzi)
6.      Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi dalam sebuah riwayat digambarkan dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah bersabda “Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat (HR. Tarmidzi)
Melihat banyaknya macam bentuk musibah dan ujian dalam kehidupan kita, maka perlu adanya kiat-kiat untuk meningkatkan kesabaran.
Ketidaksabaran merupakan salah satu penyakit hati yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini, karena ini memiliki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan seperti hasil yang telah maksimal, terjerumus Kedalam kemaksiatan enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah, oleh karena itulah diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran diantara kiat-kiat tersebut adalah ;
1.      Mengikhlaskan mat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuknya. Dengan adanya niat seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT
2.      Memperbanyak Tilawah, membaca Al-Qur’an baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan Makna-makna yang dikandungnya, karena Al’Qur’an merupakan  obat bagi hati insan, masuk dalam kategori ini juga zikir Kepada Allah
3.      Memperbanyak Puasa Sunnah, karena puasa merupakan  hal yang dapat menyerangi hawa nafsu, puasa juga merupakan ibdah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4.      Mujahadatun Nafsi, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara qiat dan maksimal guna mengalahkan  keinginan-keinginan hawa nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif seperti, malas, marah, kikir, hasad, dengki, sombong, riya, ujud, takabur, iri hati, buruk sangka.
5.      Mengingat-ingat kembali tujuan hidup didunia, karena ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran, meneliti prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “Amalan” seseorang yang dilakukannya dan bukan melihat pada hasilnya.
6.      Membaca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in, maupun tokoh-tokoh islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata didunia.
Demikianlah khutbah yang singkat ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga kita mampu untuk mengaktualisasi nilai-nilai kesabaran dalam kehidupan kita sehari-hari karena  sabar pada intinya ciri mendasar orang mukmin yang menjadi cahaya dalam mengurangi kehidupan di dunia dan akan menerangi kehidupan yang kekal diakhirat kelak. Bersama dengan iman, sabar menjadi permata  kehidupan seseorang hamba yang mengharapkan keridhaan Allah SWT dan pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi untuk  menanamkan nilai-nilai kesabaran sebagai hambanya dalam  menjalani kehidupan yang penuh cobaan dan uiian ini.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.







6
HIKMAH IBADAH SHOLAT
Oleh : Drs. H. Amir Syarifuddin

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
. أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.

Kaum muslimin jama’ah Jum’at yang di Rahmati Allah.
Pertama-tama Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas Rahmat dan Karunia-Nya lah pada saat ini kita telah dapat berkumpul bersama memenuhi panggilan-Nya untuk melaksanakan sholat Jum’at secara berjama’ah. Kemudian Sholawat dan Salam kita ucapkan buat junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W., mudah-mudahan kita akan mendapatkan syafa’atnya di hari Kemudian, Amin.
Jama’ah Jum’at yang saya hormati, Judul Khutbah Jum’at kita hari ini “HIKMAH IBADAH SHOLAT”
Sebagaimana kita ketahui bahwa ibadah sholat adalah merupakan salah satu Rukun Islam yang lima, Rasulullah  SAW.,bersabda : Yang Artinya :
Dibina Islam itu atas lima dasar, yakni Bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang wajib di sembah selain dari Allah SWT., dan bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan Sholat, Mengeluarkan Zakat, Berpuasa di bulan Ramadhan dan Mengerjakan Ibadah Haji bagi yang mampu (Hadits Riwayat Muttapakum Alaih).
Pada hadist tersebut diatas ibadah Sholat merupakan Rukun Islam yang kedua sesudah sahadat, malah di hadits yang lain dikatakan bahwa sholat itu merupakan Tiang Agama. Orang yang mendirikan Sholat berarti dia telah menegakkan agama dan orang yang meninggalkan sholat berarti dia telah meruntuhkan agama, sebagaimana Sabda Nabi yang berbunyi : yang Artinya :
Sholat itu adalah Tiang Agama, maka siapa yang mengerjakan Sholat berarti dia sudah menegakkan Agama dan siapa yang meninggalkan sholat berarti dia sudah meruntuhkan agama (H.R. Al-Bukhari)
Kemudian pada Hadits yang lain lagi ditegaskan pula bahwa ibadah Sholat itu sebagai penentu diterima atau tidaknya ibadah kita yang lain, Sabdanya : yang Artinya :
Amalan yang mula-mula dihisab bagi seseorang hamba dihari kiamat nanti adalah “Sholatnya” jika sholatnya diterima maka diterimalah amalan-amalan yang lain, jika Sholatnya ditolak, maka ditolaklah amalnya yang lain (H.R. Ath Thabrani dan Abas).
Jama’ah Jum’at Hamba Allah yang saya hormati,
Kini kita kembali pada judul khutbah kita hari ini yakni tentang “Hikmah Ibadah Sholat”
Perlu kita ketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan oleh Allah SWT., kepada kita hamba-Nya pasti ada manfaat atau hikmahnya, demikian pula sebaliknya setiap apa yang dilarang oleh Allah SWT., kepada kita pasti ada mudaratnya. Seperti kita dilarang berjudi, minum-minuman keras, berzina dan sebagainya, bila kita lakukan sangat banyak mudaratnya, baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun terhadap masyarakat umum.
Berbicara tentang hikmah Ibadah Sholat itu amat banyak sekali antara lain pada ayat yang kita bacakan pada pokok khutbah Q.S. Al-‘Ankabuut ayat 45, Allah berfirman :
Artinya :          
Dirikanlah olehmu akan Sholat, sesungguhnya Sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Pada ayat tersebut secara tegas Allah SWT, menyatakan bahwa salah satu diantara hikmah sholat adalah dapat mencegah pelakunya dari perbuatan yang keji dan mungkar, perbuatan yang buruk, yang dimurkai oleh Allah SWT., perbuatan yang dapat merusak diri sendiri, keluarga dan masyarakat seperti berjudi, minum minuman keras yang  memabukkan, berzina dan lain sebagainya.
Selain dari pada itu, Sholat itu dapat pula membuat jiwa sipelakunya menjadi tenang, sebab orang yang mengerjakan sholat itu selalu ingat kepada Tuhannya. Allah berfirman : yang Artinya “Dirikanlah Sholat untuk ingat kepada-Ku”.
Dan orang yang selalu ingat kepada Allah jiwanya menjadi tenang, hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’ad Ayat 28 berbunyi :
Artinya :
Orang yang beriman itu hati mereka menjadi tenang, karena senantiasa ingat kepada Allah, ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah itu hati menjadi tenteram.
Kemudian dalam suatu hadits ada diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang Artinya :
Sholat adalah keridhaan Allah, Sunnah para Nabi, Kecintaan para Malaikat, Cahaya Ma’rifat, Dasar Iman, Sarana terkabulnya do’a dan diterimanya amal, Memberikan barokah pada harta dan pekerjaan, Merupakan senjata untuk melawan musuh-musuh dan syetan, memberikan syafa’at bagi yang melakukannya, sebagai Penerang di dalam kubur hingga kiamat, Pemisah antara dia dengan Neraka, Merupakan Hujjah dalam menjawab pertanyaan Allah SWT., Memberatkan timbangan pahala, Memudahkan lintasan pada jembatan Shirath dan Merupakan kunci Surga.
Semoga dengan uraian tentang hikmah sholat ini dapat mendorong kita untuk selalu menjaga kewajiban sholat dengan sebenar-benarnya dan sholat yang benar itulah yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Jama’ah Jum’at Hamba Allah yang saya mulyakan.
Yang dimaksud dengan sholat yang sebenar-benarnya adalah sholat yang dikerjakan dengan khusuk, sholat yang dikerjakan karena Allah semata, bukan karena yang lain, bukan untuk dipuji dilihat orang lain, dan sebagainya.
Sebagaimana disinyalir oleh Allah SWT., dalam Q. S. Al-Ma’un ayat 4-6.
Artinya :
Maka celakalah orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap sholatnya dan orang-orang yang ingin dipuji dilihat oleh orang lain (Riya)
Yang dikehendaki adalah sholat yang Khusyu’ karena Allah SWT. Firman Allah :

Artinya :
Sungguh beruntunglah orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’ di dalam sholatnya (Q.S. Al-Mukminun.  ayat 1 – 2)
Dan semoga kita tidak termasuk orang yang tersebut dalam hadits yang Artinya :
Barang siapa yang sholatnya tidak bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka sholatnya tidak mendapat apa-apa dari Allah kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.
Dari hadits tersebut diatas dapat kita mengambil suatu pelajaran bahwa sholat yang benar adalah sholat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, kalau ada orang yang sholatnya rajin tetapi tingkah lakunya sehari-hari belum dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar berarti orang tersebut belum disebut sudah mendirikan sholat, hanya baru mengerjakan sholat, semacam sholatnya anak-anak, dan dia tidak mendapat apa-apa dari Allah SWT.
Demikian khutbah kita yang singkat ini, mudah-mudahan ada manfaatnya buat kita bersama, amin.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.













7
UKHUWAH ISLAMIYAH
Oleh : Drs. Amri Syah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
. أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.
Kaum Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
            Dalam menjalani sisa umur kita yang diberikan oleh Allah SWT, ini marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
            Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain, dengan fikiran dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok, dalam bentuknya yang minimal, yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal, di mana dia dapat tergantung kepadanya.
Kebutuhan untuk berlelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga muncullah ikatan-ikatan, bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia moderen adanya ikatan profesi, ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan agama.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
            Islam sebagai sebuah peradaban, terlebih sebagai sebuah din, juga menawarkan bahkan memerintahkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita kenal sebagai ukhuwah Islamiyah, yang diartikan sebagai “persaudaraan antara sesama muslim”, dimana kata “Islamiah” menunjuk kepada pelaku, dan terkadang juga diartikan sebagai “persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh “Islam”, dimana di sini kata “Islamiah” difahami sebagai kata sifat.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman :
  
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikalah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(Al Hujurat :10)
Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra. Yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda  yang artinya :
Orang muslim itu bersaudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya di zalimi.”
Penyebutan secara eksplisit persaudaraan antar sesama muslim di dalam Al-Qur’an dan Hadits menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dalam prakteknya, Rasulullah saw juga menganggap penting akan hal ini. Terbukti pada saat beliau hijrah keMadinah, Rasulullah saw segera mempersaudarakan shahabat Anshor dengan shahabat Muhajirin, seperti Ja’far bin Abi Thalib yang dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, Abu Bakar ash Shiddiq dengan Kharijah bin Zuhri dst.

Ukhuah juga merupakan satu pilar kekuatan di samping pilar kekuatan lainnya, seperti kekuatan iman, senjata dll. Di tengah masyarakat kita dewasa ini rasa kesatuan dan persaudaraan  yang nyaris hilang.

Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat kita, bahkan dalam rangka menjalin hubungan dalam maknanya yang umum, ada beberapa tahapan konseptual yang perlu diperhatikan. Secara garis besar tahapan tersebut adalah :


1. Ta’aruf
Ta’aruf dapat diartikan sebagai saling mengenal. Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah, kita  perlu mengenal orang lain, baik fisiknya, emosi dan kejiwaannya. Dengan mengenali karakter-karakter tersebut, kita bisa paham sifat dan karakter yang dimiliki seseorang.
Dalam Surat Al Hujurat Allah berfirman :

Artinya :”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”(Al Hujurat:13}.
Ta’aruf ini perlu kita lakukan dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Dengan keluarga, dengan lingkungan masyarakat dan tempat kerja, hingga berta’aruf dalam komunitas yang lebih luas.

2. Tafahum
Pada tahap tafahum (saling memahami), kita tidak sekedar mengenal saudara kita, tapi lebih kita berusaha untuk memahaminya. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui tabiat seorang rekan yang biasa bebicara dengan nada keras, tentu kita akan memahaminya dan tidak menjadikan kita lekas tersinggung. Juga apabila kita mengetahui tabiat rekan lain yang sensitif, tentu kita akan memahaminya dengan kehati-hatian kita dalam bergaul dengannya.
Perlu diperhatikan bahwa tafahum ini merupakan aktivitas dua arah. Jadi jangan sampai kita terus memposisikan diri ingin difahami orang tanpa berusaha untuk juga memahami orang lain.

Kaum Muslimin Rahimakumullah
3. Ta’awun
Ta’awun atau tolong menolong merupakan aktivitas yang sebenarnya secara naluriah sering (ingin) kita lakukan. Manusia normal umumnya telah dianugerahi oleh perasan ‘iba’ dan keinginan untuk menolong sesamanya yang menderita kasulitan, sesuai dengan kemampuannya. Hanya saja derajat keinginan ini berbeda-beda untuk tiap individu.
Dalam surat Al Maidah, Allah berfirman :
Artinya :”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertkwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(Al Maidah :2)

Dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda yang artinya :
“Dan Allah akan selalu siap menolong hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya. Dan siapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya itu maka Allah memperhatikan kepentingannya, dan siapa yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim, maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa kesulitannya nanti pada hari qiyamat, dan barang siapa yang menyembunyikan rahasia seorang muslim, maka Allah menyembunyikan  rahasianya nanti pada hari qiyamat.
Dalil naqli di atas memberi perintah kepada orang beriman untuk tolong-menolong, yang dibatasi hanya dalam masalah kebajikan dan taqwa, dan tidak tolong menolong dalam berbuat maksiat.  Bentuk tolong-menolong ini bisa dilakukan dengan saling mendo’akan, saling nasehati, juga saling membantu dalam bentuk amal perbuatan, bahkan kita harus mencegah bila ada teman kita yang berbuat aniaya.
Jadi kita harus berterima kasih jika ada yang menegur kita, bahkan mencegah kita dengan kekuatan manakala kita sedang berbuat kesalahan.

Sidang Jum’at Rahimakumullah.
4. Takaful
 Takaful (Kebersamaan)  ini akan melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Di mana rasa susah dan sedih saudara kita dapat kita rasakan, sehingga dengan serta merta kita memberikan pertolongan. Dalam sebuah hadits Rasululullah memberikan perumpamaan yang menarik tentang hal ini, yaitu dengan mengibaratkan orang beriman yang bersaudara sebagai satu tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh kesakitan maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam/kesakitan dan tidak bisa tidur.
Memperhatikan kondisi umat Islam dewasa ini, ada beberapa hal yang perlu kita cermati dan perhatikan terkait dengan ukhuwah islamiyah yaitu :
Kurang idealnya hubungan antar pribadi muslim (skala miro)
Kalau kita memperhatikan uraian di atas akan kita temui bahwa masih jauh dari kondisi ideal ukhuwah Islamiyah yang ada di tengah masyarakat kita,oleh karena itu kita perlu mencoba meniti tahapan-tahapan dalam mewujudkan ukhuwah Islamiyah diantara kita umat Islam. Untuk itu kita perlu lebih mengaktifkan organisasi-organisasi lokal keislaman di lingkungan kita.
Walaupun demikian untuk lebih mengefektifkan interaksi tersebut, perlu kita perhatikan nasihat Ibnul Qayyim yang menyebutkan bahwa bertemuan para saudara itu terbagi dua. Yang pertama pertemuan sekedar melepas rindu dan melewati waktu, di mana pertemuan seperti ini lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Minimal, merusak hati dan menyia-nyiakan waktu. Yang kedua pertemuan para saudara untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dan inilah harta yang paling bermanfaat.(Al Fawaid, Ibnul Qayyim) 
Juga kita perlu memperhatikan amalan-amalan ringan yang dapat meningkatkan kecintaan kita kepada saudara kita, diantaranya dengan :

Menyebar salam setiap bertemu
Bermujamalah (berwajah ceria) ketika mendapat nikmat
Berta’ziah ketika ada yang medapat musibah
Menjenguk orang sakit
Mendo’akan orang bersin 

Sidang jum’at Rahimakumullah
Tidak dapat kita pungkiri bahwa umat Islam dewasa ini tidak dalam bersatu, baik dalam skala internasional maupun dalam skala nasional. Memang keragaman pandangan dan sikap merupakan sebuah keniscayaan bagi kaum muslimin. ( bahkan dalam surat Al-Hujurat ayat 10 di atas, perintah “Faashlihu baina akhowaikum” membrikan isyarat bahwa dalam kaum mu’minin masih memungkinkan terjadinya perselisihan). Adanya ikhtilaf dan perbedaan pendapat pun bukanlah sesuatu yang tabu, kecuali dalam masalah pokok dan nash-nash yang qath’i dan di sepakati.
Namun demikian setiap lembaga yang mengusung nilai-nilai Islam (atau orang-orang yang berada dalam lembaga tersebut) seharusnya mampu untuk bekerja sama dalam hal-hal yang telah disepakati, sambil tentunya tetap tidak meninggalkan kewajiban untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Hanya dengan hal itulah potensi umat Islam dapat tersalurkan dengan baik untuk memecahkan permasalahan umat yang sangat beragam.
Terakhir saya hanya mengajak kaum muslimin untuk merenungkan ayat berikut :
Artinya:”Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mepersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana.”(Al Anfaal:63)

Semoga Allah Swt menyatukan hati-hati kita, menjadikan kita saling mencintai karena Dia, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmizi Rasulullah saw bersabda, yang artinya : “Disekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakainnya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada’. Para Nabi dan Syuhada iri kepada mereka. Ketika ditanya para sahabat, Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah dan saling kunjung karena Allah.”
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.





8
PEMBINAAN  GENERASI MUDA DALAM ERA GLOBALISASI
Oleh : Yahya AS, S.Ag.

الحمد لله الذي هدى نا لهذا وماكنا لنهتدي لولا ان هدانا الله من يهد الله فلامضل له ومن يضلل فلاهادي له اشهد ان لااله الاالله وحده لاشريك له. واشهد ان محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين. امابعد. فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat yang Berbahagia !!
            Pada kesempatan ini marilah kita kembali mempersembahkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Atas izin dan Rahmat-nya, pada hari ini kita dapat menunaikan pardu  jumat dalam kondisi sehat seperti sediakala.  Selawat serta salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
            Kemudia pada saat ini marilah sejenak kita kendorkan pikiran setelah setengah hari kita di sibukkan oleh berbagai persoalan rutinitas  yang dapat membuat hati ini resah dan gelisah dengan berbagai tuntutan yang harus diselesaikan.
            Dan marilah dengan berzikir kita tenangkan hati ini, dengan iktikaf kita renungkan jati diri yang sesungguhnya,  dengan  keindahan lantunan ayat-ayat Allah, kita alirkan air mata ini dengan penuh kebahagiaan,  dengan sujud kita hantarkan kesadaran,  betapa rendahnya diri ini di hadapan sang pencipta.

Jamaah Jumat yang Berbahagia !!
Khutbah jumat hari ini saya angkat sebuah judul  :
PEMBINAAN  GENERASI MUDA DALAM ERA GLOBALISASI
Dalam sejarah umat manusia,  sejak  dulu  sampai  hari  ini,  pemuda  menempati posisi yang amat  penting  dan menentukan,  karena seluruh  cita-cita  dan  harapan  suatu  Bangsa atau  umat  terpikul dibahu pemuda,  begitu  strategisnya  posisi pemuda, sehingga Imam syafi’I menyatakan  :
ان فى ايد الشبان امر الامة. وفي اقدامهم حياتها
Artinya: “Sesungguhnya  ditangan  pemudalah  terletak  semua urusan  umat dan di kaki merekalah tergantung hidup matinya umat
            Tidaklah berlebihan pernyataan Imam Syafi’i tersebut, sebab diusia muda, biasanya seseorang sedang mencapai kondisi yang paling prima,  dari segi pisik tidak banyak keluhan,  dari segi intelektual  memang sedang dalam masa perkembangan berpikir rasional dan  enerjik.
            Begitu pula dalam sejarah Agama-agama besar di dunia,  baik  agama  Samawi  maupun Ardhi.  Tidak luput  dari peranserta  para pemuda. Dalam hal ini Al-Quar’an telah mengisahkan dengan sangat jelas sepak terjang para pemuda, seperti Ibrahim dan Ismail, Musa dan Daud.
            Jadi Pembinaan Generasi muda dalam era globalisasi  menjadi masalah yang amat menarik untuk dijadikan bahan kajian,  karena dinamika generasi muda tidak sunyi dari berbagai pergolakan  dalam menuju  kedewasaan berpikir.
            Sejarah sudah membuktikan, bahwa permasalahan  generasi muda menjadi masalah sentral bagi suatu Bangsa.  Karena itu pembinaan generasi muda  merupakan permasalahan yang tidak dipandang sebelah mata, maka dalam pembinaannya  harus  seriuas dan terencana.
            Untuk menuju kearah itu diperlukan konsep yang konstruktif,  guna menangani masalah secara terorganisir  dan  terprogram,  mungkin sebagian kita sudah mengetahui
bahwa di Negara kita sejak tahun tujuh puluhan, atas  prakarsa  aktivis Pemuda Remaja Masjid,  telah dibentuk suatu wadah  atau organisasi  Pemuda  yang di sebut “ BKPRMI  atau ( Badan Kontak Pemuda Remaja Masjid Indonesia )  yang berorientasi kepada Da’wah.  Dan bertujuan membina dan mengembangkan potensi Pemuda dan Remaja  yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.  Yang memiliki wawasan keislaman  dan  kebangsaan  yang luas, utuh dan kokoh. Pemuda dan Remaja yang mau memakmurkan Masjid  sebagai pusat Ibadah dan Perjuangan umat.
            Untuk itu, melalui wadah organisasi itu perlu kita kembangkan tidak saja di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten, tetapi yang lebih penting lagi adalah di Desa-Desa.  Pengorganisasian atau wadah pembinaan para generasi muda  yang bernuansa Islami perlu kita kembangkan  dan  bagi  Desa yang telah membentuk perlu kita berikan apresiasi.

Jamaah Jumat yang Berbahagia !!
            Secara kasat mata di era glogalisasi  kita  telah  melihat  berbagai modus operandi perbuatan kriminalitas yang melanda masyarakat, Khususnya yang dilakukan oleh  generasi  muada,  seperti penyalah gunaan obat-obat terlarang,  Sadisme,  Kebebasan Seks,  dan  tauran  antar pelajar.
            Oleh karena itu semua pihak  harus  menghadang  pergeseran nilai dan  degradasi moral  para generasi muda,  jika  tida,  pada  saatnya  akan  mempengaruhi  nilai Idialisme, Patriotisme, Kepribadiam  dan  akhlak para generasi muda.
            Dengan pertambahan jumlah penduduk yang begitu besar,  dan  belum  meratanya Pembangunan, serta lapangan kerja yang masih terbatas,  yang meakibatkan semakin bertambahnya pengangguran dikalangan generasi muda, hal  ini  jelas  merupakan  masalah global  yang perlu  mendapatka  solusi.
            Sebagaimana diketahui bahwa generasi muda  adalah penerus cita-cita perjuangan Bangsa  dan  sumber  insani Pembangunan,  ibarat  mata  rantai  panjang,  posisi  generasi muda  di tengah-tengah  masyarakat,  menempati  mata rantai yang paling sentral.  Ia  berfungsi  sebagai  penerus  cita-cita  perjuangan  Bangsa yang telah dirintis  oleh  generasi  sebelunya.
            Generasi muda sebagai sumber insani pembangunan,  karena ia berfungsi  sebagai generasi penerus,  itulah  yang menuntut  setiap pemuda  untuk  memiliki  sember  daya yang  berkwalitas,  memiliki  akhlak muya,  dan  mampu  mempertahankan  jati  diri  sebagai  insan  yang  beriman  dan  bertaqwa kepada Allah Swt.
            Generasi muda memiliki potensi  yang sangat  besar,  kedudukannya sangat  strategis,  maka  setiap  kita  menaruh  harapan.  Dan  menjulukinya  dengan   kata -kata
“ PEMUDA HARAPAN BANGSA “ 
“ PEMUDA PEWARIS CITA-CITA PERJUANGAN “
“ SIAPA MENGUASAI PEMUDA AKAN MENGUSAI MASA DEPAN “
            Karena generasi muda mempunyai  kedudukan yang amat penting dan strategis, maka ditangan generasi mudalah  terletak  tumpuan  harapan  Bangsa,  maka sebagai  generasi  muda yang  sadar  akan tanggung jawabnya,  tentu  akan  bercita-cita  dan  bertekad  untuk  senantiasa  memperkokoh  rasa keimanan  dan  ketaqwaan  kepada Allah Swt.
            Para generasi muda di era  Reformasi  dan  globalisasi,  langkah  dan  arah  yang di tuju  haruslah  jelas,  agar  orientasinya  tidak  saja  duniawi  semata  tapi  juga  dapat  mengenal  kehidupan  Ukhrawi.
            Dalam rangka Pembinaan moral  dan  etikan  generasi muda,  yakni  moral  dan  etika  yang tidak  hanya  berdimensi  horizontal,  tetapi  juga  berdimensi  Vertikal, yaitu
           “HABLUM MINALLAH WA HABLUMMINANNAS “
JAMAAH JUMAT YANG BERBAHAGIA !!
            Apabila generasi muda telah  dapat  di arahkan  melalui  suatu  wadah  organisasi  Pemuda yang bernuansa Islami,   maka  misi  Bangsa kapir  untuk  menyuntikkan  Virus kebudayaan  sekuler  yang  bebas  nilai,   akan  dapat  teratasi.
            Dan program orang kapir untuk menghancurkan  moral  generasi  muda  lewat  pendekatan  Budaya,  mereka perkenalkan  Pergaulan Modren yang bebas nilai,  yang tidak  mengenal  Halal  dan  Haram  antara  pria  dan  Wanita.
            Selain itu Bangsa kapir sengaja hendak mematikan idialisme  dan  intlektual generasi muda  melalui  minuman  dan Narkoba,  dan bagi yang telah kecanduan  ia  tidak lagi dapat  berpikir jernih,  semangat hiduppun akan mati.  Apa yang akan kita harapkan kepada generasi muda yang suka teller dan mabuk-mabukan.
            Untuk menyikapi  problema  yang tengah di hadapi generasi muda,  maka sudah  selayahnya kita selaku orang tua untuk  senantiasa  waspasa dan mawas diri  terhadap berbagai  program  sekulerisasi  yang bertujuan  hendak menghancurkan Islam dan masa depan Bangsa  dengan cara merusak moral generasi muda.
            Kekhawatiran kita sangatlah beralasan, sebab saat ini  peredaran narkoba, Extasi, Ganja ,  Heroin  dan  Morpin  dll.  Sudah sampai pada kondisi yang mekhawatirkan.
            Mudah-mudahan belajar dari problema diatas, maka  para orang tua hendaklah sejak dini  memperhatikan pendidikan dan pergaulan  anak-anak,  dengan mengarahkan mereka untuk aktif  di dalam  suatu  wadah  organisasi keagamaan, dan organisasi kepemudaan. Sebab apa bila terlambat kita akan kehilangan satu generasi. ( LOST GENERATION ).
بارك الله لى ولكم فى القران الكريم وتفعني واياكم بمافيه من الايات والذكرالحكيم وتقبل الله منا ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم.


9
KAJAHATAN ZINA DALAM KEHIDUPAN
Oleh: Drs.H.Martunus Rahim,M.Ag

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   اللهم صل و سلم على  سيد نا محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ومن اتبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أَمَّا بَعْدُ؛ أيها المسلمون رحمكم الله ! اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
قال تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون.
Jama’ah Jum’at rahimakum Allah!
Pada hari yang mulia ini hari jum’at, mudah-mudahan kedatangan kita ke dalam masjid ini meninggalkan rumah, meninggalkan kantor atau tempat kerja, tidak ada kita yang terpaksa. Kita hanya terpanggil untuk datang melaksanakan ibadah kepada Allah s.w.t. yaitu shalat jum’at  di dodorong oleh iman dan keyakinan kita dalam beragama. Andai kata, ketika kita memasuki masjid ini masih membawa dosa, mudah-mudahan dengan ibadah yang kita laksanakan, dengan berzikir dan beristighfar, maka dosa-dosa  kita diampuni oleh Allah s.w.t. Kita ketahui dalam makna ayat: “amal kebajikan itu akan menghapuskan kejahatan” . Sehingga waktu kita keluar dari masjid setelah jum’at nanti kita telah bersih dari segala dosa, amin!
 
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Kita beri judul khutbah kali ini “kajahatan zina dalam kehidupan”
Kalau kita biasa mendengar istilah kejahatan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, merampok, menipu, berjudi, mengkonsumsi narkoba, korupsi, membunuh dan lain sebagainya, maka berzina yang juga sering disebut prostitusi nyaris tidak pernah disebut sebagai kejahatan. Ini hanya dianggap sebagai pelanggaran susila, melanggar adat dan agama. Pada hal dalam Islam agama kita, dengan tegas dan lantang disebutkan bahwa zina adalah suatu kejahatan dan kehidupan kotor dan jelek. Allah berfirman:
 
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk (kejahatan).” (QS. Al Isra’: 32).
Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh zina merupakan bahaya yang tergolong besar, disamping juga bertentangan dengan aturan universal yang diberlakukan untuk menjaga kejelasan nasab (keturunan), menjaga kesucian dan kehormatan diri, zina erat kaitannya dengan menghamburkan harta, dekat hubungannya dengan pengaruh narkoba, sangat dekat dengan berbagai jenis kejahatan lainnya, seperti menimbulkan permusuhan serta perasaan benci diantara manusia, disebabkan pengrusakan terhadap kesucian anak putri, istri atau audara perempuan dan ibu mereka, ini semua jelas akan merusak tatanan kehidupan.
 
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Kalau boleh kita sebutkan dari berbagai peristiwa kejahatan yang dimuat dalam media, hampir tidak pernah luput dari tragedi kejahatan termasuk yang selalu ada hungannya dengan pergaulan bebas, selingkuh dan zina. Ada orang menghabiskan uang dari hasil menipu untuk zina, atau mencari harta secara tidak wajar untuk dibawa ke tempat pelacuran, ada manusia yang pecandu narkoba untuk bersenang-senang dengan wanita, ada yang menggadai isteri untuk membayar kekalahan judi. Pendek kata berbagai kejahatan yang disebutkan di atas sangat erat hubungannya dengan zina. Mungkin karena itulah Islam menetapkan bahwa zina adalah jahat dan jalan hidup yang kotor.  
Melihat hal itu semua, pantaslah kedudukan zina itu setingkat di bawah pembunuhan. Allah  menggandeng keduanya di dalam Al-Qur’an, juga Rasulullah  dalam keterangan hadits beliau.
Al Imam Ahmad berkata, “Aku tidak mengetahui sebuah dosa – setelah dosa membunuh jiwa – yang lebih besar dari dosa zina.
Dan Allah menegaskan pengharaman zina dalam firman-Nya:
“Dan orang orang yang tidak menyembah Tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam  keadaan  terhina  kecuali orang orang yang bertaubat ” (QS. Al Furqan, 68 –7).
Dalam ayat tersebut, Allah  menggandengkan zina dengan syirik dan membunuh, dan hukumannya kekal dalam azab yang keras dan dilipat ganda, selama pelakunya tidak bertaubat, beriman dan beramal shalih.
Kejinya zina, sebagai fahisyah” maknanya adalah perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang tinggi dan diakui kekejiannya oleh setiap orang yang berakal.
Kemudian Allah  juga memberitahukan bahwa zina adalah seburuk-buruk jalan, karena merupakan jalan kebinasaan, kehancuran dan kehinaan di dunia, siksaan dan azab di akhirat.
Allah juga mensyaratkan keberuntungan seorang hamba pada kemampuannya dalam menjaga kesuciannya, tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan menjaga kesucian.
Allah  berfirman:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka, atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Mu’minun: 1 – 7 ).
 
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Dalam ayat-ayat ini ada tiga hal yang diungkapkan:
Pertama: bahwa orang yang tidak menjaga kemaluannya, tidak termasuk orang yang beruntung.
Kedua: dia termasuk orang yang tercela.
Ketiga: dia termasuk orang yang melampaui batas.
Jadi, dia tidak akan mendapat keberuntungan, serta berhak mendapat predikat “melampaui batas”, dan jatuh pada tindakan yang membuatnya tercela. Padahal beratnya beban dalam menahan syahwat itu, lebih ringan ketimbang menanggung sebagian akibat pendritaan yang disebutkan tadi.
Selain itu pula, Allah  telah menyindir manusia yang selalu berkeluh kesah, tidak sabar dan tidak mampu mengendalikan diri saat mendapatkan kebahagiaan, demikian pula kesusahan. Bila mendapat kebahagiaan dia menjadi kikir, tak mau memberi, dan bila mendapat kesusahan, dia banyak mengeluh. Begitulah tabiat manusia, kecuali orang-orang yang terpilih dari hamba-hamba-Nya yang sukses, diantaranya adalah mereka yang disebut di dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Ma’arij: 29 – 31).
Oleh karenanya, Allah memerintahkan Nabi-Nya  untuk memerintahkan orang-orang mu’min agar menjaga pandangan dan kemaluan mereka, juga diberitahukan kepada mereka bahwa Allah selalu menyaksikan dan memperhatikan amal perbuatan mereka.
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS. Ghafir: 19).
Dan karena pangkal awal perbuatan zina yang keji ini adalah tumbuh dari pandangan mata, maka Allah lebih mendahulukan perintah memalingkan pandangan mata sebelum perintah menjaga kemaluan, karena banyak musibah besar yang berasal dari pandangan; seakan-akan kobaran api yang besar berasal dari bunga api. Mulanya hanya pandangan, kemudian khayalan, kemudian langkah nyata, kemudian tindak kejahatan besar (zina).
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Ada keterangan dalam kitab agama tentang ini, bahwa barang siapa yang bisa menjaga empat hal, maka berarti dia telah menyelamatkan agamanya: 1) Al Lahazhat (pandangan mata), 2) Al Khatharat (pikiran yang terlintas di hati), 3) Al Lafazhat (ucapan), 4) Al Khuthuwat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan).
Dan seyogyanya, seorang hamba Allah menjadi penjaga empat pintu di atas dengan penuh siap siaga agar tidak kecolongan, sebab dari sana musuh menyusup, menyerang dan merasuk kedalam dirinya dan merusak segalanya. Inilah empat pintu masuk maksiat menuju manusia.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Sekarang, marilah kita ikuti salah satu darinya yaitu pandangan mata:
Lirikan mata adalah pelopor, atau "utusan" syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan merupakan modal dalam usaha menjaga kemaluan. Maka barang siapa yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri ke jurang kebinasaan.
Rasulullah  bersabda yang artinya:
“Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” (HR. At Turmudzi, hadits hasan gharib).
       Di dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda:
“Pandangan itu adalah anak panah beracun milik iblis. Maka barang siapa yang memalingkan  pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kenikmatan hingga hari kiamat.”  (HR. Ahmad).
Beliau juga bersabda: “Palingkanlah pandangan kalian, dan jagalah kemaluan kalian.” (HR. At Thabrani dalam Al mu’jam al kabir).
Dalam hadits lain beliau bersabda:“Janganlah kalian duduk-duduk di (pinggir) jalan”, mereka berkata, “ya Rasulallah, tempat-tempat duduk kami pasti di pinggir jalan”, beliau bersabda, “Jika kalian memang harus melakukannya, maka berikan hak jalan”, mereka bertanya, “Apa hak jalan itu? beliau menjawab, “Memalingkan pandangan (dari hal-hal yang dilarang Allah, pent.), menyingkirkan gangguan, dan menjawab salam.” (HR. Muslim).
Pandangan adalah pangkal petaka yang menimpa manusia. Sebab, pandangan akan melahirkan lintasan dalam hati, kemudian  lintasan akan melahirkan pikiran, dan pikiran akan melahirkan syahwat, dan syahwat membangkitkan keinginan, kemudian keinginan itu menjadi kuat, dan berubah menjadi tekad yang bulat. Akhirnya apa yang tadinya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan, dan itu pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya.
Oleh karena itu, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah bahwa “bersabar dalam menahan pandangan mata (bebannya) lebih ringan dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya.”
Seorang pujangga berkata:
Setiap petaka bermula dari lirikan mata
laksana kobaran api berasal dari bunganya  yang kecil.
Betapa banyak lirikan menembus hati tuannya
seperti anak panah mengenai sasaran, melesat dari busur dan senarnya.
Seorang hamba, selama dia masih mempunyai kelopak mata yang mengedip orang lain
maka dia berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan.
(Dia memandang hal-hal yang) menyenangkan matanya, tapi membahayakan jiwanya
maka janganlah kau sambut kesenangan yang membawa petaka.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Pandangan yang dilepaskan begitu saja itu akan menimbulkan perasaan gundah, tidak tenang dan hati panas terasa disulut. Terkadang mata seorang hamba melihat sesuatu, yang dia tidak sanggup menahan diri, membendung keinginan, namun tak kuasa mewujudkan keinginannya, tentu jiwanya sangat tersiksa; dapat melihat namun tak kuasa menjamahnya. 
Seorang penyair berkata:
Bila -suatu hari– engkau lepaskan pandangan matamu menuntun hatimu
niscaya apa yang dipandangnya akan melelahkan (menyiksa) dirimu sendiri.
 Engkau melihat sesuatu yang engkau tidak mampu mewujudkannya secara keseluruhan
dan engkau juga tak kuasa menahan diri untuk tidak melihat (walau hanya) sebagian saja.
Lebih jelasnya, maksud bait syair di atas: engkau akan melihat sesuatu yang engkau tidak sabar untuk tidak melihatnya walaupun sedikit, namun saat itu juga engkau tidak mampu untuk melihatnya sama sekali walaupun hanya sedikit.
Betapa banyak orang yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, akhirnya dia binasa karena pandangan itu sendiri. Seperti gubahan  seorang pujangga:

يَا نَاظِرًا مَا أَقْلَعَت لَحَظَاتُـه @ حَتَّى تَشَحَّطَ بَيْنَهُنَّ قَتِيْـلاً
Wahai orang yang suka melirik, matamu tak akan usai jelalatan
Hingga engkau jatuh bersimbah darah di antara lirikan matamu.
Sungguh aneh, pandangan merupakan anak panah yang tidak pernah mengena sasaran yang dipandang, sementara anak panah itu benar-benar mengena hati orang yang memandang.
 
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Oleh karena itu dikatakan, “sesungguhnya menahan pandangan mata lebih mudah dari pada menahan penyesalan berkepanjangan dalam kehidupan.”
Hal yang paling banyak terjadi secara berurutan dan berulang-ulang jika telah diawli, yaitu zina. perbuatan zina itu lebih sering terjadi dibanding dengan pembunuhan, dan pembunuhan lebih sering terjadi dibanding dengan riddah (keluar dari agama Islam). Juga urutan diatas adalah dosa besar, kemudian dosa yang lebih besar dan seterusnya. Lebih celaka lagi, ekonomi bangsa  dan biaya untuk kehidupan ini termasuk dari sumber harta yang haram hasil zina dan pelacuran. Bukankah telah ditegaskan dalam hadis dikatakan haram hukumnya uang hasil zina dan penjualan anjing itu haram. Mungkin sumber keuangan yang kita dapatkan untuk konsumsi, untuk makan-minum sehari-hari ada di antaranya dari  hasil yang haram seperti zina. Jika benar demikian, bercampur aduklah harta yang haram dan halal dalam kehidupan ini, inilah yang mengantarkan kita ke dalam bencana. Kerusakan yang ditimbulkan oleh zina sungguh bertolak belakang dengan kemaslahatan yang didambakan dalam kehidupan.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Jadi, di belakang perbuatan keji ini (zina) terdapat kerusakan dunia dan agama atau akherat sekaligus. Sungguh betapa banyak pelanggaran terhadap larangan-larangan (pelecehan terhadap kehormatan), perampasan hak orang yang lemah dan penganiayan yang ada di balik perbuatan zina.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh zina dapat mendatangkan kefakiran, memperpendek umur dan membuat wajah pelakunya suram, serta menimbulkan kebencian orang dan sengketa rumah tangga. Termasuk di antaranya dapat memporak-porandakan hati, mengganngu ketenangan jiwa, juga mendatangkan perasaan gundah, gelisah dan takut. Tak ada bahaya –setelah bahaya perbuatan membunuh- yang lebih besar daripada bahaya zina. Oleh karenanya, untuk menghukum pelaku zina Allah mensyariatkan hukuman dera 100 kali atau bunuh (rajam) dengan cara yang mengerikan. Jika perilaku zina merajalela di tengah masyarakat niscaya harapan terhadap kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan ini semakin jauh, malah kehidupan selalu dibayang-bayangi oleh bencana dan hancuran, na’udzu billah mindzalik. Demikian khutbah kita kali ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.
فاعتبروا يا اولي الابصار لعلكم ترحمون


10
MENSYUKURI NIKMAT ALLAH
Oleh : Drs. Hasari

ِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.   وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومن تبع الهدى الى يو م القيــا مة. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، bÎ)ur (#rãès? |MyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö$¤ÿŸ2. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
Kaum Muslim Sidang Jum’at Rahimakumullah
Syukur alhamdulillah, pada hari ini kita masih diberi kesempatan berkumpul dan bertatap muka, sambil saling mengingatkan, betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dan sementara dianugrahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya, tidak terkecuali kita yang hadir ditempat yang mulia ini...
Begitu kita bangun pada dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmat yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah yang teramat berharga, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan. Apa yang terjadi? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa gerah, ini baru sisi kecil dari nikmat Allah dalam kehidupan ummat manusia.
Coba kita simak firman Allah seperti yang telah dibacakan pada awal khutbah, yakni dalam surah Ibrahim ayat 34:

Yang artinya : “Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Kaum Muslim Sidang Jum’at Rahimakumullah
Walau sesungguhnya kita patut wajib menyadari segala sesuatu yang telah dianugrahkan Allah kepada kita dari berbagai bentuk dan macam nikmat, nah cobalah kita buktikan Firman Allah tersebut di atas.
Marilah kita layangkan pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta.
Di dalam udara atau hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogeen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil jumlahnya. Jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.
Dari hasil penyelidikan para ilmuwan, bahwa pada udara tersebut ditemui unsur-unsur gas yang seimbang sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %.
Allah telah mengatur sedemikian rupa, dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andai kata lebih tinggi dari prosentase tersebut, maka suhu udara gerah, panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya kebakaran dimana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut maka yang akan terjadi adalah kita susah bernafas, tersengal-sengal karena pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita dan besar kemungkinan keluhan akan berkepanjangan seperti yang telah kita alami beberapa waktu lalu ketika kabut asap melanda kita. Maha Besar Nikmat yang telah diberikan kepada kita

Kaum Muslim Sidang Jum’at Rahimakumullah
Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui bahwa seorang manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (Dua Puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni seharinya.
Kaum Muslim Sidang Jum’at Rahimakumullah...
Saat ini, dipasarkan satu tabung oxygen harganya 40.000 rupiah yang isinya 6000 liter yang kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000 dibagi 6000 adalah kurang lebih 6.600 rupiah per liter.
Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali 6.600 rupiah sama dengan 760.000 rupiah /hari- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,-  yang berarti, seandainya Allah tidak menyediakan oksigen secara bebas untuk kita hirup.  Kita harus membeli oksigen seharga 22.800.000 rupiah perbulan, atau setahun 273.600.000 rupiah.  Untuk hidup selama 5 tahun saja kita harus mengeluarkan uang lebih dari 1,5 miliar, hanya untuk membeli udara / oksigen yang kita gunakan untuk bernapas.
Oleh karena itu dalam surat Ar-rahman, Allah Subhannahu wa Ta'ala mewanti-wanti, memperingatkan  kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31 kali kalimat peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya:

Yang Artinya: “NikmatKu manakah lagi, yang kamu dustakan.”

Kaum Muslim Sidang Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan kita,  betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga, kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan, bernilai sekian besarnya, apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.
Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini, tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata.
Mensyukuri karunia Allah, harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, menyantuni anak-anak yatim dan badan-badan amal lainnya.
Janganlah berdalih tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya, karena ketiadaan makanan hingga kelaparan berkepanjangan, ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.

Hadirin Sidang Jum’at yang Berbahagia.
Realisasi rasa syukur tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan mempertebal Iman dan Takwa kita, dan yang terpenting kita akan terhindar dari murka dan siksaan Allah seperti FirmanNya dalam surat Al-An’am ayat 46 yang berbunyi:
Artinya: “Katakanlah, terangkanlah, kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling juga.”
Kaum Muslim Rahimakumullah...
Satu hal lagi yang lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta'ala, bagi hambaNya dengan firmanNya dalam surat Ibrahim ayat 7:
Artinya: “Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah..
Marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.










11
MEMBANGUN MENTALITAS TAUHID DALAM KEHIDUPAN UMMAT
                        Oleh : Drs. Azhar, M. Ag

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ ا نـعـم عـلـيـنـا بـا لإ يـمـا ن و الإ سـلام وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. ولانـبـي بـعـده. اللهـم صلى وسـلـم عـلى سـيـدنـا مـحـمـد  وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ اجـمـعـيـن اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ!
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah !
Puji dan syukur, segenap puja dan sanjung marilah senantiasa kita panjatkan ke hadlirat Allah Swt., Raja yang Maha Diraja, yang keagungan dan kemuliaan-Nya tiada banding dan tiada tara. Hanya Dialah yang berhak untuk disembah dan dipuja.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Pada era kemajuan seperti sekarang ini, umat Islam telah kehilangan pegangan, terbuai oleh tipu daya yang datang mendera, sehingga mereka tidak konsisten lagi dalam mempedomani ajaran agama mereka. Memang benar kaum Muslim shalat dengan menggunakan aturan Islam, mengerjakan puasa dengan aturan Islam, beribadah dengan aturan Islam. Tetapi, mereka masih mempersekutukan Allan dalam ibadah mereka. Mencampur adukkan antara yang haq dengan yang batil, tanpa mengindahkan teguran Allah :
Dan janganlah kamu mencampur adukkan antara yang hak dengan yang bathil dan jangan pula kamu menyembunyikan yang benar, sedangkan kamu mengetahuinya (Qs. Al-Baqarah, 42)
Sikap mengambil sebagian dari Islam dan mencampakkan sebagian yang lain, mencampur adukkan antara yang hak dengan yang bathil, antara yang benar dengan yang salah, antara tauhid dan syirik, merupakan sikap yang tercela  Dan inilah yang menjadi sumber bencana bagi masyarakat kita saat ini. Untuk itu, tinggalkan syirik dan kembalilah kepada ajaran tauhid.
Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (TQS. Al-Baqarah [2]: 85)
Kembali kepada ajaran tauhid; semestinya harus dipahami dengan kembali kepada ajaran dan aturan Allah dalam mengatur seluruh aspek hidup dan kehidupan umat. Dengan kata lain, kembali kepada syariah Allah, yaitu syariah tauhid, untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Inilah manusia yang seutuhnya, dan inilah kunci kemenangan umat Islam. Ingatlah, bahwa kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraih Rasulullah Saw dan para shahabatnya dalam perjuangan menegakkan agama Allah, adalah karena mereka menerapkan prinsip tauhid yang seutuhnya dalam kehidupan mereka. Ini pulalah yang menjadikan generasi Islam terdahulu mampu membangun kekuatan dan persatuan umat dalam meraih kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya. Apabila syirik telah diamalkan dan tauhid telah dikesampingkan, maka bencana besar pasti akan melanda. Demikian janji Allah dalam firman-Nya yang berbunyi
            Sesungguhnya syirik itu, adalah dosa dan bencana yang sangat besar (Qs. Luqman, 13)
Dengan ajaran tauhid, seorang muslim akan melandasi mentalnya dengan nilai-nilai Ilahiyah, yang akan berpengaruh terhadap sikap hidup dan seluruh aktivitasnya. Apabila mental yang dibangun di atas landasan tauhid yang kuat, maka seorang muslim tidak rela untuk menghambakan dirinya kepada selain Allah Swt.
Firman Allah Swt. :
Katakanlah (hai Muhammad !) :”Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan, dan tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa”. (Qs., Shadl : 65).
Manusia diciptakan Allah pada prinsipnya adalah untuk mengabdi hanya kepada Allah dengan diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi selama hidupnya. Tugas sebagai khalifah itu mesti diembannya tanpa harus memisahkan satu aspek hidup manapun dari segala aktivitas hidupnya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Swt. :

Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk mengabdikan diri kepada Ku “. (Qs., al-Dzariyat : 56).


Kemudian firman Allah Swt. :
Ingatlah ! ketika Tuhan berfirman kepada para Malaikat: ”Sesungguhnya Aku akan mengangkat seorang khalifah di muka bumi”. (Qs. al-Baqarah : 30).
Dalam mengemban misi sebagai khalifah Allah di bumi, seorang muslim hendaknya menyadari bahwa tugas yang dipikulkan ke pundaknya itu adalah sebagai ujian dari Allah Swt. Sehingga dapat terukur apakah dia benar-benar mempunyai komitmen yang kuat dalam melaksanakan tugasnya itu.
Firman Allah Swt. :
Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah di muka bumi dan mengangkat derajat sebahagian kamu, untuk menguji kamu tentang apa yang telah Dia berikan kepadamu (Qs. al-An’am : 165).
Maka untuk itu, mental yang harus dimiliki oleh seorang khalifah adalah mental yang kuat yang mampu mengatasi dan menghadapi ujian tersebut. Mental yang berani menghadapi ujian itulah, yang disebut mental tauhid.

Jama’ah Jum’at Rahimakumullah !
Jika mental tauhid sudah tertanam kuat di dalam diri setiap muslim, maka dia tidak terlalu bersusah hati dan tidak berputus asa dalam menghadapi ujian dan cobaan Allah Swt. Dan ujian itu, ia anggap sebagai acuan dalam mengemban amanah atau tugas-tugas kekhalifahan yang dibebankan kepadanya. Sebagaimana dijelaskan firman Allah Swt. :
Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja berkata “Kami beriman kepada Allah”, sedangkan mereka tidak diuji ?. Sesungguhnya Kami akan menguji mereka, untuk mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan siap yang mauin-main dalam keimanannya. (Qs. al-Ankabut : 2-3)
Pernyataan keimanan seseorang, tidak hanya diukur dari sekedar ucapannya, tetapi harus dibuktikan dengan pengorbanan dan kemampuannya dalam menghadapi ujian demi ujian. Sehingga dengan demikian, dalam dirinya terbentuk mental yang kuat yang dilandasi dengan tauhid yang mantap dan kokoh. Jalan inilah yang telah ditempuh oleh Rasulullah Saw. dan orang-orang beriman pada generasi terdahulu untuk menghadapi tantangan demi tantangan dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan agama Allah.
Kaum Muslimin Rahimakumullah !
Maka untuk itu, beriman atau tidak seseorang harus dibuktikan dengan kemampuannya dalam menghadapi ujian dan cobaan Allah. Karena Islam adalah pandangan, pedoman dan system hidup  yang menyeluruh. Islam bukanlah agama ritual belaka, tetapi ia merupakan suatu sistem kehidupan yang melindungi umat manusia, dan sekaligus merupakan bangunan akhlak yang berlandaskan tauhidullah.
  فـا عـتـبـروا يـاولى الأ بـصـار لـعـلـكـم تـفـلـحـون



12
MEMBANGUN KOMITMEN MUSLIM TERHADAP ISLAM

Oleh: Dr. Faizin, M.Ag

الْحَمْدُ للهِ، خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ    أَمَّا بَعْدُ : فيل أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat  yang dimuliakan Allah
Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketakqawaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan.
Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi Saw. ( al-Ahzab : 56)
Kaum muslimin rahimakumullah  
Dalam kehidupan ini, kita akan selalu dihadapkan dengan berbagai persoalan baik yang relevan ataupun yang bertentangan syariat Islam. Bahkan terkadang dihadapkan perbuatan yang tidak memperdulikan nilai-nilai norma dalam agama dan masyarakat. Yang menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa kondisi umat Islam sedemikian rupa?, padahal mereka telah menyakini Islam sebagai jalan hidup, al-Qur’an sebagai pandangan hidup dan sisi-sisi ajaran Islam lainnya. Jawabnya adalah karena mereka berislam tidak komitmen dalam ber-Islam. Bila kita menjejaki sejarah Islam 14 abad yang lalu mencapai puncak kejayaan ditengah-tengah hegemoni umat, karena penganut Islam  (sebagai Muslim) pada waktu itu beristiqomah (berkomitmen) dengan Islam. Islam tidak saja diyakini sebagai agama semata-mata melainkan Islam diterjemahkan dalam kehidupannya, baik dalam aspek keagamaan, ideology, social, ekonomi, budaya dan politik.
Bagi umat Islam (Muslim) saat ini mempunyai tugas yang berat untuk membawa umat Islam kearah keislaman yang sesungguhnya sehingga paling tidak mendekati kemajuan umat Islam pada masa lalu yaitu dengan melaksanakan komitmen dalam berislam.  Hal tersebut sebagaimana telah dianjurkan dalam surat al-‘Ashr ayat 1 sampai dengan 3:

Artinya: Demi Masa!,  Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Al-Ashr 1-3)

Dalam rangkaian ayat tersebut, tergambar satu misi untuk berkomitmen (rasa terikat diri), yaitu: orang Muslim harus meng-imani Islam,  orang muslim mengilmui Islam, orang muslim meng-amalkan Islam, orang muslim mendakwahkan Islam, dan orang muslim sabar dalam ber-Islam. Kembali kepadakonteks sejarah Islam 14 abad yang lalu Islam mencapai puncak kejayaan karena umat Islam mengaktualisasikan nilai-nilai dalam berislam.
Kaum muslimin rahimakumullah  
 Bagaimana lima prinsip tersebut dalam ber-Islam sebagai berikut:


1. Muslim mengimanai Islam
Iman dalam pengertian istilah adalah wujud daripada keyakinan dalam hati (tasydiq bi qalb), diucapakan dengan lisan(ikrar bi lisan)  dan di amalkan dalam perbuatan. Konteks keyakinan tersebut harus diaktualisasi pada diri setiap muslim dan wajib mengimani kesempurnaan dan kemutlakan kebenaran Islam sebagai satu system hidup, sebagai satu kebulatan ajaran yang universal. Kemudian mereka beristiqamah dalam keyakinannya itu, serta senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan mutu keimanan-keyakinan itu.
 
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan RasulNya, dan kepada Kitab Al-Quran yang telah diturunkan kepada RasulNya (Muhammad, s.a.w), dan juga kepada Kitab-kitab suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu. dan sesiapa yang kufur ingkar kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya dan juga hari akhirat, maka Sesungguhnya ia telah sesat Dengan kesesatan yang amat jauh. (Surah al-Nisa 136)
Kemudian konsep keimanan pada setiap muslim haruslah senantiasa diperbaharui karena dalam proses keimanan ternyata keimanan akan mengalami suatu fluktuasi sesuai dengan kadar yang dapat mempengaruhi iman. Sehingga keimanan menjadi naik dan terkadang menjadi turun. Hal tersebut sebagaimana Hadith nabi: Al-imanu yazidu wayanushu “Iman bertambah dan berkurang”  Fa jadidu Imanakum”  oleh karena itu perbaharuilah iman kamu itu.

Jemaah Shalat Jum’at yang di muliakan Allah
2. Muslim Mengilmui Islam
   Manusia diberi dua kenikmatan yaitu sehat dan waktu luang, namun banyak di antara mereka yang tertipu. Rasulullah saw. bersabda: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (H.R. al-Bukhari (no. 6412). Banyak di antara manusia yang tidak menggunakan waktu sehat dan waktu luangnya untuk belajar tentang Islam dan menimba ilmu syar’i. Padahal dengan menghadiri majelis taklim yang mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah akan bertambah ilmu, keimanan, dan ketakwaannya kepada Allah saw. Juga dapat menambah amal kebaikannya.
Seorang muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi saw. diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih. Allah swt. berfirman:
Artinya:“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” [Al-Fat-h: 28].
Kata al-huda (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih. Rasulullah saw. menyuruh ummatnya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah swt., mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan melakukan amal shalih. Beliau saw. melarang ummatnya dari perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya.
Cara untuk mendapat hidayah dan dan agama yang benar adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, tauhid dan syirik, sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan antara yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.

Kaum muslimin rahimakumullah  
3. Muslim mengamalkan Islam
            Langkah ketiga dalam meneguhkan iman adalah mengamalkan segala perintah dan menjauhi larangannya Allah dan Rasulullah. Amal dalam merupakan wujud daripada pelaksanaan dari pada persyaksian setiap muslim kepada Allah dan Rasulullah saw.
Setiap muslim dan muslimat wajib memanfaatkan iman-keyakinan dan ilmu pengetahuan tentang Islam dalam amal-perbuatannya sehari-hari, dalam berbagai segi perikehidupan sesuai dengan kemampuannya masing-masing, dengan jalan merealisasikan dalam dirinya, keluargannya, tetangganya, lingkungan, masyarakat luas dan negaranya dan dunia umumnya, dalam bata-batas kemampuannya
Hadith: Idza amartukum bi syai’in fa’tu bihi mastatha’tum, Jika kuperintahkan sesuatu maka laksanakan sekuasa-kuatmu”
Artinya: dan Katakanlah (Wahai Muhammad): Beramalah kamu (akan Segala Yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang Yang beriman akan melihat apa Yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui perkara-perkara Yang ghaib dan Yang nyata, kemudian ia menerangkan kepada kamu apa Yang kamu telah kerjakan". (al-Taubah,105)

Kaum muslimin rahimakumullah  
4. Muslim Mendakwahkan Islam
Langkah yang keempat, Muslim Mendakwahkan Islam. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat setiap muslim mempunyai kewajiban untuk berdakwah.  Karena tanpa dakwah nilai-nilai Islam tidak mungkin berkembang, dan terjaga sehingga akhir zaman. Dengan dakwah Islam ajaran Islam akan dapat diwarisi dari generasi ke genarisi berikutnya. Baik dakwah yang dilakukan oleh setiap diri kepada jiwanya, anak, keluarga dan masyarakat.
Kembali kepada sejarah penyebaran dan pengembangan Islam masa lalu, Islam tentu tidak akan sampai kepada kita kalau umat Islam berpangku tangan tanpa komitmen mendakwahkan Islam yang telah diyakininya. Dengan komitmen tersebut Islam tersebar seantero dunia dan Indonesia khususnya.
Setiap Muslim wajib mendakwahkan Islam, sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya masing-masing, sesuai dengan profesi dan dedikasinya diri,baik kepada umat Islam sendiri maupun umat manusia pada umumnya. Dengan misi dakwah nilai-nilai ajaran Islam akan dikenal baik dari sisi kuantitas maupun kualitas hukumnya. Dengan memahami hukum yang terkandung dalam Islam paling tidak membawa kebaikan bagi diri sendiri dan diharapkan mampu mengubah perilaku menyimpang umat.
Hadith Nabi: “Ballighu ‘anni wa lau Ayatan” Sampaikan daripadaku walaupun hanya satu ayat. Fal-yubalighissyahiduminkumui ghaiba “ Hendaknya yang hadir menyaksikan, menyampaikan yang telah kusampaikan kepada mereka yang tidak hadir

Artinya: Wahai Rasul Allah! sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu; dan jika Engkau tidak melakukannya (dengan menyampaikan semuanya), maka bermakna tiadalah Engkau menyampaikan perutusanNya; dan Allah jualah akan memeliharamu dari (kejahatan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum Yang kafir. Al-Maidah 67)

Jemaah Jum’at RahimakumuAllah
5. Muslim sabar dalam berIslam.
            Dalam mengakui Islam sebagai keyakinan beragama tampaknya mudah dan ringan. Hal ini sebagaimana kisah seorang pemuda yang masuk Islam pada masa Rasulullah. Dengan syarat tidak berbohong maka sang pemuda tersebut kemudian masuk Islam. Akan tetapi dalam perjalanan dalam berIslam sebenarnya memerlukan perjuangan dan kesabaran. Karena  setiap muslim akan dihadapkan dengan berbagai ujian dan cobaan yang silih berganti. Ujian dan cobaan bukan hanya sesuatu yang menyedihkan akan tetapi yang menyenangkan pun dapat menjadi ujian dan cobaan.
            Artinya: Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? dan Demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang Yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian Yang demikian), nyata apa Yang diketahui Allah tentang orang-orang Yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa Yang diketahuiNya tentang orang-orang Yang berdusta. (Al-Angkabut, 2-3)
Berdasarkan firman Allah tersebut, keimanan akan diuji sejauhmana kita telah berIslam dengan berbagai ujian. Tentunya sebuah ujian itu akan dapat dimenangkan sekiranya dihadapi dengan kesabaran. Contoh kecil ujian kesabaran dalam taat adalah melaksanakan shalat lima waktu, sebenarnya jika shalat sudah benar-benar ditegakkan maka hasilnya adalah terciptanya muslim yang ideal yakni, berakhlak mulia mampu mencegah perbuatan keji dan sebagainya. Tetapi kenyataan shalat belum mampu menciptakan muslim yang ideal, artinya shalat yang selama ini dilaksankan sebatas kewajiban, tanpa dilkaksanakan dengan kesabaran yang terpenting adalah shalat. Sementara itu hakikat shalat terpinggirkan dari tujuan-tujuan lainnya.
Komitmen kesabaran dalam berislam harus dapat diwujudkan baik dalam ibadah, berdakwah, dan social di masyarakat. Karena dengan kesabaran maka kan tercipta situasi yang dinamis dan terhindar dari persoalan yang tidak diingikan.
Setiap Muslim  harus bersabar (tabah lahir batin) menerima segala risiko sebagai konsekwensi orang yang mengimanai Islam, mengilmui Islam, mengamalkan Islam, mendakwahkan Islam dari segala rintangan dan halangan baik dari dalam dirinya maupun diluar dirinya.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم














13
IKHLAS DALAM BERIBADAH DAN BERAKTIVITAS

Oleh : Ds.H.Martias, M.PdI

الْحَمْدُ للهِ، خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ    أَمَّا بَعْدُ : فيل أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون

Ikhlas: Suatu keadaan yang dalam melakukan pekerjaan semata-mata karena Allah SWT. Jadi bukan karena ingin memperoleh keuntungan diri (lahiriah/bathiniyah). Ibadah yang  dipandang sah dan diterima oleh Allah adalah ibadah yang dilakukan karena dan untuk Allah tanpa mengandung sesuatu tujuan sampingan. Mereka yang ikhlash dalam ibadahnya disebut mukhlisun :
Firman Allah SWT:
Artinya, “Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan Hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (QS,al-Baqarah:139)
Firman Allah SWT:
Artinya, “Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana dia Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".(QS,7:29)
Dua ayat tersebut di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam kita melakukan sesuatu perkataan atau perbuatan hendaklah didasarkan kepada ikhlas karena Allah SWT, bukan karena ada motif atau dorongan dan tujuan lain, kita mengerjakan shalat, puasa, membayar zakat dan mengerjakan haji karena Allah SWT, apalagi kalau seseorang yang sedang memegang sesuatu amanah untuk kepentingan masyarakat atau rakyat harus dilaksanakan dengan ikhlas, karena harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
Artinya, “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.(QS,Lukman, (31):32)
Firman Allah SWT:
Artinya, “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).(QS, al-Mu’min,40:14)
Nama surat ke 112 adalah surah al-Ikhlas, terdiri atas 4 ayat, termasuk surat Makkiyah, diturunkan sesudah suratAn-Nas. Disebut surat Al-Ikhlas karena surat tersebut sepenuhnya menegaskan kemurkaan atas ke-Esaan Allah SWT. Isi pokok surat Al-Ikhlas menegaskan ke Esaan Allah. Yang tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada sesuatu pun yang menyamaiNya. Allah adalah tempat bergantungnya. Manusia merencanakan dan mengharapkan pertolongan-Nya.


Sidang Jum’at Rohimakumullah.
Ibadah adalah memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya, serta menjauhi larangan-Nya karena Allah semata; baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunnduk dan patuh kepada Allah SWT.
Ibadah ada dua macam; yaitu ibadah Mahdiyah yaitu bentuk ibadah yang bersifat vertikal/ langsung berhubungan dengan Allah SWT, seperti mengerjakan shalat, dan ibadah Ijtima’iyah ibadah (perbuatan yang ditujukan karena Allah) yang berkaitan dengan masalah masyarakat/ sosial, seperti zakat, mendirikan atau membangun masjid. 
Firman Allah SWT:

Artinya, “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS,al-Baqarah:21)
Ibadah disini termasuk di dalamnya shalat, puasa, zakat, mengerjakan haji kr Baitullah Makkah, membantu fakir miskin dan anak yatim, berbuat baik kepada sesama manusia serta seluruh aktivitas yang akan mempererat hubungan kepada Allah, kepada manusia dan alam sekitarnya.
Islam telah mensyari’atkan beberapa bentuk ibadah ritual yang selalu kita lakukan bersama. Ada ibadah yang sifatnya harian, mingguan, bulanan atau tahunan dan ada pula bentuk ibadah yang wajib dilakukan sekali seumur hidup. Ibadah yang sifatnya harian misalnya salat wajib  lima waktu, sedangkan  yang bersifat mingguan misalnya salat jum’at sebagaimana yang kita lakukan bersama saat ini. Adapun yang bersifat bulanan, misalnya puasa Ramadhan, shalat idul fitri, shalat idul adha. Dan ada pula ibadah yang wajib sekali seumur hidup yaitu ibadah haji, dan masih banyak bentuk ibadah lain yang sifatnya tidak terika pada waktu, seperti beramal shaleh atau aktivitas yang dibenarkan oleh agama Islam.
Sidang Jum’at Rohimakumullah.
Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya.
Artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.QS Adz-Dzariyat,51:56).
Lantas apa sesungguh hakikat ibadah itu. Sementara banyak orang masih beranggapan bahwa yang dinamakan ibadah hanyalah mengerjakan shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan kegiatan lain mereka masih ragu untuk mengatakan ibadah.
Pada hakekatnya ibadah yang diperintahkan oleh Allah itu, meliputi makna merendahkan diri secara khusu’, khudhu’ dan merunduk dengan penuh kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Karena substansi dan esensi cinta itu sesungguhnya adalah pengabdian dan pengorbanan secara tulus ikhlas. Kedalaman dan kesempurnaan cinta itu hanya patut diberikan kepada Allah SWT semata.

Hadiran jamaah Jum’at rahimakumullah.
Setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk keperluan hidupnya, dan usaha-usaha yang dikerjakan untuk kepentingan keluarganya dapat bernilai ibadah, demikian pula perwujudan sarana-sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Para Pegawai, para karyawan, buruh, pedagang, petani, pengusaha dan mahasiswa serta siswa dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya itu sebagai ibadah selama berpegang teguh pada syarai’at Islam, yaitu:
1.      Setiap pekerjaan dan aktivits yang dilakukan harus disertai dengan niat yang suci, yaitu niat yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, makan dan minum dapat bernilai ibadah bila diniatkan agar dirinya sehat dan kuat sehingga dapat mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT. Bekerja  yang halal dapat bernilai ibadah bila dilakukan karena Allah, untuk mencari nafkah buat diri, istri, anak dan keluarganya sehingga mampu bertahan hidup untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT.
2.      Setiap pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan tidak melanggar batas-batas yang ditentukan dalam syari’at, tidak berlakukan zalim, tidak disertai menipu, tidak berdusta, tidak merampas hak-hak orang lain dan tidak berkhianat.
3.      Setiap pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan  hendaklah dilaksanakan dengan baik, sungguh-sungguh dan profesional dengan tetap menjaga sportivitas dan akhlakul karimah, Sabda Rasulullah SAW:


Artinya” Sesunguhnya Allah menyukai seseorang di antara kamu yang ketika mengerjakan sesuatu pekerjaan dilakukan dengan tekun dan teliti (HR.Baihaqi).

4.      Pekerjaan dan akitivitas yang dilakukan itu bukan termasuk yang dilarang dalam Islam, seperti perdagangan minuman keras, prostitsi, melakukan riba, melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan hal-hal lain  yang dilarang menurut Islam. Bekerja dan beraktivitas pada hal-hal yang dilarang dalam agama tersebut bukan termasuk ibadah, walaupun diniatkan untuk mencari nafkah buat anak dan istri, untuk beramal  dan bersedekah dari hasil karyanya itu. Tetapi semuanya itu merupakan kedurhakaan dan kemaksiatan serta pekerjaan yang berdosa besar.
5.      Semua pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan jangan sampai melalaikannya dari mengingat Allah SWT. Sesuai firman Allah SWT:
Artinya. “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS, An-Nuur (24): 37).

Setiap aktivitas  yang dilakukan dengan memperhatikan hal-hal tersebut, bermakna dan bernilai ibadah. Sehingga dengan demikian kita telah memenuhi panggilan Allah, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan jin, yaitu untjuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Allah adalah zat Maha Pengasih, Pemurah dan Penyayang yang tidak kan menyuruh hamba-Nya berbuat sesuatu, melainkan di dalamnya ada kebaikan dan kemashlahatan bagi hamba itu sendiri.
Segala aktivitas yang dilakukan manusia baik yang baik, maupun yang buruk tidak  berimpilkasi apapun kepada Allah SWT, tetapi semua itu, akan kembali dan diperhitungkan buat manusia itu sendiri.

Artinya,”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.( QS Fushshilat, (41): 46)

Sidang Jum’at Rohimakumullah.
Semoga kita mampu menjalani dan mengisi sisa kehidupan ini dengan pengabdian dan kebaktian kepada SWT, secara tuls ikhlas karena cinta kepada-Nya. Sehingga kita selalu mendapat rahmat, anugerah dan ridha-Nya, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

فعتبروا لعلكم تفلحون





14
UPAYA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT

Oleh : Suriyadi, M.Ag.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهم فصَلّ وسلم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ  سلاما دائما الي يوم القيامة. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Alhamdulillah, segala puji dan syukur marilah kita persembahkan ke hadirat Allah atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tiada taranya kepada kita sehingga kita masih dapat menjalankan aktifitas kehidupan kita dengan baik dan sempurna. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Sebagai makhluk yang diciptakan dalam keadaan sebaik-baik bentuk, kita manusia sesuai dengan  fitrahnya juga menginginkan kehidupan yang sebaik-baiknya, kehidupan yang  bahagia, yang selamat baik ketika di alam dunia, demikian juga di akherat kelak.  Kebahagian yang dimaksud tidak dapat diraih dengan sempurna melainkan dengan usaha mendekatkan diri kepada yang memberikan kebahagiaan tersebut, Allah SWT
Di dalam Islam ada perintah kepada kita untuk melakukan apa yang disebut dengan “upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt.”, yang dalam bahasa agama dikenal dengan “Taqarrub ila Allah”. Sebenarnya Allah Swt. sendiri telah menyatakan bahwa Dia dekat kepada manusia, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah (2): 186:
Dan Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu [wahai Muhammad] tentang Aku, maka [jawablah] bahwa Aku dekat”.  
Allah begitu dekat dengan manusia, maka apa pun yang dilakukan oleh manusia, Dia mengetahuinya. Bahkan, Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah, 58: 7  

“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada [pembicaraan antara] lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada [pula pembicaraan antara jumlah] yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka, di mana pun mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Meskipun Allah Swt. telah menyatakan bahwa Dia dekat dengan manusia, tetapi dalam hidup ini begitu banyak manusia yang merasa jauh dari Allah, merasa tidak diawasi oleh-Nya, sehingga begitu berani melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan-Nya.  
Selaku orang yang beriman, kita dididik oleh Allah swt dengan sejumlah peribadatan, mulai dari wudhu, shalat, puasa, zakat, dan haji.  Semua itu mendidik kita dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Di dalam shalat misalnya, tidak ada yang berani mengurangi jumlah rakaatnya, meskipun tidak ada orang yang mengontrolnya. Begitu juga saat puasa, tidak ada yang berani berbuka sebelum waktunya, atau mengurangi jumlah bilangan thawaf dalam ibadah haji. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah merupakan media yang dapat mendidik manusia merasa diawasi oleh Allah Swt, yang pada akhirnya menumbuhkan perasaan dekat kepada-Nya

Jamaah Jum’at Rahimakumullah  
Dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT paling tidak, ada tiga nilai penting atau pengaruh positif yang dapat diraih, pertama, memiliki ketenangan dan ketenteraman jiwa. Sebab, orang yang dekat kepada Allah pasti banyak mengingat-Nya, dan dengan mengingat Allah hati pasti menjadi tentram, sebagaima firman-Nya dalam surat ar-Ra’du, 13: 28
Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah hati orang yang beriman akan menjadi tentram
Selain itu, betapa banyak pertolongan yang dijanjikan oleh Allah bagi orang yang mendekatkan diri kepada-Nya. Diantaranya, kepada orang yang bertakwa, Allah telah berjanji akan senantiasa memberikan pertolongan, baik dalam bentuk jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi, memberikan rezeki yang tak terduga, maupun kemudahan dalam menyelesaikan segala urusannya, sebagaimana firman-Nya
Dengan demikian seseorang yang dekat kepada Allah tidak akan risau terhadap kesulitan yang dihadapi dan tidak akan bingung dalam melaksanakan tugas-tugas berat yang diembannya.
Kedua, orang yang dekat kepada Allah tidak akan berani menyimpang dari jalan dan ketentuan yang telah digariskan-Nya. Seseorang yang dekat kepada Allah akan memiliki kesadaran bahwa apapun yang dilakukannya di dunia pasti dalam pengawasan Allah SWT, tidak ada satu waktu dan  ruangpun yang luput dari pengetahuan-Nya. Allah mengetahui sekecil apa pun perbuatan kita. Malaikat yang ditugaskan oleh Allah selalu menyertai, mengawasi dan mencatat segala amal manusia, mulai dari niat, ucapan, hingga perbuatannya.  Allah berfirman dalam surat Qaf , 50: 17-18

Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Yang Ketiga, bahwa orang yang taqarrub kepada Allah  memiliki rasa tanggung jawab terhadap tegaknya nilai-nilai Islam. Untuk mewujudkan nilai-nilai Islam di dalam masyarakat Islam dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh, dalam bahasa agama disebut jihad. Allah swt berfirman dalam Surat An-Nisa’, 4: 95
Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk, yang tidak mempunyai uzur, dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka”.  
Dengan demikian, menjadi sangat jelas bagi kita bahwa mendekatkan diri kepada Allah Swt. merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan masyarakat muslim. Sebab, tanpa usaha yang sungguh tersebut, tidak mungkin akan terjadi kehidupan yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu, hendaklah segenap aktifitas kita, baik dalam ibadah ritual (mahdah) maupun sosial (mu’amalah), ditujukan dalam rangka “mendidik diri kita untuk selalu dekat kepada Allah Swt.”, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-An’am, 6: 162-163
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk [pengabdian dan kedekatan diriku dengan] Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan, demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.  
Dengan senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt, maka dengan sendirinya Allah pun akan mendekati kita. Kalau Allah sudah dekat dengan kita, maka kehidupan kita  akan menjadi aman dan tenteram. Semoga kita semua menjadi bagian dari mereka yang memperoleh kesempatan sebagai hamba yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.  Amin ya Rabbal Alamin
فعتبروا لعلكم تفلحون





15
MENUJU KEHIDUPAN RUMAH TANGGA  SAKINAH

Oleh: Drs.Pahyatmir

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرورنا ومن سئات اعمالنا من يهد الله فلا مضلله ومن يضلله فلاهاديله, اشهد ان لا اله الالله وحده لاشريك له واشهد ن محمدا عبده ورسوله اللهم صلي وسلم وبارك علي سيدنا محمد وعلي اله واصحابه اجمعين, اما بعد : فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون , قال الله تعالي في القران الكريم:
Sidang Jum’at Yang Berbahagia.
Pertama-tama marilah kita selalu bersyukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan  rahmat dan karunia-Nya terutama rahmat Iman dan Islam serta kesehatan kesempatan yang telah di limpahkan kepada kita, sehingga segala aktivitas kita  dapat  dilakukan, kemudian shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Rahmatan lil ‘Alamin.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah.
     Salah satu diantara tujuan untuk hidup berumah tangga bagi seorang Muslim adalah untuk mendapatkan ketenangan dalam kehidupan keluarga yang dalam istilah yang biasa digunakan adalah untuk mendapatkan kehidupan  keluarga yang sakinah. Perkataan sakinah mengandung makna ketenangan, ketenteraman, jadi keluarga sakinah itu pada  hakekatnya adalah  keluarga yang dibina atas Perkawinan yang syah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras , serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan Memperdalam nilai-nilai keimanan , ketaqwaan dan akhlak mulia.
Telah menjadi sunnatullah bahwa setiap orang yang memasuki gerbang pernikahan akan memimpikan keluarga sakinah, dimana kehidupan keluarga sakinah merupakan pilar pembentukan masyarakat yang ideal yang dapat melahirkan keturunan yang shaleh dan shalehah, di dalam al-Qur’an surah ar-ruum ayat 31 Allah SWT berfirmn:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (ar-Ruum:21.)
          Sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa selalu berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.

Sidang  Jum’at Rahimakumullah
Telah khatib sampaikan di atas bahwasanya setiap pribadi, khususnya mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai upaya yang dilakukan untuk meraih hal tersebut,  semuanya itu dibangun diatas persepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah . Maka jelaslah  bagi kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah, adalagi yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disamping juga ada yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang nyaman dan megah, serta pasangan hidup yang cantik dan tampan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.yakni kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang)  sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.
Dapat kita simpulkan, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah SWT :
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,

Sidang Jamaah Jum’at Yang Berbahagia
Beberapa upaya untu meraih kehidupan kluarga yang sakinah aantara lain sebagai berikut:
1.      Melaksanakan Pembinaan kesejahteraan Keluarga

Firman Allah SWT :


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(Q.s. An.Nisa’9).

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.(Q.S. al_Maidah; 88).

2.      Membina Kehidupan Beragama dalam Keluarga.
Orang tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anak dan anggota keluarganya:
Firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S. al-Tahrim; 6).

 (Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Q.S. al-Ra’d ; 28).

3.      Saling Pengertian, Cinta mencintai.       
Saling pengertian diartikan sebagai antara  suami dan isteri hendaknya saling menutupi kekurangan yang ada pada masing-masing anggota keluaga, artinya dalam kehidupan keluarga dilestarikan tegur sapa, dan menghindari perkataan dan ucapan-ucapan yang kasar yang membawa kepada antara masing-masing anggota keluarga menimbulkan perasaan tidak senang, yang akhirnya akan terjadi hubungan yang tidak harmonis lagi, sehingga mengilangkan rasa cinta mencintai dalam kehidupan keluarga.
Demikianlah khutbah kita yang singkat ini semoga bermanfaat buat kita semua.
بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم انه هو الغفوررحيم
16

MEMBENTUK MUSLIM SEJATI
Oleh: Hadi Candra, S.Ag M.Pd

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
. أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Selaku khatib Jumat kali ini, izinkanlah saya berwasiat baik bagi diri saya pribadi, maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah Swt. Lebih dari 50 kali di dalam Al-Quran Allah Swt berfirman: Ittaqullâh, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah! Pengulangan yang teramat sering ini menunjukkan bahwa, takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim. Karena hanya dengan takwa kepada Allah sajalah, kita akan dapat hidup bahagia, baik di dunia ini maupun di akhirat.
Melalui khutbah Jum’at kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah materi tentang bagaimana kiat membentuk diri ini menjadi seorang muslim sejati?

Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Saat ini, banyak orang mengaku dirinya sebagai muslim. Data statistik dunia terakhir menunjukan ada 1,7 milyar lebih di dunia ini jumlah penduduk dunia yang beragama Islam. Tapi, dari sekian jumlah yang ada itu, sangat sedikit yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim. Selebihnya, mempunyai kepribadian terpisah (split personality). Orang semacam ini agamanya saja sebagai muslim, namun, perilaku, sikap, dan tindakannya sama sekali tidak menunjukkan keislamannya. Kalau demikian adanya, bagaimana Islam dapat menjadi rahmah? Jika para pemeluknya tidak memahami, menghayati dan mengamalkan Islam? Persis seperti apa yan telah disinggung oleh rasulullah Saw: yang Artinya: Rasulululullah Saw bersabda “suatu saat nanti kalian akan dikeroyoki oleh berbagai suku bangsa seperti mereka mengeroyoki makanan”. Salah seorang bertanya: “Apakah kami saat itu minoritas ya Rasululullah?” “Tidak”, jawab Rasulullah, “bahkan kalian saat itu mayoritas, tetapi hanya bagai busa. Allah hilangkan rasa takut di hati musuh-musuh kalian dan Allah tumbuhkan di dalam hati kalian kehinaan! Lantas ada yang bertanya: “Kehinaan bagaimana ya Rasululullah?” Nabi pun menjawab: “cinta dunia dan takut mati”.
Lihatlah kondisi masyarakat kita saat ini yang berada dalam keadaan lemah, hina, rendah diri, terbelakang, dan ditimpa berbagai krisis maupun perpecahan. Lengkap sudah segala penderitaan yang ada, berbagai simbol negatif pun tersematkan di dada-dada bangsa kita, bangsa yang tidak beradab dan tidak bermoral! Padahal dahulu Indonesia di kenal sebagai bangsa yang sangat santun dan welas asih! Mengapa ini bisa terjadi? Nyawa manusia lebih rendah harganya dari sekarung beras. Hanya karena gara-gara dituduh mencuri uang sepuluh ribu rupiah, seseorang dapat menemui kematiannya. Atau hanya karena sepedanya dipinjam tanpa ijin, seseorang berani membunuh kawan sekerjanya sendiri. Di mana-mana kerusakan merajalela, kebodohan, dekadensi moral dan hal-hal negatif lainnya. Indonesia telah mengalami krisis diberbagai aspek kehidupan, krisis multi dimensial!
Kondisi semacam ini tidak mungkin terus menerus dibiarkan. Siapapun yang merasa sebagai muslim yang memiliki ghirah (semangat) keislaman, tidak akan merelakan hal ini. Agama kita bukan agama fardiyah (individual), tetapi agama pemersatu (ummatan wahidah), bahkan satu jasad. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka yang lain akan merasakannya. Islam bukan hanya agama ibadah. Tetapi merupakan the way of life (jalan hidup) yang paripurna, mengatur segala urusan dunia-akhirat. Agama kita mengajak kepada wihdah (persatuan), al-quwwah (kekuatan), al ‘izzah (harga diri), al-‘adl (keadilan), dan juga kepada jihad (perjuangan).
Maka, misi risalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) ini bertujuan untuk memberikan hidayah (petunjuk) manusia pada agama yang haq, yang diridhoi Allah. Fungsi Islam yang menyejukkan bagi seluruh umat manusia ini, tidak mungkin terwujud, kecuali jika benar-benar diamalkan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian, atau mempunyai jati diri sebagai seorang muslim. Karenanya, semua itu pasti berawal dari diri, lalu keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Sebagaimana kita tahu, hidup merupakan suatu perjalanan dari satu titik ke titik yang lain, beranjak dari garis masa lalu, melewati masa kini, untuk menuju masa depan. Masa lalu adalah sebuah sejarah, masa kini adalah realita dan masa yang akan datang adalah cita-cita. Sebagai seorang muslim, tentunya kita tidak akan membiarkan hidup ini sia-sia. Hidup di dunia ini menjadi terlalu singkat jika hanya dipenuhi dengan keluhan-keluhan, kegelisahan, rasa pesimis dan angan-angan. Jiwa-jiwa seperti itu,tidak mencerminkan jati diri seorang muslim sejati. Rasulullah Saw bersabda:
“Seorang muslim tidak akan pernah ditimpa kecuali kebaikan, apabila ditimpa kejelekan ia bersabar, dan jika dilimpahkan kenikmatan ia bersyukur.”
Seorang Muslim tidak akan pernah mengeluh menghadapi kehidupan, karena ia telah memiliki kepribadian yang utuh dalam menghadapi segala macam ujian hidup.
Untuk menjadi pribadi muslim sejati, sesuai dengan apa yang digariskan oleh Islam, sudah semestinya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits, juga telah dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi maupun salafus shâleh, yaitu pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt dan rasul-Nya. Nilai-nilai tersebut, jika disederhanakan, setidaknya ada sepuluh sifat yang mesti melekat di dalam diri seorang muslim:

1.       Salâmatul ‘aqîdah (Keyakinan yang benar)
Hidup di dunia ini bagai orang yang tengah mengadakan suatu perjalanan. Coba anda bayangkan, seandainya dalam suatu perjalanan anda tidak mengetahui arah mana yang akan anda tuju. Di terminal bus, di dermaga, atau di bandara, anda terduduk sambil bertanya hendak kemanakah diri ini harus pergi? Apa yang akan terjadi? Sudah bisa dipastikan anda akan mudah tersesat. Mengapa? Karena anda tidak mempunyai keyakinan pasti untuk sampai kepada suatu tujuan. Demikian halnya dengan perjalanan seorang muslim di dunia ini, dia harus mempunyai keyakinan yang lurus, sebagai sarat untuk dapat sampai kepada tujuannya.

Ada enam hal yang membuat seorang muslim yakin terhadap tujuan perjalanannya. Iman (yakin) kepada keberadaan Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir, dan Qadla-Qadar. Sebagaimana Sabda nabi Saw: yang artinya:
“Nabi Saw bertanya kepada Jibril As:”Beritahukan aku tentang iman? Jibril menjawab: “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun buruknya”.
Keyakinan terhadap Allah membuat Muslim selalu dalam keadaan optimis akan pertolongan-Nya. Yakin terhadap Malaikat membuat Muslim menyadari bahwa makhluk Allah yang paling taat ini, akan selalu mencatat segala perbuatannya di dunia, sehingga amal perbuatan Muslim selalu dipenuhi dengan hal-hal positif. Yakin terhadap kitab, membuat muslim selalu membaca panduan hidupnya setiap saat. Yakin terhadap Rasul, membuat Muslim memantapkan langkahnya hidup di dunia, bahwa Allah tidak meninggalkannya tanpa pemandu perjalanan yang panjang ini. Yakin terhadap hari akhir, membuat muslim tahu akan tujuan akhirnya. Iman kepada qadla dan qadar membuat muslim menyadari akan tanggung jawabnya hidup di dunia, sehingga tidak terjatuh pada keyakinan jabariyah atau keyakinan qadariyah.



2.      Shihhatul ‘Ibâdah (Ibadah yang benar)
Anda sekarang sudah yakin dengan perjalanan yang sedang anda lakukan ini. Tinggal bagaimana anda harus melaluinya dengan baik, sehingga tidak tersesat. Karenanya, ibadah adalah implementasi dari sebuah keyakinan. Yang perlu kita sadari adalah, bahwa ibadah dalam Islam bukanlah merupakan taklif (pembebanan), melainkan tasyrif (pemuliaan) dari Allah Swt. Ketika seorang manusia dijuluki oleh Allah ‘ibadullah, maka ia termasuk orang-orang yang dikasihi-Nya.
Ibadah dalam Islam bukan hanya mencakup ritual keagamaan semata, semisal: shalat, zakat, puasa dan haji, tetapi semua lini kehidupan di dalam memakmurkan dunia ini yang tidak bertentangan dengan landasan Al-Quran dan Sunnah, semisal mencari nafkah secara halal, berhubungan baik dengan keluarga, menuntut ilmu dan lain sebagainya. Sebagaimana firmannya:

“Jika shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Jum’ah : 10)
Demikianlah, seorang Muslim harus memahami arti ibadah dengan benar. Ibadah yang benar lahir dari aqidah yang benar. Ibadah yang benar adalah ibadah yang membawa pengaruh bagi dirinya, orang lain dan melahirkan ketaqwaan.

3.      Matînul Khulûq (Akhlaq yang kokoh)
Memang, menjadi orang baik itu sulit, namun amat mudah bagi yang memiliki tekad dan kemauan. Awal dari segala sesuatu itu susah. Namun, jika anda sudah terbiasa, anda tidak akan pernah mengatakannya sulit. Ingatkah Anda ketika pertama kali anda belajar naik sepeda? Mungkin anda pernah berfikir, bagaimana caranya menjalankan sepeda yang hanya mempunyai dua roda. Pertama yang anda lakukan adalah duduk di sadel, menurunkan kedua kaki di tanah, dan tangan memegang kendalinya. Semuanya berjalan dengan baik. Lalu, salah satu dari anda mulai untuk menggenjot sadel di satu sisinya. Anda gugup, baru beberapa meter, anda kehilangan kendali dan ups… terjatuh.
Setelah beberapa kali mencobanya, anda sudah mulai terbiasa memegang kendali, menjaga keseimbangan dan menggenjot pedal dengan nyaman. Anda sudah lupa, kesulitan pertama kali menjalankannya, dan ternyata naik sepeda itu nikmat. Demikianlah, ketika anda berlatih mengendalikan diri, membiasakan dengan hal-hal yang baik, dan menjauhi sikap-sikap yang tidak berguna. Semakin dibiasakan, perilaku itu keluar dengan sendirinya secara otomatis. Inilah yang disebut akhlaq, yaitu perilaku yang keluar secara otomatis, dan mencerminkan ekspresi diri seseorang di segala tempat dan waktu. Jadi, akhlaq bukanlah perilaku kondisional, yang hanya diekspresikan pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi memiliki akhlak yang komit, tidak fluktuatif, dan tidak berubah dalam kondisi bagaimana pun. Allah Swt berfirman:

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung". (QS. Al-Qalam :4)

4. Tsaqôfatul Fikr (Wawasan pengetahuan yang luas)
Menjalani kehidupan di dunia ini tidak hanya sekedar mengandalkan keyakinan, ibadah dan akhlaq. Siapapun orangnya, ketika sedang melakukan perjalanan pasti membutuhkan pengetahuan tentang apa yang sedang ia tuju. Ketika anda hendak beranjak ke Kairo, misalnya, anda tentu mencari informasi tentang kondisinya, cuacanya, budayanya, makanannya, dan hal-hal lain yang perlu anda persiapkan sejak dini. Dengan informasi itulah anda mampu mengira-ngira apa yang dapat anda kerjakan sekarang, untuk persiapan nanti.
Begitu pula halnya dengan kehidupan yang sedang kita jalani ini. Anda tentu membutuhkan informasi-informasi yang diperlukan dalam melanjutkan perjalanan hidup. Wawasan itulah yang akan memandu perjalanan hidup anda. Proses yang sedang anda jalani dalam hidup ini juga tidak lepas dari pengalaman-pengalaman yang akan menjadi guru terbaik bagi anda. Allah Swt berfirman:
 “Katakanlah: “Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesunguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” . (az-zumar : 9)
Karenanya, bagi seorang muslim, mencari ilmu pengetahuan merupakan salah satu kewajiban.

5. Quwwatul Badân (Tubuh yang kuat)
Kesempurnaan itu dambaan setiap orang. Masing-masing akan mencoba mencapai kesempurnaan diri, sesuai dengan kemampuannya. Dengan kekuatan itulah setiap orang akan berusaha mencapai keseimbangannya. Seahli apapun anda mengendarai sepeda, jika ban di rodanya kempes, tentu anda tidak akan dapat berbuat banyak, hingga ban itu baik kembali.
Karenanya, persiapkanlah jasmani Anda sebaik mungkin untuk dapat melanjutkan perjalanan anda secara vit dam prima. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Nabi bersabda: yang artinya:

"Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim, Ibnu majah dan Imam Ahmad)
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Namun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi.

6. Al-Qudrah ‘ala al-Kasbi (Mampu mencari nafkah)
Sekarang, anda sudah sedikit-banyak, mengerti tentang bagaimana seharusnya menempuh perjalanan hidup ini. Sebagaimana seseorang yang sedang dalam perjalanan, anda harus mempunyai dua bekal. Pertama, bekal persiapan untuk tujuan akhir nanti setelah sampai tujuan. Yang kedua, bekal dalam perjalanan.
Nah, begitu pula di dunia ini. Hidup di dunia adalah suatu perjalanan, tujuan kita adalah akhirat. Namun, persiapan bekal untuk akhirat, tidak menutup kita untuk mempersiapkan bekal dalam perjalanan hidup di dunia ini untuk diri sendiri dan keluarga. Rasulullah pernah mengingatkan kita untuk bisa menyeimbangkan antara keduanya. “Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kau akan hidup selamanya. Dan beramal buat akhiratmu, seakan-akan kau akan menemui ajal esok pagi.”
Agama kita melarang umatnya untuk bersikap santai, bermalas-malasan dan bertopang dagu. Para sahabat mencontohkan, jika terdengar adzan maka mereka segera ke masjid, jika selesai melaksanakan kewajibannya maka mereka kembali bertebaran di muka bumi untuk kembali melanjutkan usahanya sambil berdoa,”Ya Allah, kami telah memenuhi panggilan-Mu dan telah melaksanakan apa yang telah Engkau wajibkan, sekarang kami menyebar (berusaha) sebagaima Engkau perintahkan, maka berilah kami rizki karena Engkaulah sebaik-baik Pemberi Rizki.

7. Nâfi’an li Ghairihi (Bermanfaat bagi lainnya)
Banyak orang yang menyangka, bahwa keberhasilan adalah semata-mata kesuksesan yang diperoleh seseorang secara individu. Kita akan merasa bangga telah berhasil memperoleh gelar sarjana, majister, atau bahkan doktor. Atau kita merasa bangga telah memperoleh keuntungan bermilyar-milyar, masuk dalam kantong sendiri. Benarkah itu yang disebut keberhasilan dalam pribadi seorang Muslim?
Seorang muslim yang berhasil adalah yang mampu menjadi pelita bagi sekelilingnya. Ia mampu menerangi keluarga dan masyarakatnya, dengan sikap, perilaku, ilmu, harta, dan amal nyata. Pantulan dirinya sebagai muslim benar-benar dirasakan, sehingga dapat menebar kesejukan orang-orang yang bersamanya. Sebaik-baik muslim adalah yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. Relevan dengan sabda Rasulullah Saw: yang artinya:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang selalu diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, adapun seburuk-buruk kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Ahmad)

8. Hârisan ‘ala waqtihi (Mampu mengatur waktu)
Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Banyak masalah yang timbul, karena seseorang tidak mampu mengatur waktunya dengan baik. Ia tidak bisa mencapai target dari rencana. Ia kehilangan beberapa momen penting, hanya karena waktu yang telah berlalu begitu saja di hadapannya. Untuk itu, pribadi Muslim selalu siap dengan situasi dan waktu. Ia dapat mengatur seberapa banyak waktu untuk beribadah mahdhah, dan untuk bermu’amalah. Semuanya perlu diatur sehingga seimbang.
Waktu adalah kehidupan, sehingga orang yang tidak bisa mengatur waktu akan kehilangan momen hidupnya, bahkan bisa tergilas dengan waktunya sendiri. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan: yang artinya
 “Waktu itu bagaikan sebilah pisau, jika tidak kamu gunakan untuk memotong, niscaya ia yang akan memotongmu!”
Sehingga seorang muslim tidak akan menjadi manusia yang merugi sebagaimana yang disinyalir dalam QS. Al Ashr:1-3.



9. Munâzhzhoman fi syu’ûnihi (Mampu mengatur urusannya)
Hidup kita di dunia ini penuh dengan berbagai aktifitas yang luar biasa banyaknya. Karena itu, sebagai seorang muslim harus pandai untuk memilah dan memilih, mana saja aktifitas yang sesuai dengan pandangan hidupnya sebagai seorang muslim berdasarkan skala prioritas. Karena pada prinsipnya, tugas atau kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme harus selalu diperhatikan. Nabi bersabda:

10. Mujâhidan linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Mujâhadatunnafs merupakan salah satu upaya yang mesti bagi setiap pribadi muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan kepada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya tekad dan kesungguhan. Karena hawa nafsu adalah sebesar-besarnya jihad di dalam Islam, seperti apa yang telah dikatakan oleh Sayidina Ali Karamallahu wajhah sepulangnya dari peperangan Badar Al-Kubra yang dahsyat dengan mengatakan masih ada jihad yang lebih besar lagi daripada peperangan yang baru saja berlalu. Dalam kesempatan lain Nabi Saw mengatakan: yang artinya:
"Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)". (HR. Hakim)
Demikianlah sepuluh sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim agar menjadi muslim sejati sebagaimana yang digariskan oleh Al-Quran dan Sunnah. Hal tersebut tidak akan kita miliki, kecuali dengan amal usaha yang sungguh-sungguh, melalui pendidikan dan pengarahan yang intensif secara berkesinambungan dan kontinyu, hingga akhir hayat kita. Orang yang memiliki kesepuluh sifat ini, insya Allah dapat diandalkan dalam memikul Misi Risalah Islam. Dengan kesepuluh sifat ini, Islam akan benar-benar memancarkan rahmatan lil ‘alamin..
بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم انه هو الغفوررحيم












KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


















Editor Buku Khutbah MUI Kabupaten Kerinci tahun 2011

1.     Drs. H. Martunus Rahim, M.Ag.
2.    Drs.Pahyatmir
3.    Dr. H. Masnur Alam, M.PdI
4.    Dr. Ahmad Jamin, S.Ag., S.IP., M.Ag.
5.    Suriyadi, S.Ag., M.Ag.
6.    Mhd. Rasidin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar