1
KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA
Oleh:
Dr. H. Masnur Alam, M.PdI
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهم صل و سلم على سيد نا محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ومن اتبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أَمَّا بَعْدُ؛ أيها المسلمون رحمكم الله ! اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
قال تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون.
Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia…
Keluarga dalam pandangan Islam bukanlah sekadar tempat
berkumpul yang terikat karena perkawinan dan keturunan saja, melainkan memeliki
fungsi, tanggung jawab serta tugas yang luas dan konflik. Di antaranya adalah
fungsi serta tanggung jawab edukatif, bahwa keluarga wajib memberikan
nilai-nilai pendidikan kepada anak-anaknya, karena orang tua merupakan figur
sentral dalam proses pendidikan. Islam
menempatkan keluarga pada posisi yang sangat penting sebagai pendidikan informal,the first school, dan menentukan terutama terhadap pendidikan keimanan,akhlak
mulia(moral), watak dan kepribadian.
Di dalam Al-Qur’an Surat 66:6 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
(Q.S.66:6).
Ayat di atas ini menunjukkan betapa besar tanggungjawab
orang tua terhadap keluarga, terutama anak-anaknya, agar selalu dibimbing serta
dibina belajar agama sejak usia dini, dengan demikian akan tumbuh semangat,
kesadaran serta pembiasaan beragama dalam keluarga. Keluarga yang demikian pada
puncaknya akan menjadi sakinah, mawaddah
wa rahmah. Keluarga inilah yang
disinyalir oleh Nabi dengan ucapannya “
Baiti Jannati” (Keluargaku adalah Syurgaku). Tapi jika kondisi keluarga
berantakan, pendidikan dalam keluarga terabaikan, anak akan menjadi gelandangan tanpa arah dan tujuan, dan
akhirnya menjadi musuh bagi keduanya.
Sebagaimana Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isteri dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, …Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu, hanyalah cobaan (bagimu) dan di sisi Allahlah pahala
yang besar”. (Q.S.64: 14-15).
Kondisi
yang demikian ini membuat kerukunan rumah tangga menjadi hilang, kebahagian
jauh sekali, karena orang tua gagal mememelihara amanah Allah, mendidik anak saleh yang dapat berbakti pada orang
tua, masyarakat, nusa dan bangsa serta agama, bahkan di khirat kelak akan
menjadi bahan bakarnya api neraka.
Kaum Muslimin yang berbahagia…
Jika
diamati tentang konsep pendidikan Islam dalam keluarga, maka bagi orang tua ada beberapa hal yang wajib dilakukan terhadap anak-anak mereka, pertama adalah yang berhubungan dengan pendidikan aqidah
tauhid atau aqidah Islamiyah, agar dapat membangun benteng keimanan yang kokoh.
Bagi orang tua harus membuka kehidupan anak dengan kalimat La Ilaha Illal-Lah.
Rahasianya adalah agar kalimat tauhid
dan syi’ar masuk Islam itu masuk
pertama kali ke dalam pendengaran anak dan terekam dengan baik pada gendang telinga si anak. Maka pendidikan
Islam menganjurkan untuk menyuarakan adzan
di telinga kanan anak dan iqamah di
telinga kirinya, karena ini akan sangat berpengaruh terhadap penanaman
dasar-dasar akidah , tauhid dan iman bagi anak tersebut. Dengan pondasi iman
yang kuat dan kokoh. Dengan aqidah yang lurus pasti akan membuahkan iman dan
takwa yang mantap. Iman merupakan modal utama, tanpa iman hidup manusia akan
sesat dan celaka sepanjang masa. Dengan iman
akan membuahkan amal shaleh serta mudah dan ringan dalam melaksanakan
ibadah dan segala bentuk kebajikan yang bermanfaat untuk dirinya, keluarga
serta berguna untuk Negara bangsa dan agama. Iman tersebut harus selalu
dipupuk, dengan pembiasaan melaku perbuatan yang bernilai Islami, agar tidak
mandul, keropos, merosot turun atau mungkin hancur total dan binasa, dapat
mencapai derajat kafir atau murtad.
Kaum Muslimin yang berbahagia…
Kedua pelaksanaan Ibadah. Disamping iman kita tidak bias lepas
dengan Islam. Iman dan Islam tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemahaman yang sederhana,
iman merupakan “lapangan tugas hati atau rohani” sedangkan Islam menjadi
“lapangan tugas jasmani atau anggota badan lahiriyah”. Dengan demikian iman dan
Islam harus menyatu pada diri seorang muslim. Dengan perkataan lain seorang
muslim haruslah seorang mukmin, seorang mukmin juga sebagai seorang muslim.
Bagi seorang muslim harus dapat melaksanakan rukun Islam dengan sempurna, yaitu
mengamalkan shalat, zakat, puasa dan haji, yang diawali dengan dua kalimah
shahadat. Kelima rukun Islam ini wajib diberikan dalam pendidikan keluarga.
Dari kelima rukun Islam, shalat merupakan
ibadah murni, serta tiang agama
yang wajib dibiasakan terhadap anak sejak dini, setelah besar mudah-mudahan
menjadi terbiasa.
Rasulullah SAW. Bersabda : yang artinya “Shalat adalah
tiang agama, maka siapa menegakkannya, berarti ia telah menegakkan agama dan
siapa saja meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agama.(H.R. Baihaqi)
Disamping itu sebagai pembeda seseorang mukmin dengan kafir
adalah shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah yang aartinya “Beda antara
seorang mukmin dengan seorang kafiran, ialah meninggalkan shalat” (H.R.
Ahmad dan Muslim).
Masalah bagaimana pentingnya shalat, maka Rasulullah SAW.
Bersabda yang artinya “Suruhlah
anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun.
Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak
mau melaksanakan shalat dan pisahkanlah tempat tidur mereka”.(H.R. Al-Hakim
dan Abu Daud).
Kaum Muslimin Yang berbahagia…
Ketiga,pendidikan Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber hokum
Islam dan merupakan way of life yang
menjamin kebahagian hidup bagi pemeluknya di dunia dan akhirat kelak.
Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya
Al-Qur’an ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
yang Mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.(Q.S.
Al-Isra’: 9)
Selaku
orang tua wajib mengajarkan Al-Qur’an pada anak-anaknya .
Rasulullah bersabda : yang artinya “Sebaik-baik kamu
adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain)”.(H.R.Buchari)
Mujahid
Islam, Muhammad Rasyid Redho pernah mengatakan:
“Kondisi umat Islam (sekarang ini) tidak mungkin dapat
diperbaiki kecuali dengan apa yang pernah di pakai memperbaiki generasi
awalnya, yakni Al-Qur’an”
Maka
dengan demikian kita harus kembali kepada Al-Qur’an dan mampu menumbuh
suburkan,minat anak untuk cinta mempelajari Al-Qur’an, sehingga generasi nanti
menjadi generasi Qur’ani.
Rasulullah mengatakan: yang artinya “Didiklah anak-anakmu
dengan tiga hal: Cinta kepada Nabimu, cinta kepada keluarganya dan cinta kepada
Al-Qur’an”. (H. R. Ath-Thabrani)
Kaum Muslimin yang berbahagia…
Keempat, pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak mulia atau budi
pekerti sangat penting diberikan dalam rumah tangga atau keluarga, agar anak
dapat berperilaku sopan, santun, hormat pada orang tua, sayang pada sesama
teman. Sesungguhnya tujuan pendidikan yang paling tinggi adalah akhlak atau
budi pekerti yang luhur, agar anak-anak terbentuk rasa kasih saying yang
mendalam, rasa hormat menghormati, rajin melaksanakan amal yang baik, dan
sebaliknya selalu menjauhi perbuatan
mungkar atau keji, dengan demikian dimata orang banyak dia menjadi
terhormat dan kedudukannya menjadi tinggi.
Rasulullah bersabda : yang artinya “Kemuliaan orang
adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan
ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya”. (H.R.Ahmad dan Al-Hakim)
Orang
tua harus menjadi teladan dan kebiasaan berperilaku baik untuk ditiru anak-anak
, lama kelamaan akan menjadi akhlak dan tabiat yang mulia pula bagi anaknya.
Dengan arti kata tanamlah budi pekerti pada masa kecil, ia akan berguna bagi
anak setelah ia besar, remaja dan dewasa. Tetapi setelah ia besar penanaman itu
tidak berguna lagi bagi mereka.
Abdur-Razzaq, Sa’i
bin Mansyur dan lainnya meriwayatkan hadits dari Ali ra. : yang artinya “Ajarkanlah
kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka dengan
budi pekerti yang baik”.
Al-Baihaqi meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas ra. Dari
Rasulullah SAW. Bahwa beliau bersabda : yang artinya “Di antara hak orang
tua terhadap anak-anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan
memberinya nama yang baik”.
Begitu
pentingnya pendidikan akhlak ini, maka Nabi Muhammad sampai mengatakan pemberian, atau warisan
yang diberikan ayah kepada anak yang paling utama adalah akhlak yang mulia,
bukan dalam bentuk materi atau harta yang melimpah ruwah.
Rasulullah bersabda : yang artinya “Tidak ada suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama
daripada pemberian budi pekerti yang baik”.(H.R.At-Tirmidzi).
Kaum Muslimin Yang berbahagia…
Dalam menghadapi dunia yang serba canggih dewasa ini dan
masa mendatang, orang tua dituntut betul-betul serius dalam member pendidikan
agama pada anak-anak mereka, terutama yang berhubungan dengan pendidikan iman,
amal ibadah,pendidikan Al-Qur’an dan pendidikan akhlak. Mudah mudahan anak-anak
akan mampu menseleksi dengan baik transpormasi budaya barat yang penuh dengan
kemaksiatan dan kemungkaran tersebut, dan dia dapat memilah dan memilih mana
yang bermanfaat, perbuatan positif yang
membawa keberuntungan bagi dirinya dan orang lain secara keseluruhan.
فاعتبروا يا اولي الابصار لعلكم ترحمون
2
EKSISTENSI DAN URGENSI TAUHID
Oleh : Dr. Ahmad Jamin, S.Ag., S.IP., M.Ag.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at yang Berbahagia
Syukur Alhamdulillah marilah senantiasa kita
panjatkan kehadirat Allah Swt., Zat Yang Maha Sempurna, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan Salam
disampaikan buat junjungan kita Nabi Muhammad Saw., yang telah menuntun kita
kepada ajaran Islam yang mulia.
Pada kesempatan yang baik ini khatib mengajak
sidang jum’at marilah kita setiap saat senantiasa menjaga dan meningkatkan
taqwa dan iman kita kepada Allah Swt. Dengan modal taqwa kehidupan ini dapat kita lalui dengan selamat dalam
lindungan Allah Swt.
Kaum Muslimin Sidang Jum’at Rohimakumullah
Islam yang
kita anut dan amalkan disebut
juga dengan agama Tauhid, karena tauhid merupakan esensi dan substansi dari ajaran islam. Tauhid secara bahasa adalah mengesakan, adapun secara
istilah adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam rububiyyah-Nya,
uluhiyyah-Nya juga asma dan shifat-Nya.
Demikian penting dan utamanya ketauhidan yang
benar. Tauhid bukanlah sekedar mengenal
dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar
mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud-Nya dan Keesaan-Nya dan
bukan pula sekedar mengenal asma’ dan sifatNya.
Kaum Muslimin yang
mulia
Eksistensi dan urgensi tauhid dalam Islam di antaranya
yaitu :
1. Tauhid
adalah tujuan utama penciptaan manusia :
Allah Ta’ala berfirman
“Tidaklah
Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariat: 56)
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala
menjelaskan tujuan penciptaan jin dan manusia, yakni beribadah hanya
kepada-Nya, dan itulah tauhid. Karenanya sebagian ulama menafsirkan kata
‘beribadah kepada-Ku’ yakni ‘bertauhid kepada-Ku’. Sungguh ibadah tidak
dinamakan ibadah kecuali berdasarkan tauhid yang benar, sebagaimana shalat tidak
sah kecuali dengan thaharah.
2. Tauhidlah
merupakan landasan bagi setiap amal.
Ketika kita senantiasa
berkeinginan untuk melakukan amal shalih, maka perkara pertama yang mesti kita
sentuh, adalah hal yang berkaitan dengan tauhid, karena sungguh amal perbuatan
bisa dianggap sebagai amal shalih ketika amal tersebut berdiri tegak di atas
aqidah yang benar.
Allah Ta’ala
berfirman:
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl: 97)
Walhasil, semua amal seseorang tidak akan pernah shalih selama amal
tersebut tidak dibangun di atas tauhid yang benar.
3. Tauhid merupakan kunci ampunan
Allah Ta'ala berfirman
dalam sebuah hadits qudsi: "Wahai manusia, seandainya kamu datang
kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu menghadap-Ku tanpa
melakukan kesyirikan sedikitpun, niscaya Aku akan menghadapmu dengan membawa
ampunan sepenuh bumi pula." (Hadits riwayat At Tirmidzi dan beliau
menghasankannya)2
Demikianlah pentingnya terbebas
dari kesyirikan sehingga menjadi kunci atas ampunan dosa setiap hamba, walaupun
dosa tersebut sepenuh bumi.
Allah Ta'ala menyatakan
'sedikitpun', yakni terbebas dari kesyirikan yang besar ataupun yang kecil. Dan
itulah qalbun salim seperti yang Allah Ta'ala firmankan:
"(Yaitu) pada hari
(ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy Syu'ara: 88-89)3
Kaum Muslimin Sidang Jum’at yang Berbahagia
Jika kalimat komitmen tauhid telah tertanam
kokoh dalam diri seorang hamba, dan
apbila nilai la ilaha illa Allah telah terealisasi
dalam kehidupan seorang hamba, maka ia akan merasakan banyak keutamaan, yaitu:
1.
Tauhid memerdekakan manusia dari segala
perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Allah.
Memerdekakan fikiran dari berbagai khurafat dan angan-angan yang keliru.
Memerdekakan diri dari ketundukan dan menghinakan diri kepada selain Allah.
Bahkan merdeka dari diperbudak oleh
nafsu, harta dan perhiasan-perhiasan dunia lainnya.
2.
Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh.
Arah hidup orang yang benar tauhidnya adalah jelas, tidak menggantungkan diri kepada
selain Allah. Memohon hanya kepada Allah
baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
3.
Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan
keamanan dan ketenangan.
Ketauhidan yang murni mengantarkan penganutnya tidak merasa takut kecuali kepada Allah.
Tidak ada kekhawatiran dan ketakutan terhadap kekurangan rezki, hilangnya jiwa dan keluarga. Seorang mukmin hanya takut
kepada Allah, karena itu ia merasa aman dari segala yang dikhawatirkan oleh
kebanyakan manusia. Hal ini karena ia menggantungkan segala sesuatu hanya
kepada Allah.
4.
Tauhid memberikan nilai rohani kepada
pemiliknya.
Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal
kepada Nya, ridha atas qadar Nya, dan sabar
atas musibah yang menimpanya, maka jiwanya menjadi kuat dalam menghadapi situasi
bagaimana pun juga, baik dalam keadaan
lapang maupun sempit.
5.
Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan
keadilan.
Keyakinan yang kuat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
melahirkan pula sebuah kesadaran persaudaraan dan keadilan, bahwa kita semua
berasal dari Tuhan yang satu, kita semua bersaudara dan tidak ada alasan yang dapat dibenarkan
untuk menganiaya sesama saudara.
Itulah buah dari ketauhidan yang murni yang
dapat membebaskan penganutnya dari berbagai belenggu kemusyrikan, kehinaan dan kesengsaraan.
Demikianlah khutbah yang singkat ini
mudah-mudahan ada manfaatnya
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
3
MERAIH KEREDHAAN ALLAH
Oleh: Dr. Mhd. Rasidin, M.Ag.
اْلحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ صَدَقَ
وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ. وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَحَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهْ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لاَ نَعْبُدُ
إِلاَّ إِياَّهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ محُمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِىَّ
بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَهُ أَماَّ بَعْدُ.
فيَاَعِبَادَاللهِ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :إِنَّ اللهَ
لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ
Sidang jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Khatib senantiasa mengajak
kita semua untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT, baik
ketakwaan secara lahiriyah maupun ketakwaan secara batiniyah. Ketakwaan secara
lahiriyah dapat dibuktikan dengan amal perbuatan manusia. Semakin luhur akhlak
kita, semakin, indah budi pekerti kita, semakin suka kita dengan perbuatan yang
baik insya Allah ketakwaan secara lahiriyah akan senantiasa terpatri dalam diri
kita. Sementara ketakwaan secara batiniyah dapat dibuktikan dengan keimanan
kepada Allah. Sesungguhny iman itu bertambah dan berkurang. Semakin meningkat
iman kepada Allah, semakin khusuk melaksanakan perintahnya, semakin ikhlas
melaksanakan titahnya insya Allah ketakwaan secara batiniyah akan terpatri pula
dalam diri kita. Oleh karenanya, khatib kembali menghimbau hadirin sekalian
untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah.
Dalam rangka meningkat
ketakwaan pada jum’at ini kahtib mengajak hadirin untuk merenungkan kajian
tentang cara praktis
MERAIH RIDHA ALLAH
Sidang jama’ah Jum’at
Rahimakumullah
Dalam buku Ihya’
ulumuddin, Imam al-Ghazali menceritakan bahwa imam Ali bin Ali Thalib bertemu
dengan Adi bin Hatim yang sedang bersedih. Ali bin Abi Thalib berkata bertanya
kepada Adi bin Hatim, ”Wahai Adi, mengapa dirimu bermuram durja?” Adi bin Hatim
menjawab, ”Bagaimana aku tidak bersedih, sedangkan kedua anakku terbunuh dan
mataku ini tercungkil?”. mendengar keluh kesah ini Ali bin Thalib menasehati
Adi bin Hatim, ”Wahai Adi barang siapa yang redho dengan takdir Allah, maka
Allah akan redho kepadanya, dan memberinya pahala. Barang siapa yang tidak
redho menerima takdir Allah, maka ia pun tidak akan menerima redho Allah, dan
amalnya menjadi sia-sia.”
Ungkapan Ali bin Abi
Thalib ini menjadi inspirasi kunci meraih ridha Allah. Sesungguhnya amal
perbuatan yang tidak mendapat ridha Allah adalah amal yang sia-sia. Meskipun
amal itu dilaksana dengan baik menurut akal pikiran pelakunya, namun amal yang
tidak mendapat ridha ilahi, maka amal tersebut kehilangan makna ibadah. Ia
bagaikan amal perbuatan duniawiyah yang tidak memiliki nuansa ukhrawiyah.
Ibadah yang tidak mendapat ridha Allah merupakan ibadah yang sia-sia. Pelaksana
ibadah tidak akan mendapatkan apapun dari ibadah yang ia lakukan.
Contohnya: ”Orang berpuasa” tidak
mendapat ridha Allah, maka ia termasuk pada orang yang hanya melaparkan diri
dengan tidak makan dan minum. ”Orang yang
shalat” tidak mendapatkan ridha Allah, maka ia termasuk pada orang yang
hanya menyibukkan diri. Begitu pula dengan ibadah-ibadah yang lain.
Oleh karena itu, ibadah
dan seluruh amal perbuatan manusia wajib mendapatkan ridha Allah SWT. Untuk
mendapatkan ridha Allah perlu melihat kunci-kunci sukses meraih ke-redha-an
Allah agar amal perbuatan bernilai ibadah di sisi Allah. Kunci-kunci meraih
ridha Allah ini diungkapkan oleh Allah melalui al-Qur’an dan Sunnah.
Sidang jama’ah Jum’at
Rahimakumullah
Dalam rangka beribadah
kepada Allah, seorang hamba harus memenuhi beberapa sifat yang dapat melahirkan
ke-redha-an Allah atas perbuatan yang mereka lalukan. Ada beberapa kunci untuk
meraih redha Allah terhadap perbuatan manusia.
Pertama,
melengkapi syarat dan rukun ibadah. Ibadah yang sah adalah ibadah yang dilengkapi
dengan syarat dan rukun. Setiap ibadah wajib sesuai dengan syarat dan rukun.
Ibadah yang dilaksanakan tidak berpedoman pada fiqhiyah akan menjadi ibadah
yang batal. Orang bisa melaksanakan ibadah sesuai dengan syarat dan rukun, ia
termasuk pada orang mampu mengendalikan diri. Karena sesungguhnya orang yang
melaksanakan syarat dan rukun ibadah dengan
baik, akan melahirkan sifat:
1. Mampu melihat diri sebagaimana adanya.
2.
Mampu
menerima diri (qanaah)
3.
Mampu
menempatkan diri dimana berada
4. Berpegang teguh dengan prinsip hidup
Orang yang mampu mengendalikan diri, harga
dirinya akan naik. Sebab harga diri seseorang :
-
bukan terletak pada kemampuan
ilmu semata,
-
bukan pada ketinggian pangkat
dan kedudukan,
-
bukan pada kekayaan yang
melimpah.
Tapi ditentukan sejauh mana perjuangan dan
pengorbanan yang telah diberikannya, sehingga masyarakat betul-betul percaya
padanya.
Kedua, mampu
menerima qadha Allah. Qadha menurut etimologi bahasa Arab berarti hukum,
memberitakan, menghendaki, dan menjadikan. Adapun qadha menurut istilah agama
Islam adalah ketetapan atau hukum yang ditetapkan; hukum yang telah menjadi
vonis. Hukum yang tidak dapat diubah lagi untuk diterapkan. Inilah yang
dikehendaki Allah swt dalam firmannya surat maryam ayat 21:
Jibril
berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah
bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai
rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan".
(Surat Maryam ayat 21)
Orang yang betul-betul
berima kepada Allah sedikitpun tidak meragui ketentuan Allah atas dirinya dan
alam seluruhnya. Dikala otak sedang hening dan hati sedang jernih, coba kita
merenungkan alam ini agak sejenak! Coba perhatikan keindahan bunga yang sedang
mekar, warnanya yang indah: merah, kuning, lembayung, jingga, dan lain-lain,
dan baunya pun antara sastu dan lainnya berbeda harumnya. Gerangan siapakan
yang menciptakan bunga warna-warni yang seindah ini? Siapakah yang mengatur
demikan rapi? Alangkh halusnya tangan yang menciptakan segala ini disini
manusia tertumpu pada sang Maha Pencipta yang Maha Agung.
Kita perhatikan pula bentuk kita sendiri:
mengapa wajah kita tidak serupa dengan wajah orang lain? Lebih tegasnya mengapa
wajah semua manusia tidak sama, bentuk, rupa, warna kulit, dan sebagainya?
Jutaan manusia tidak sama dan hadir di dunia bukan dengan kehendak mereka
sendiri, malainkan telah ditentukan oleh Tuhan.
Kita tidak pernah tahu
ketentuan apa yang telah Allah tetapkan pada kita. Lihat contoh yang terdapat
pada Musa As. Setelah lahir kedunia dibuang ibunya ke sungai. Diasuh oleh
Fir’un. Namun ia memiliki watak yang berbeda dengan Fir’un. Allah talah
menetapkan ketentuan khusus pada dirinya. Tidak dapat diubah oleh apapun.
Inilah qadha Allah sebagai sebuah misteri besar.
Oleh karena itu, orang
yang mendapat ridha Allah adalah orang yang mampu menerima ketentuan Allah atas
dirinya, baik suka maupun duka. Menerima qadha Allah ini akan melahirkan sikap
qana’ah, zuhud, dan wara’. Menerima ketentuan Allah akan melahirkan ke-redha-an
Allah bagi orang yang menerimanya.
Sidang jama’ah Jum’at
Rahimakumullah
Sesungguhnya memperoleh
ridha dari Allah atas semua amal perbuatan mempunyai dua hikmah utama
sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam surat al-Fajr ayat 27-30:
Hai jiwa
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.
(al-Fajr 27-30)
Hikmah yang pertama yang
akan didapatkan oleh orang yang diredhai Allah adalah ia akan masuk dalam
golongan hamba Allah. Golongan ini di akherat akan mendapat posisi yang mulia
disisi Allah. Golongan ini termasuk golongan sebelah kanan atau golongan yang
akan menerima kitab amal mereka dari tangan sebelah kanan sebagaimana yang
Allah firmankan dalam surat al-Waqi’ah ayat 7-12:
Dan kamu menjadi tiga
golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan
golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang
beriman paling dahulu, mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. berada dalam
jannah kenikmatan. (al-Waqi’ah ayat 7-12)
Dalam buku al-Qur’an da
terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Golongan Kanan” adalah golongan yang
menerima kitab dari sebelah kanan. Mereka golongan yang dimuliakan oleh Allah.
Golongan kanan ini mendapat naungan ketika diakherat.
Hikmah yang kedua yang akan
didapatkan oleh yang diredhai Allah adalah ia akan masuk dalam surga yang penuh
kenikmatan yang Allah janjikan.
Sidang jama’ah Jum’at
Rahimakumullah
Terkahir khatib berpesan:
-
Orang boleh cepat kaya, namun
jangan pergunakan kekayaan itu kejalan yang mungkar,
-
Orang harus menjadi pintar
tapi jangan pergunakan kepintaran itu untuk memperbodoh orang lain,
-
Orang boleh cepat naik
pangkat, tapi jangan sampai terjadi bertambah tinggi pangkatnya bertambah turun
martabatnya, bertambah nyata arogannya.
Kaum muslimin dan muslimat
mudah-mudahan dengan selalu berpegang teguh dengan ajaran Allah, kita umat
Islam tidak mudah tersesat ke lembah yang akan menyulitkan diri dimasa datang,
apalagi kita sedang berada dalam perubahan yang berjalan cepat.
Demikian khutbah ini semoga bermanfaat bagi
kita.
بَارَكَ اللهُ
ِلىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَتَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
4
MERAIH KESUKSESAN DENGAN KEIKHLASAN
Oleh : Drs. Nusyirwan, M.PdI
ِللهِ اْلحَمْدُ
رَبِّ السَّموَاتِ وَرَبِّ اْلاَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ
لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَهُوَاْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
رَّسُوْلُ اللهِ الصَّادِقُ الْوَعْدَ اْلاَمِيْنُ. صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ
الِه وَصَحْبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ.
فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ, اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ
عَظِيْمٌ.
Sidang Jum’at yang terhormat
Marilah
pada kesempatan ini direnungkan dan dihayati serta diamalkan satu hadits
Rasulullah SAW. sebagai berikut :
اَلنَّاسُ
كُلُّهُمْ هَالِكُوْنَ اِلاَّاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ هَالِكُوْنَ
اِلاَّاْلعَامِلِيْنَ وَاْلعَامِلُوْنَ هَالِكُوْنَ اِلاَّالْعَاِلمِيْنَ
وَاْلعَالِمُوْنَ هَالِكُوْنَ اِلاَّاْلمُخْلِصِيْنَ.
“Manusia seluruhnya celaka, kecuali
orang-orang yang beriman, orang-orang yang beriman pun celaka, kecuali orang
yang beramal, dan orang-orang yang beramal pun celaka, kecuali beramal dengan
ilmu, dan orang-orang yang beramal dengan ilmu pun akan celaka, kecuali beramal
dengan ilmu dengan niat yang ikhlas".
Umat
Islam mempunyai tujuan hidup, cita-citanya ingin selamat hidup di dunia dan
akhirat. Maka untuk mencapai keselamatan hidup dunia dan akhirat, milikilah 4
persyaratan pokok, yaitu :
Pertama, Miliki Iman yang
mantap.
Dimanapun setiap
manusia berada dan apapun pekerjaannya, tergantung dari iman yang ada di dalam
dadanya, kalau ia beriman maka selamatlah hidupnya, tetapi kalau tidak beriman,
akan celakalah hidupnya.
Seorang pegawai duduk
di kursi memegang pena ringan, goresan pena pegawai tadi, tergantung oleh dasar
iman yang ada di dadanya. Kalau ia menggoreskan penanya di dasari iman kepada
Allah, goresan penanya itu bermanfaat untuk dirinya, serta keluarga dan
bangsanya.
Kalau seorang buruh
menggoreskan penanya tidak didasari iman, maka goresan penanya bisa
membahayakan dirinya, mencelakakan orang lain, bangsa dan negaranya. Namun
harus diketahui iman ini kadang-kadang bertambah dan kadang-kadang berkurang.
Kalau sedang duduk
mengaji dan berzikir kepada Allah, iman akan bertambah. Oleh sebab itu kekuatan
iman yang telah ada dalam diri kita harus senantiasa perbaharui dan kita
mantapkan, karena iman itulah yang akan membekas sampai akhir detik-detik umur
manusia. Nabi saw. Bersabda :
مَنْ كَانَ
اخِرُكَلاَمِهِ قَوْلَ: لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ
“Siapa saja yang pada akhir ucapannya “laa
ilaaha illallaah” dia akan masuk syurga”.
Hadits ini maknanya,
kalau sekarang kita bisa bicara, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, bulan
depan dan tahun depan, insya Allah kita tetap masih akan dapat berbicara. Namun
satu saat, ada pembicaraan kita yang terakhir, yaitu waktu nyawa kita dicabut;
waktu “sakaratul maut”, pada saat itu sukar untuk berbicara.
Yang menjadi renungan
kita, siapakah orangnya yang memiliki kelebihan dalam hidup ini untuk sanggup
mengakhiri pembicaraannya dengan kalimat “laa ilaaha illallaah”?. Apakah
mereka yang mempunyai badan yang kuat, mempunyai harta kekayaan, mempunyai
kedudukan atau kepandaian berupa ilmu? Semuanya bukan merupakan jaminan.
Badan yang gagah dan
kuat tatkala dicabut nyawanya tidak ada daya sedikitpun. Lidah yang fasikh
berbicara tidak berdaya untuk bergerak.
Jawabannya, yang
sanggup mengucapkan kalimat suci itu, adalah mereka-mereka yang pada saat itu
ada iman di dadanya. Oleh karena itu iman harus selalu berada dalam diri kita,
karena manusia tidak tahu kapan datangnya pembicaraan yang terakhir itu, atau
kapan berakhirnya pembicaraan itu.
Untuk
memelihara kekuatan iman itu ada empat cara, yaitu :
1.
Majaalisush shaalihi
Duduk
dengan orang-orang shaleh. Apakah mendengarkan nasehat, membaca buku yang
dikarang oleh ulama atau cendekiawan ilmu pengetahuan, disaat itu bertambahlah
iman. Pada pagi hari mendengarkan nasehat-nasehat atau kuliyah subuh secara
langsung atau tidak langsung, semuanya bisa menambah keimanan.
2.
Tadabbarul qur’aan
Memperdalam
Al-Qur’aan.
Mengenal
hurufnya, membaguskan bacaannya, mengartikan ayat yang dibaca, menafsirkan
ayat-ayat, dan yang paling penting mengamalkan dari hasil bacaannya itu.
3.
Halwul bathni
Mengosongkan
perut.
Setelah
berpuasa bulan ramadhan, puasa lagi enam hari di bulan Syawal, pendek kata
tidak ada terlewat puasa sunnatnya. Mengutamakan kekosongan perut. Karena dalam
kondisi puasa yang perut kosong itulah kita dekat kepada Allah. Maka bertambah
pula keimanan.
4.
Qiyaamul
lail
وَصَلُّوْا وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Shalat malam
pada saat orang lain sedang nyenyak tidur”.
Arti dekatnya shalat tahajjud, arti jauhnya “taqarrub
ilallaah” mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, beramal shaleh.
Sebab orang yang
mengaku beriman pun celaka, kecuali kalau dia beramal shaleh. Amal shaleh
pokoknya ada dua sasarannya, sebagaimana Allah firmankan di dalam Al-Qur’aan
pada surah Ali ‘Imran, ayat 112.
ôMt/ÎàÑ ãNÍkön=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO wÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$# - ال عمران: 112
“Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”.
“Hablum minallaah”,
menghubungkan diri dengan Allah, ada dua pekerjaan utama; yaitu :
1.
Shalat lima waktu, dan
setiap hari Jum’at.
Siapa
saja yang mendirikan shalat, dimana dia berada dan kemana dia pergi akan
diberkahi hidupnya oleh Allah SWT. Dalam shalat terdiri dari beberapa gerakan;
berdiri, ruku’, sujud, duduk.
Cobalah
direnungkan ketika sujud. Sujud adalah meletakkan dahi, dahi bagian dari kepala
tempat segala-galanya bagi manusia. Yang baik banyak di kepala, yang jelek pun
ada di kepala. Sikap sombong, angkuh, takabbur, tinggi diri, senang kalau
dipuji, ada pada kepala.
Tetapi tatkala sujud kepala yang tadinya
tempat segalanya itu, diletakkan di tempat yang serendah-rendahnya. Yang
hakikatnya tempat sujud ini ialah tanah. Mengingatkan kita, satu saat jasad
yang penuh kesombongan ini akan menjadi tanah. Jikalau meletakkan kepala dengan
penuh ikhlas, bibir bergetar, mengaku di hadapan Allah SWT.:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلىَ
“Maha suci,
Tuhan yang Maha Tinggi”.
Ketika sujud kita mengaku, bahwa
Yang Maha segala-galanya hanyalah Allah. Maka dengan sujud kita mengikis habis
sifat-sifat yang tercela, yang ada pada setiap diri manusia.
Kita dihidupkan dalam sehari semalam
sejumlah dua puluh empat jam, dipakai shalat 25 menit, masih dua puluh tiga jam
35 menit, hidup selain Shalat.
Sekarang, bagaimana menghubungkan
diri kepada Allah di luar shalat? Al-Qur’aan surah Al-Jumu’ah pada ayat 10
menjelaskan:
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? - الجمعة : 10
“Apabila
telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Ingat kepada
Allah dengan berbagai cara, yang paling utama, lidah bergetar, mengucap “laa
ilaaha illallaah”. Berzikir dengan cara lain, yaitu setiap akan memulai
pekerjaan, jangan lupa dengan ucapan :
Seharian
kita bekerja, insya Allah diberkahi oleh Allah. Kita naik kendaraan,
menghidupkan kendaraan dengan bismillah, insya Allah sepanjang perjalanan
diberkahi oleh Allah SWT.
Demikian
pula halnya disaat memperoleh ni’mat, zikir jangan ketinggalan dengan
mengucapkan :
Nyerempet-nyerempet
akan berbau dosa, jangan lupa dengan zikir.
Bila melihat
pemandangan yang menakjubkan, jangan lupa zikir dengan ucapan.
Dan tatkala
mushibah menimpa kita, jangan lupa zikir kepada Allah dengan ucapan :
“Kita semuanya berasal dari Allah dan semuanya
kembali kepada Allah”.
Inilah
“hablum minallah”, tali hubungan yang kokoh dengan Allah, melalui shalat
dan zikir di luat shalat.
2. “Hablum minannas” – hubungan sesama manusia.
Dimana
saja kita berada ini harus ditegakkan dengan baik. Di rumah tangga harus baik,
bertetangga harus baik, bermasyarakat harus baik dan berbangsa atau bernegara
harus baik.
Dimana
tempat kita bekerja, tampilkan akhlak yang baik, capailah dedikasi dan prestasi
yang tinggi. Inilah pelaksanaan dari pada perintah Allah SWT. Siapa saja yang
menjaga baik hubungannya dengan Allah dan sesama manusia, pasti selamat di
dunia dan di akhirat.
Saudara-saudara yang berbahagia.
Ketiga, Miliki Ilmu yang
memadai.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Isra’ ayat 36
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4
¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB - اَلاِسْرَأ: 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Al-Isra’ : 36)
Keempat, orang yang ikhlash.
Sebab, orang mu’min
yang beamal pun akan binasa atau celaka kalau tidak disertai ikhlash. Inilah
nilai yang sangat tinggi. Apapun pekerjaan yang dilakukan, niatnya harus
ikhlash, yaitu untuk mencari keridhaan Allah; karena Allah semata-mata.
Mengabdi di mana saja,
niatnya harus ikhlash. Setiap langkah kita dari rumah menuju ke tempat
pekerjaan, langkah kaki dengan ucapan Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi
walaa haula walaa quw wata illaa billaahi”. Gerak kita, langkah kita,
pekerjaan dan usaha kita, tidak ada lain dilakukan “tawakkal”; berserah diri
kepada Allah SWT. Allah yang akan menilainya, Allah yang akan memberikan
ganjarannya. Dengan demikian tidak ada pamrih dan mengharapkan pujian, tidak
mengharapkan penghargaan. Sebab, semata-mata pengabdian kita mengharapkan ridha
Allah SWT.
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur (
cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? - التوبة: 105
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu,
Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(At-Taubah : 105)
Mudah-mudahan empat
masalah yang disebut Rasulullah saw dapat dilaksanakan di dalam kehidupan kita
sehari-hari, dengan iman yang mantap, amal shaleh, dan ilmu yang ikhlash di
dalam tingkah laku hidup. Empat syarat itulah yang akan membawa kita selamat
dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ
ِلىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَتَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
5
AKTUALISASI NILAI-NILAI KESABARAN DALAM
KEHIDUPAN
Oleh :
Mainur Harjono, S.Ag.M.Pd.I
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ
اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
.
أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.
Jama’ah
Jum’at Rahimakumullah
Selama kita masih hidup
didunia, cobaan akan senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Cobaan tersebut
dapat berupa hal yang tidak kita sukai maupun yang kita sukai. Seringkali
manusia hanya berpikir bahwa cobaan dalam kehidupan selalu berupa hal yang
tidak menyenangkan, seperti kemiskinan,penyakit, musibah yang terjadi seperti
gunung meletus, kebakaran, sunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang,
angin topan, badai putting beliung, kemarau berkepanjangan, asap dan kabut
mengepung. Disinilah sebagai seorang hamba Allah, kesabaran akan menjadi cahaya
penuntun menuju Ridho Allah.
Kesabaran juga
merupakan ciri mendasar dari orang yang beriman, sebagian ulama mengatakan
bahwa kesabaran merupakan setengah dari keimanan. Sabar berhubungan dengan
masalah hati, terdapat beberapa pandangan dalam mendefinisikan sabar, sabar
berasal dari bahasa arab dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia asal
katanya adalah “Shobaro” yang membentuk infinitive (masdar) menjadi “Shabran”
dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah, sedangkan dari segi
istilahnya sabar adalah merupakan ciri dari sifat kegundahan dan rasa emosi
kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari
perbuatan sia-sia.
Imam Ar Rogib Alfashani
dalam kita Mufradati Alfa Al-Qur’an mendefinisikan sabar sebagai mengendalikan
diri agar tetap berada dalam kendali akal dan agama.
Didalam Al-Qur’an terdapat
banyak sekali ayat yang membahas tentang kesabaran secara keseluruhan terdapat
103 kali disebut dalam Al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar
baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran
menjadi perhatian Allah SWT. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat Ali
Imran ayat 200.
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan
perkuat kesabaran diantara sesama kalian, dan bersiap-siaplah kalian serta
bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat kemenangan”.
Orang yang mampu
menahan diri dari cobaan dan ujian dan selalu sabar mencari jalan keluar bukan
artinya fasif akan tetapi tekun dan gigih untuk menghadapi segala macam cobaan
dan ujian dalam kehidupan maka baginya diberikan pahala yang banyak.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Azzumar
Ayat 10.
Artinya :
“Sesungguhnya
orang-orang yang sabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya
karena amat banyaknya.
Kesabaran sebagaimana
yang digambarkan diatas terdapat dalam beberapa hadis yang secara spesifik
menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seorang diharuskan untuk bersabar meskipun aspek-aspek tersebut
bukan merupakan pembatasan pada bidang –bidang kesabaran, melainkan hanya
sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar
dalam menghadapi berbagai permasalahan, diantara kondisi-kondisi yang
ditekankan agar kita dapat mengaktualisasikan nilai-nilai kesabaran dalam
kehidupan kita adalah :
1. Sabar
terhadap musibah
Sabar terhadap musibah merupakan aspek
kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang, karena sabar dalam
aspek ini merupakan bentuk sabar yang luar biasa.
2. Sabar
ketika menghadapi musuh (dalam berjihad)
Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda : dari
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah bersabda : janganlah kalian
berangan-angan untuk menghadapi musuh, namun jika kalian sudah menghadapinya
maka bersabarlah untuk menghadapinya.
3. Sabar
berjama’ah terhadap pemimpin yang tidak disukai dalam sebuah riwayat
digambarkan dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda. Barang siapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang tidak
disukainya maka hendaklah dia bersabar,
karena siapa yang memusahkan diri dari jama’ah (satu jengkal kemudian dia mati
dalam kondisi kematian jahiliyah (HR. Muslim)
4. Sabar
terhadap jabatan dan kedudukan. Dalam sebuah riwayat digambarkan dari Usaid bin
Hudhair bahwa seseorang dari kaum anshor berkata kepada Rasulullah SAW “Wahai
Rasulullah engkau mengangkat (memberi kedudukan) sifulan Namun tidak mengangkat
(memberi kedudukan) kepadaku. Rasulullah bersabda, sesungguhnya kalian akan
melihat setelahku” atsaratan” (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari
yang lainnya. Maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuku pada telagaku
kelak (HR. Turmudzi)
5. Sabar
dalam kehidupan social dan interaksi dengan musyawarah dalam sebuah hadis
diriwayatkan, Rasulullah bersabda “Seorang muslim apabila berinteraksi
dengan masyarakat serta bersabar
terhadap dampak negative mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang
tidak berinteraksi dengan masyarakta serta tidak bersabar atas kenagatifan
mereka (HR. Turmudzi)
6. Sabar
dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi dalam sebuah riwayat digambarkan
dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah bersabda “Barang siapa yang
bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi
atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat (HR. Tarmidzi)
Melihat banyaknya macam
bentuk musibah dan ujian dalam kehidupan kita, maka perlu adanya kiat-kiat
untuk meningkatkan kesabaran.
Ketidaksabaran merupakan salah satu penyakit
hati yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini, karena ini memiliki
dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan seperti hasil yang
telah maksimal, terjerumus Kedalam kemaksiatan enggan untuk melaksanakan ibadah
kepada Allah, oleh karena itulah diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan
kesabaran diantara kiat-kiat tersebut adalah ;
1. Mengikhlaskan
mat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuknya. Dengan
adanya niat seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah
SWT
2. Memperbanyak
Tilawah, membaca Al-Qur’an baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan
lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan
pentadaburan Makna-makna yang dikandungnya, karena Al’Qur’an merupakan obat bagi hati insan, masuk dalam kategori
ini juga zikir Kepada Allah
3. Memperbanyak
Puasa Sunnah, karena puasa merupakan hal
yang dapat menyerangi hawa nafsu, puasa juga merupakan ibdah yang memang secara
khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun
Nafsi, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara qiat dan
maksimal guna mengalahkan
keinginan-keinginan hawa nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif
seperti, malas, marah, kikir, hasad, dengki, sombong, riya, ujud, takabur, iri
hati, buruk sangka.
5. Mengingat-ingat
kembali tujuan hidup didunia, karena ini akan memacu insan untuk beramal secara
sempurna. Sedangkan ketidaksabaran, meneliti prosentase yang cukup besar untuk
menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa
sesungguhnya Allah akan melihat “Amalan” seseorang yang dilakukannya dan bukan
melihat pada hasilnya.
6. Membaca
kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in, maupun tokoh-tokoh islam lainnya.
Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam
kehidupan nyata didunia.
Demikianlah khutbah
yang singkat ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga kita mampu
untuk mengaktualisasi nilai-nilai kesabaran dalam kehidupan kita sehari-hari
karena sabar pada intinya ciri mendasar
orang mukmin yang menjadi cahaya dalam mengurangi kehidupan di dunia dan akan
menerangi kehidupan yang kekal diakhirat kelak. Bersama dengan iman, sabar
menjadi permata kehidupan seseorang
hamba yang mengharapkan keridhaan Allah SWT dan pada dasarnya setiap manusia
memiliki potensi untuk menanamkan
nilai-nilai kesabaran sebagai hambanya dalam
menjalani kehidupan yang penuh cobaan dan uiian ini.
بَارَكَ اللهُ
لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
6
HIKMAH IBADAH
SHOLAT
Oleh :
Drs. H. Amir Syarifuddin
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ
اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
.
أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.
Kaum
muslimin jama’ah Jum’at yang di Rahmati Allah.
Pertama-tama Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah
S.W.T., karena atas Rahmat dan Karunia-Nya lah pada saat ini kita telah dapat
berkumpul bersama memenuhi panggilan-Nya untuk melaksanakan sholat Jum’at
secara berjama’ah. Kemudian Sholawat dan Salam kita ucapkan buat junjungan kita
Nabi Besar Muhammad S.A.W., mudah-mudahan kita akan mendapatkan syafa’atnya di
hari Kemudian, Amin.
Jama’ah Jum’at yang saya hormati, Judul Khutbah Jum’at kita
hari ini “HIKMAH IBADAH SHOLAT”
Sebagaimana kita ketahui bahwa ibadah sholat adalah
merupakan salah satu Rukun Islam yang lima, Rasulullah SAW.,bersabda : Yang Artinya :
Dibina Islam itu atas lima dasar, yakni
Bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang wajib di sembah selain dari Allah SWT.,
dan bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan Sholat,
Mengeluarkan Zakat, Berpuasa di bulan Ramadhan dan Mengerjakan Ibadah Haji bagi
yang mampu (Hadits Riwayat Muttapakum Alaih).
Pada hadist tersebut diatas ibadah Sholat merupakan Rukun
Islam yang kedua sesudah sahadat, malah di hadits yang lain dikatakan bahwa
sholat itu merupakan Tiang Agama.
Orang yang mendirikan Sholat berarti dia telah menegakkan agama dan orang yang
meninggalkan sholat berarti dia telah meruntuhkan agama, sebagaimana Sabda Nabi
yang berbunyi : yang Artinya :
Sholat itu adalah Tiang Agama, maka
siapa yang mengerjakan Sholat berarti dia sudah menegakkan Agama dan siapa yang
meninggalkan sholat berarti dia sudah meruntuhkan agama (H.R. Al-Bukhari)
Kemudian pada Hadits yang lain lagi ditegaskan pula bahwa
ibadah Sholat itu sebagai penentu diterima atau tidaknya ibadah kita yang lain,
Sabdanya : yang Artinya :
Amalan yang mula-mula dihisab bagi
seseorang hamba dihari kiamat nanti adalah “Sholatnya” jika sholatnya diterima
maka diterimalah amalan-amalan yang lain, jika Sholatnya ditolak, maka
ditolaklah amalnya yang lain (H.R. Ath Thabrani dan Abas).
Jama’ah Jum’at Hamba Allah yang saya hormati,
Kini kita kembali pada judul khutbah kita hari ini yakni
tentang “Hikmah Ibadah Sholat”
Perlu
kita ketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan oleh Allah SWT., kepada kita
hamba-Nya pasti ada manfaat atau hikmahnya, demikian pula sebaliknya setiap apa
yang dilarang oleh Allah SWT., kepada kita pasti ada mudaratnya. Seperti kita
dilarang berjudi, minum-minuman keras, berzina dan sebagainya, bila kita
lakukan sangat banyak mudaratnya, baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun
terhadap masyarakat umum.
Berbicara tentang hikmah Ibadah Sholat itu amat banyak
sekali antara lain pada ayat yang kita bacakan pada pokok khutbah Q.S. Al-‘Ankabuut
ayat 45, Allah berfirman :
Artinya :
Dirikanlah olehmu akan Sholat,
sesungguhnya Sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Pada ayat tersebut secara tegas Allah SWT, menyatakan bahwa
salah satu diantara hikmah sholat adalah dapat mencegah pelakunya dari
perbuatan yang keji dan mungkar, perbuatan yang buruk, yang dimurkai oleh Allah
SWT., perbuatan yang dapat merusak diri sendiri, keluarga dan masyarakat
seperti berjudi, minum minuman keras yang
memabukkan, berzina dan lain sebagainya.
Selain dari pada itu, Sholat itu dapat pula membuat jiwa
sipelakunya menjadi tenang, sebab orang yang mengerjakan sholat itu selalu
ingat kepada Tuhannya. Allah berfirman : yang Artinya “Dirikanlah Sholat untuk ingat kepada-Ku”.
Dan orang yang selalu ingat kepada Allah jiwanya menjadi
tenang, hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’ad Ayat 28 berbunyi
:
Artinya :
Orang yang beriman itu hati mereka
menjadi tenang, karena senantiasa ingat kepada Allah, ketahuilah bahwa dengan
mengingat Allah itu hati menjadi tenteram.
Kemudian dalam suatu hadits ada diriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda yang Artinya :
Sholat adalah keridhaan Allah, Sunnah
para Nabi, Kecintaan para Malaikat, Cahaya Ma’rifat, Dasar Iman, Sarana
terkabulnya do’a dan diterimanya amal, Memberikan barokah pada harta dan
pekerjaan, Merupakan senjata untuk melawan musuh-musuh dan syetan, memberikan
syafa’at bagi yang melakukannya, sebagai Penerang di dalam kubur hingga kiamat,
Pemisah antara dia dengan Neraka, Merupakan Hujjah dalam menjawab pertanyaan
Allah SWT., Memberatkan timbangan pahala, Memudahkan lintasan pada jembatan
Shirath dan Merupakan kunci Surga.
Semoga dengan uraian tentang hikmah sholat ini dapat
mendorong kita untuk selalu menjaga kewajiban sholat dengan sebenar-benarnya
dan sholat yang benar itulah yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar.
Jama’ah
Jum’at Hamba Allah yang saya mulyakan.
Yang dimaksud dengan sholat yang sebenar-benarnya adalah
sholat yang dikerjakan dengan khusuk, sholat yang dikerjakan karena Allah
semata, bukan karena yang lain, bukan untuk dipuji dilihat orang lain, dan
sebagainya.
Sebagaimana
disinyalir oleh Allah SWT., dalam Q. S. Al-Ma’un ayat 4-6.
Artinya :
Maka celakalah orang yang sholat, yaitu
orang-orang yang lalai terhadap sholatnya dan orang-orang yang ingin dipuji
dilihat oleh orang lain (Riya)
Yang dikehendaki adalah sholat yang Khusyu’ karena Allah
SWT. Firman Allah :
Artinya :
Sungguh beruntunglah orang yang beriman
yaitu orang-orang yang khusyu’ di dalam sholatnya (Q.S. Al-Mukminun. ayat 1 – 2)
Dan semoga kita tidak termasuk orang yang tersebut dalam
hadits yang Artinya :
Barang siapa yang sholatnya tidak bisa
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka sholatnya tidak mendapat apa-apa
dari Allah kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.
Dari hadits tersebut diatas dapat kita mengambil suatu
pelajaran bahwa sholat yang benar adalah sholat yang dapat mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar, kalau ada orang yang sholatnya rajin tetapi tingkah
lakunya sehari-hari belum dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar berarti
orang tersebut belum disebut sudah mendirikan sholat, hanya baru mengerjakan
sholat, semacam sholatnya anak-anak, dan dia tidak mendapat apa-apa dari Allah
SWT.
Demikian khutbah kita yang singkat ini, mudah-mudahan ada
manfaatnya buat kita bersama, amin.
بَارَكَ اللهُ
لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
7
UKHUWAH
ISLAMIYAH
Oleh : Drs. Amri Syah
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ
اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
.
أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.
Kaum Muslimin Sidang Jumat Rahimakumullah
Dalam
menjalani sisa umur kita yang diberikan oleh Allah SWT, ini marilah kita
senantiasa berupaya meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Manusia
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia
memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain, dengan fikiran
dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia
lain, membutuhkan sebuah kelompok, dalam bentuknya yang minimal, yang mengakui
keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal, di mana dia dapat tergantung
kepadanya.
Kebutuhan untuk
berlelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga muncullah
ikatan-ikatan, bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal ikatan
keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia moderen adanya ikatan profesi,
ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan agama.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Islam
sebagai sebuah peradaban, terlebih sebagai sebuah din, juga menawarkan bahkan
memerintahkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita kenal sebagai ukhuwah
Islamiyah, yang diartikan sebagai “persaudaraan antara sesama muslim”, dimana
kata “Islamiah” menunjuk kepada pelaku, dan terkadang juga diartikan sebagai
“persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh “Islam”, dimana di
sini kata “Islamiah” difahami sebagai kata sifat.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah
bersaudara karena itu damaikalah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada
Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(Al Hujurat :10)
Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra. Yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda yang artinya :
“Orang muslim itu bersaudara bagi orang muslim
lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya di zalimi.”
Penyebutan secara
eksplisit persaudaraan antar sesama muslim di dalam Al-Qur’an dan Hadits
menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh
kaum muslimin. Dalam prakteknya, Rasulullah saw juga menganggap penting akan
hal ini. Terbukti pada saat beliau hijrah keMadinah, Rasulullah saw segera
mempersaudarakan shahabat Anshor dengan shahabat Muhajirin, seperti Ja’far bin
Abi Thalib yang dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, Abu Bakar ash Shiddiq
dengan Kharijah bin Zuhri dst.
Ukhuah juga merupakan satu pilar kekuatan di samping
pilar kekuatan lainnya, seperti kekuatan iman, senjata dll. Di tengah
masyarakat kita dewasa ini rasa kesatuan dan persaudaraan yang nyaris hilang.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah di tengah
masyarakat kita, bahkan dalam rangka menjalin hubungan dalam maknanya yang
umum, ada beberapa tahapan konseptual yang perlu diperhatikan. Secara garis
besar tahapan tersebut adalah :
1. Ta’aruf
Ta’aruf dapat diartikan
sebagai saling mengenal. Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah, kita perlu mengenal orang lain, baik fisiknya,
emosi dan kejiwaannya. Dengan mengenali karakter-karakter tersebut, kita bisa
paham sifat dan karakter yang dimiliki seseorang.
Dalam Surat Al Hujurat Allah berfirman :
Artinya :”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”(Al Hujurat:13}.
Ta’aruf ini perlu kita
lakukan dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Dengan keluarga, dengan
lingkungan masyarakat dan tempat kerja, hingga berta’aruf dalam komunitas yang
lebih luas.
2. Tafahum
Pada tahap tafahum (saling
memahami), kita tidak sekedar mengenal saudara kita, tapi lebih kita berusaha
untuk memahaminya. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui tabiat seorang
rekan yang biasa bebicara dengan nada keras, tentu kita akan memahaminya dan
tidak menjadikan kita lekas tersinggung. Juga apabila kita mengetahui tabiat
rekan lain yang sensitif, tentu kita akan memahaminya dengan kehati-hatian kita
dalam bergaul dengannya.
Perlu diperhatikan bahwa
tafahum ini merupakan aktivitas dua arah. Jadi jangan sampai kita terus
memposisikan diri ingin difahami orang tanpa berusaha untuk juga memahami orang
lain.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
3. Ta’awun
Ta’awun atau tolong
menolong merupakan aktivitas yang sebenarnya secara naluriah sering (ingin)
kita lakukan. Manusia normal umumnya telah dianugerahi oleh perasan ‘iba’ dan
keinginan untuk menolong sesamanya yang menderita kasulitan, sesuai dengan
kemampuannya. Hanya saja derajat keinginan ini berbeda-beda untuk tiap
individu.
Dalam surat Al Maidah, Allah berfirman :
Artinya :”Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertkwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.”(Al Maidah :2)
Dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda yang artinya
:
“Dan Allah akan selalu siap menolong hamba selama hamba
itu selalu siap menolong saudaranya. Dan siapa yang memperhatikan kepentingan
saudaranya itu maka Allah memperhatikan kepentingannya, dan siapa yang
melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim, maka Allah akan melapangkan
satu dari beberapa kesulitannya nanti pada hari qiyamat, dan barang siapa yang
menyembunyikan rahasia seorang muslim, maka Allah menyembunyikan rahasianya nanti pada hari qiyamat.
Dalil naqli di atas
memberi perintah kepada orang beriman untuk tolong-menolong, yang dibatasi
hanya dalam masalah kebajikan dan taqwa, dan tidak tolong menolong dalam
berbuat maksiat. Bentuk tolong-menolong
ini bisa dilakukan dengan saling mendo’akan, saling nasehati, juga saling
membantu dalam bentuk amal perbuatan, bahkan kita harus mencegah bila ada teman
kita yang berbuat aniaya.
Jadi kita harus berterima
kasih jika ada yang menegur kita, bahkan mencegah kita dengan kekuatan manakala
kita sedang berbuat kesalahan.
Sidang Jum’at Rahimakumullah.
4. Takaful
Takaful (Kebersamaan) ini akan melahirkan perasaan senasib dan
sepenanggungan. Di mana rasa susah dan sedih saudara kita dapat kita rasakan,
sehingga dengan serta merta kita memberikan pertolongan. Dalam sebuah hadits
Rasululullah memberikan perumpamaan yang menarik tentang hal ini, yaitu dengan
mengibaratkan orang beriman yang bersaudara sebagai satu tubuh. Bila salah satu
anggotanya mengaduh kesakitan maka sekujur tubuhnya akan merasakan
demam/kesakitan dan tidak bisa tidur.
Memperhatikan kondisi umat
Islam dewasa ini, ada beberapa hal yang perlu kita cermati dan perhatikan
terkait dengan ukhuwah islamiyah yaitu :
Kurang idealnya hubungan antar pribadi muslim (skala
miro)
Kalau kita memperhatikan
uraian di atas akan kita temui bahwa masih jauh dari kondisi ideal ukhuwah
Islamiyah yang ada di tengah masyarakat kita,oleh karena itu kita perlu mencoba
meniti tahapan-tahapan dalam mewujudkan ukhuwah Islamiyah diantara kita umat
Islam. Untuk itu kita perlu lebih mengaktifkan organisasi-organisasi lokal keislaman
di lingkungan kita.
Walaupun demikian untuk
lebih mengefektifkan interaksi tersebut, perlu kita perhatikan nasihat Ibnul
Qayyim yang menyebutkan bahwa bertemuan para saudara itu terbagi dua. Yang
pertama pertemuan sekedar melepas rindu dan melewati waktu, di mana pertemuan
seperti ini lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Minimal, merusak hati
dan menyia-nyiakan waktu. Yang kedua pertemuan para saudara untuk saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dan inilah harta yang paling bermanfaat.(Al
Fawaid, Ibnul Qayyim)
Juga kita perlu
memperhatikan amalan-amalan ringan yang dapat meningkatkan kecintaan kita
kepada saudara kita, diantaranya dengan :
Menyebar salam setiap bertemu
Bermujamalah (berwajah ceria) ketika mendapat nikmat
Berta’ziah ketika ada yang medapat musibah
Menjenguk orang sakit
Mendo’akan orang bersin
Sidang jum’at Rahimakumullah
Tidak dapat kita pungkiri
bahwa umat Islam dewasa ini tidak dalam bersatu, baik dalam skala internasional
maupun dalam skala nasional. Memang keragaman pandangan dan sikap merupakan
sebuah keniscayaan bagi kaum muslimin. ( bahkan dalam surat Al-Hujurat ayat 10
di atas, perintah “Faashlihu baina akhowaikum” membrikan isyarat bahwa dalam
kaum mu’minin masih memungkinkan terjadinya perselisihan). Adanya ikhtilaf dan
perbedaan pendapat pun bukanlah sesuatu yang tabu, kecuali dalam masalah pokok
dan nash-nash yang qath’i dan di sepakati.
Namun demikian setiap
lembaga yang mengusung nilai-nilai Islam (atau orang-orang yang berada dalam
lembaga tersebut) seharusnya mampu untuk bekerja sama dalam hal-hal yang telah
disepakati, sambil tentunya tetap tidak meninggalkan kewajiban untuk saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Hanya dengan hal itulah potensi umat
Islam dapat tersalurkan dengan baik untuk memecahkan permasalahan umat yang
sangat beragam.
Terakhir saya hanya
mengajak kaum muslimin untuk merenungkan ayat berikut :
Artinya:”Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang
yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di
bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mepersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa, lagi Maha
Bijaksana.”(Al Anfaal:63)
Semoga Allah Swt menyatukan hati-hati kita, menjadikan
kita saling mencintai karena Dia, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Tirmizi Rasulullah saw bersabda, yang artinya : “Disekitar Arsy ada
menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakainnya dari
cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada’.
Para Nabi dan Syuhada iri kepada mereka. Ketika ditanya para sahabat,
Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena
Allah, saling bersahabat karena Allah dan saling kunjung karena Allah.”
بَارَكَ اللهُ
لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْانِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ
مِنَ اْلايَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
8
PEMBINAAN GENERASI MUDA DALAM ERA GLOBALISASI
Oleh : Yahya AS, S.Ag.
الحمد لله الذي
هدى نا لهذا وماكنا لنهتدي لولا ان هدانا الله من يهد الله فلامضل له ومن يضلل
فلاهادي له اشهد ان لااله الاالله وحده لاشريك له. واشهد ان محمدا عبده ورسوله.
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه ومن تبعهم باحسان الى يوم
الدين. امابعد. فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.
Kaum Muslimin, Jamaah Jumat yang Berbahagia !!
Pada
kesempatan ini marilah kita kembali mempersembahkan puji dan syukur kehadirat
Allah Swt. Atas izin dan Rahmat-nya, pada hari ini kita dapat menunaikan
pardu jumat dalam kondisi sehat seperti
sediakala. Selawat serta salam kita
ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Kemudia
pada saat ini marilah sejenak kita kendorkan pikiran setelah setengah hari kita
di sibukkan oleh berbagai persoalan rutinitas
yang dapat membuat hati ini resah dan gelisah dengan berbagai tuntutan
yang harus diselesaikan.
Dan
marilah dengan berzikir kita tenangkan hati ini, dengan iktikaf kita renungkan
jati diri yang sesungguhnya, dengan keindahan lantunan ayat-ayat Allah, kita
alirkan air mata ini dengan penuh kebahagiaan,
dengan sujud kita hantarkan kesadaran,
betapa rendahnya diri ini di hadapan sang pencipta.
Jamaah Jumat yang Berbahagia !!
Khutbah jumat hari ini saya angkat sebuah
judul :
PEMBINAAN
GENERASI MUDA DALAM ERA GLOBALISASI
Dalam sejarah umat manusia, sejak
dulu sampai hari
ini, pemuda menempati posisi yang amat penting
dan menentukan, karena
seluruh cita-cita dan
harapan suatu Bangsa atau
umat terpikul dibahu pemuda, begitu
strategisnya posisi pemuda,
sehingga Imam syafi’I menyatakan :
ان فى ايد الشبان
امر الامة. وفي اقدامهم حياتها
Artinya: “Sesungguhnya ditangan
pemudalah terletak semua urusan umat dan di kaki merekalah tergantung hidup
matinya umat”
Tidaklah
berlebihan pernyataan Imam Syafi’i tersebut, sebab diusia muda, biasanya
seseorang sedang mencapai kondisi yang paling prima, dari segi pisik tidak banyak keluhan, dari segi intelektual memang sedang dalam masa perkembangan
berpikir rasional dan enerjik.
Begitu
pula dalam sejarah Agama-agama besar di dunia,
baik agama Samawi
maupun Ardhi. Tidak luput dari peranserta para pemuda. Dalam hal ini Al-Quar’an telah
mengisahkan dengan sangat jelas sepak terjang para pemuda, seperti Ibrahim dan
Ismail, Musa dan Daud.
Jadi
Pembinaan Generasi muda dalam era globalisasi
menjadi masalah yang amat menarik untuk dijadikan bahan kajian, karena dinamika generasi muda tidak sunyi
dari berbagai pergolakan dalam
menuju kedewasaan berpikir.
Sejarah
sudah membuktikan, bahwa permasalahan
generasi muda menjadi masalah sentral bagi suatu Bangsa. Karena itu pembinaan generasi muda merupakan permasalahan yang tidak dipandang
sebelah mata, maka dalam pembinaannya
harus seriuas dan terencana.
Untuk
menuju kearah itu diperlukan konsep yang konstruktif, guna menangani masalah secara
terorganisir dan terprogram,
mungkin sebagian kita sudah mengetahui
bahwa di Negara kita sejak tahun tujuh puluhan,
atas prakarsa aktivis Pemuda Remaja Masjid, telah dibentuk suatu wadah atau organisasi Pemuda
yang di sebut “ BKPRMI atau (
Badan Kontak Pemuda Remaja Masjid Indonesia )
yang berorientasi kepada Da’wah.
Dan bertujuan membina dan mengembangkan potensi Pemuda dan Remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Swt. Yang memiliki wawasan
keislaman dan kebangsaan
yang luas, utuh dan kokoh. Pemuda dan Remaja yang mau memakmurkan Masjid sebagai pusat Ibadah dan Perjuangan umat.
Untuk
itu, melalui wadah organisasi itu perlu kita kembangkan tidak saja di tingkat
Pusat, Provinsi dan Kabupaten, tetapi yang lebih penting lagi adalah di
Desa-Desa. Pengorganisasian atau wadah
pembinaan para generasi muda yang
bernuansa Islami perlu kita kembangkan
dan bagi Desa yang telah membentuk perlu kita berikan
apresiasi.
Jamaah Jumat yang Berbahagia !!
Secara
kasat mata di era glogalisasi kita telah
melihat berbagai modus operandi
perbuatan kriminalitas yang melanda masyarakat, Khususnya yang dilakukan
oleh generasi muada,
seperti penyalah gunaan obat-obat terlarang, Sadisme,
Kebebasan Seks, dan tauran
antar pelajar.
Oleh
karena itu semua pihak harus menghadang
pergeseran nilai dan degradasi
moral para generasi muda, jika
tida, pada saatnya
akan mempengaruhi nilai Idialisme, Patriotisme, Kepribadiam dan
akhlak para generasi muda.
Dengan
pertambahan jumlah penduduk yang begitu besar,
dan belum meratanya Pembangunan, serta lapangan kerja
yang masih terbatas, yang meakibatkan
semakin bertambahnya pengangguran dikalangan generasi muda, hal ini jelas merupakan
masalah global yang perlu mendapatka
solusi.
Sebagaimana
diketahui bahwa generasi muda adalah
penerus cita-cita perjuangan Bangsa
dan sumber insani Pembangunan, ibarat
mata rantai panjang,
posisi generasi muda di tengah-tengah masyarakat,
menempati mata rantai yang paling
sentral. Ia berfungsi
sebagai penerus cita-cita
perjuangan Bangsa yang telah
dirintis oleh generasi
sebelunya.
Generasi
muda sebagai sumber insani pembangunan,
karena ia berfungsi sebagai generasi
penerus, itulah yang menuntut
setiap pemuda untuk memiliki
sember daya yang berkwalitas,
memiliki akhlak muya, dan
mampu mempertahankan jati
diri sebagai insan
yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah Swt.
Generasi
muda memiliki potensi yang sangat besar,
kedudukannya sangat
strategis, maka setiap
kita menaruh harapan.
Dan menjulukinya dengan
kata -kata
“ PEMUDA HARAPAN BANGSA “
“ PEMUDA PEWARIS CITA-CITA PERJUANGAN “
“ SIAPA MENGUASAI PEMUDA AKAN MENGUSAI MASA DEPAN
“
Karena
generasi muda mempunyai kedudukan yang
amat penting dan strategis, maka ditangan generasi mudalah terletak
tumpuan harapan Bangsa,
maka sebagai generasi muda yang
sadar akan tanggung
jawabnya, tentu akan
bercita-cita dan bertekad
untuk senantiasa memperkokoh
rasa keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah Swt.
Para
generasi muda di era Reformasi dan
globalisasi, langkah dan
arah yang di tuju haruslah
jelas, agar orientasinya
tidak saja duniawi
semata tapi juga
dapat mengenal kehidupan
Ukhrawi.
Dalam
rangka Pembinaan moral dan etikan
generasi muda, yakni moral
dan etika yang tidak
hanya berdimensi horizontal,
tetapi juga berdimensi
Vertikal, yaitu
“HABLUM MINALLAH WA HABLUMMINANNAS “
JAMAAH JUMAT YANG BERBAHAGIA !!
Apabila
generasi muda telah dapat di arahkan
melalui suatu wadah
organisasi Pemuda yang bernuansa
Islami, maka misi Bangsa
kapir untuk menyuntikkan
Virus kebudayaan sekuler yang
bebas nilai, akan dapat teratasi.
Dan
program orang kapir untuk menghancurkan
moral generasi muda
lewat pendekatan Budaya,
mereka perkenalkan Pergaulan
Modren yang bebas nilai, yang tidak mengenal
Halal dan Haram
antara pria dan
Wanita.
Selain
itu Bangsa kapir sengaja hendak mematikan idialisme dan
intlektual generasi muda
melalui minuman dan Narkoba,
dan bagi yang telah kecanduan
ia tidak lagi dapat berpikir jernih, semangat hiduppun akan mati. Apa yang akan kita harapkan kepada generasi
muda yang suka teller dan mabuk-mabukan.
Untuk
menyikapi problema yang tengah di hadapi generasi muda, maka sudah
selayahnya kita selaku orang tua untuk
senantiasa waspasa dan mawas
diri terhadap berbagai program
sekulerisasi yang bertujuan hendak menghancurkan Islam dan masa depan
Bangsa dengan cara merusak moral
generasi muda.
Kekhawatiran
kita sangatlah beralasan, sebab saat ini
peredaran narkoba, Extasi, Ganja ,
Heroin dan Morpin
dll. Sudah sampai pada kondisi
yang mekhawatirkan.
Mudah-mudahan
belajar dari problema diatas, maka para
orang tua hendaklah sejak dini
memperhatikan pendidikan dan pergaulan
anak-anak, dengan mengarahkan
mereka untuk aktif di dalam suatu
wadah organisasi keagamaan, dan
organisasi kepemudaan. Sebab apa bila terlambat kita akan kehilangan satu
generasi. ( LOST GENERATION ).
بارك الله لى
ولكم فى القران الكريم وتفعني واياكم بمافيه من الايات والذكرالحكيم وتقبل الله
منا ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم.
9
KAJAHATAN ZINA DALAM KEHIDUPAN
Oleh: Drs.H.Martunus Rahim,M.Ag
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهم صل و سلم على سيد نا محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ومن اتبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أَمَّا بَعْدُ؛ أيها المسلمون رحمكم الله ! اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
قال تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون.
Jama’ah Jum’at rahimakum Allah!
Pada hari yang mulia ini hari jum’at, mudah-mudahan kedatangan kita ke dalam masjid ini meninggalkan rumah, meninggalkan kantor atau tempat kerja, tidak ada kita yang terpaksa. Kita hanya terpanggil untuk datang melaksanakan ibadah kepada Allah s.w.t. yaitu shalat jum’at di dodorong oleh iman dan keyakinan kita dalam beragama. Andai kata, ketika kita memasuki masjid ini masih membawa dosa, mudah-mudahan dengan ibadah yang kita laksanakan, dengan berzikir dan beristighfar, maka dosa-dosa kita diampuni oleh Allah s.w.t. Kita ketahui dalam makna ayat: “amal kebajikan itu akan menghapuskan kejahatan” . Sehingga waktu kita keluar dari masjid setelah jum’at nanti kita telah bersih dari segala dosa, amin!
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Kita beri judul khutbah kali ini “kajahatan
zina dalam kehidupan”
Kalau
kita biasa mendengar istilah kejahatan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
mencuri, merampok, menipu, berjudi, mengkonsumsi narkoba, korupsi, membunuh dan
lain sebagainya, maka berzina yang juga sering disebut prostitusi nyaris tidak
pernah disebut sebagai kejahatan. Ini hanya dianggap sebagai pelanggaran
susila, melanggar adat dan agama. Pada hal dalam Islam agama kita, dengan tegas
dan lantang disebutkan bahwa zina adalah suatu kejahatan dan kehidupan kotor
dan jelek. Allah berfirman:
“Dan janganlah
kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
(fahisyah) dan suatu jalan yang buruk (kejahatan).”
(QS. Al Isra’: 32).
Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh zina
merupakan bahaya yang tergolong besar, disamping juga bertentangan dengan
aturan universal yang diberlakukan untuk menjaga kejelasan nasab (keturunan),
menjaga kesucian dan kehormatan diri, zina erat kaitannya dengan menghamburkan
harta, dekat hubungannya dengan pengaruh narkoba, sangat dekat dengan berbagai
jenis kejahatan lainnya, seperti menimbulkan permusuhan serta perasaan benci
diantara manusia, disebabkan pengrusakan terhadap kesucian anak putri, istri
atau audara perempuan dan ibu mereka, ini semua jelas akan merusak tatanan
kehidupan.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Kalau boleh kita sebutkan dari berbagai
peristiwa kejahatan yang dimuat dalam media, hampir tidak pernah luput dari
tragedi kejahatan termasuk yang selalu ada hungannya dengan pergaulan bebas,
selingkuh dan zina. Ada orang menghabiskan uang dari hasil menipu untuk zina,
atau mencari harta secara tidak wajar untuk dibawa ke tempat pelacuran, ada
manusia yang pecandu narkoba untuk bersenang-senang dengan wanita, ada yang
menggadai isteri untuk membayar kekalahan judi. Pendek kata berbagai kejahatan
yang disebutkan di atas sangat erat hubungannya dengan zina. Mungkin karena
itulah Islam menetapkan bahwa zina adalah jahat dan jalan hidup yang
kotor.
Melihat hal itu semua,
pantaslah kedudukan zina itu setingkat di bawah pembunuhan. Allah menggandeng keduanya di dalam Al-Qur’an, juga
Rasulullah dalam keterangan hadits
beliau.
Al Imam Ahmad berkata, “Aku tidak mengetahui
sebuah dosa – setelah dosa membunuh jiwa – yang lebih besar dari dosa zina.”
Dan Allah
menegaskan pengharaman zina dalam firman-Nya:
“Dan orang orang yang tidak menyembah Tuhan
lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni)
akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam
azab itu, dalam keadaan terhina
kecuali orang orang yang bertaubat ” (QS. Al Furqan, 68 –7).
Dalam ayat tersebut, Allah menggandengkan zina dengan syirik dan
membunuh, dan hukumannya kekal dalam azab yang keras dan dilipat ganda, selama
pelakunya tidak bertaubat, beriman dan beramal shalih.
Kejinya zina,
sebagai “fahisyah”
maknanya adalah perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang
tinggi dan diakui kekejiannya oleh setiap orang yang berakal.
Kemudian
Allah juga memberitahukan bahwa zina
adalah seburuk-buruk jalan, karena merupakan jalan kebinasaan, kehancuran dan
kehinaan di dunia, siksaan dan azab di akhirat.
Allah juga
mensyaratkan keberuntungan seorang hamba pada kemampuannya dalam menjaga
kesuciannya, tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan menjaga
kesucian.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
kecuali terhadap istri-istri mereka, atau budak-budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari yang
dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al
Mu’minun: 1 – 7 ).
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Dalam
ayat-ayat ini ada tiga hal yang diungkapkan:
Pertama: bahwa orang
yang tidak menjaga kemaluannya, tidak termasuk orang yang beruntung.
Kedua: dia
termasuk orang yang tercela.
Ketiga: dia
termasuk orang yang melampaui batas.
Jadi, dia
tidak akan mendapat keberuntungan, serta berhak mendapat predikat “melampaui
batas”, dan jatuh pada tindakan yang membuatnya tercela. Padahal beratnya beban
dalam menahan syahwat itu, lebih ringan ketimbang menanggung sebagian akibat pendritaan
yang
disebutkan tadi.
Selain itu
pula, Allah telah menyindir manusia yang
selalu berkeluh kesah, tidak sabar dan tidak mampu mengendalikan diri saat
mendapatkan kebahagiaan, demikian pula kesusahan. Bila mendapat kebahagiaan dia
menjadi kikir, tak mau memberi, dan bila mendapat kesusahan, dia banyak
mengeluh. Begitulah tabiat manusia, kecuali orang-orang yang terpilih dari
hamba-hamba-Nya yang sukses, diantaranya adalah mereka yang disebut di dalam
firman-Nya:
“Dan orang-orang yang memelihara
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka
miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang
mencari dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al Ma’arij: 29 – 31).
Oleh
karenanya, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk
memerintahkan orang-orang mu’min agar menjaga pandangan dan kemaluan mereka,
juga diberitahukan kepada mereka bahwa Allah selalu menyaksikan dan
memperhatikan amal perbuatan mereka.
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS. Ghafir: 19).
Dan karena
pangkal awal perbuatan zina yang keji ini adalah tumbuh dari pandangan mata,
maka Allah lebih mendahulukan perintah memalingkan pandangan mata sebelum
perintah menjaga kemaluan, karena banyak musibah besar yang berasal dari
pandangan; seakan-akan kobaran api yang besar berasal dari bunga api.
Mulanya hanya pandangan, kemudian khayalan, kemudian langkah nyata, kemudian
tindak kejahatan besar (zina).
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Ada
keterangan dalam kitab agama tentang ini, bahwa barang siapa yang bisa menjaga
empat hal, maka berarti dia telah menyelamatkan agamanya: 1) Al Lahazhat
(pandangan mata), 2) Al Khatharat (pikiran yang terlintas di
hati), 3) Al Lafazhat (ucapan), 4) Al Khuthuwat
(langkah nyata untuk sebuah perbuatan).
Dan
seyogyanya, seorang hamba Allah menjadi penjaga empat pintu di atas dengan
penuh siap siaga agar tidak kecolongan, sebab dari sana musuh menyusup,
menyerang dan merasuk kedalam dirinya dan merusak segalanya. Inilah empat pintu
masuk maksiat menuju manusia.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Sekarang,
marilah kita ikuti salah satu darinya yaitu pandangan mata:
Lirikan mata
adalah
pelopor, atau "utusan" syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan
merupakan modal dalam usaha menjaga kemaluan. Maka barang siapa yang melepaskan
pandangannya tanpa kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri ke
jurang kebinasaan.
Rasulullah bersabda yang artinya:
“Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama)
itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh, tapi tidak
dengan pandangan selanjutnya.” (HR. At Turmudzi, hadits hasan gharib).
Di dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan
dari Rasulullah, beliau bersabda:
“Pandangan itu adalah anak panah beracun
milik iblis. Maka barang siapa yang memalingkan
pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah semata,
maka Allah akan memberikan di hatinya kenikmatan hingga hari kiamat.” (HR. Ahmad).
Beliau juga
bersabda: “Palingkanlah pandangan
kalian, dan jagalah kemaluan kalian.” (HR. At Thabrani dalam Al mu’jam al
kabir).
Dalam hadits
lain beliau bersabda:“Janganlah kalian duduk-duduk di (pinggir) jalan”,
mereka berkata, “ya Rasulallah, tempat-tempat duduk kami pasti di pinggir
jalan”, beliau bersabda, “Jika kalian memang harus melakukannya, maka berikan
hak jalan”, mereka bertanya, “Apa hak jalan itu? beliau menjawab, “Memalingkan
pandangan (dari hal-hal yang dilarang Allah, pent.), menyingkirkan gangguan,
dan menjawab salam.” (HR. Muslim).
Pandangan adalah pangkal petaka yang menimpa
manusia. Sebab, pandangan akan melahirkan lintasan dalam hati, kemudian lintasan akan melahirkan pikiran, dan pikiran
akan melahirkan syahwat, dan syahwat membangkitkan keinginan, kemudian
keinginan itu menjadi kuat, dan berubah menjadi tekad yang bulat. Akhirnya apa
yang tadinya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan, dan itu pasti akan
terjadi selama tidak ada yang menghalanginya.
Oleh karena
itu, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah bahwa “bersabar dalam menahan
pandangan mata (bebannya) lebih ringan dibanding harus menanggung beban
penderitaan yang ditimbulkannya.”
Seorang
pujangga berkata:
Setiap
petaka bermula dari lirikan mata
laksana
kobaran api berasal dari bunganya yang
kecil.
Betapa
banyak lirikan menembus hati tuannya
seperti anak
panah mengenai sasaran, melesat dari busur dan senarnya.
Seorang
hamba, selama dia masih mempunyai kelopak mata yang mengedip orang lain
maka dia
berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan.
(Dia
memandang hal-hal yang) menyenangkan matanya, tapi membahayakan jiwanya
maka
janganlah kau sambut kesenangan yang membawa petaka.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Pandangan yang dilepaskan begitu saja itu akan
menimbulkan perasaan gundah, tidak tenang dan hati panas terasa disulut.
Terkadang mata seorang hamba melihat sesuatu, yang dia tidak sanggup menahan
diri, membendung keinginan, namun tak kuasa mewujudkan keinginannya, tentu
jiwanya sangat tersiksa; dapat melihat namun tak kuasa menjamahnya.
Seorang
penyair berkata:
Bila -suatu
hari– engkau lepaskan pandangan matamu menuntun hatimu
niscaya apa
yang dipandangnya akan melelahkan (menyiksa) dirimu sendiri.
Engkau melihat sesuatu yang engkau tidak mampu
mewujudkannya secara keseluruhan
dan engkau
juga tak kuasa menahan diri untuk tidak melihat (walau hanya) sebagian saja.
Lebih
jelasnya, maksud bait syair di atas: engkau akan melihat sesuatu yang engkau
tidak sabar untuk tidak melihatnya walaupun sedikit, namun saat itu juga engkau
tidak mampu untuk melihatnya sama sekali walaupun hanya sedikit.
Betapa
banyak orang yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, akhirnya dia binasa
karena pandangan itu sendiri. Seperti gubahan
seorang pujangga:
يَا نَاظِرًا مَا أَقْلَعَت لَحَظَاتُـه @
حَتَّى تَشَحَّطَ بَيْنَهُنَّ قَتِيْـلاً
Wahai orang
yang suka melirik,
matamu tak akan usai jelalatan
Hingga
engkau jatuh bersimbah darah di antara lirikan matamu.
Sungguh
aneh, pandangan merupakan anak panah yang tidak pernah mengena sasaran yang
dipandang, sementara anak panah itu benar-benar mengena hati orang yang
memandang.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Oleh karena
itu dikatakan, “sesungguhnya menahan pandangan mata lebih mudah dari pada
menahan penyesalan berkepanjangan dalam kehidupan.”
Hal yang paling banyak terjadi secara berurutan dan berulang-ulang
jika telah diawli, yaitu zina. perbuatan zina itu lebih sering terjadi dibanding dengan
pembunuhan, dan pembunuhan lebih sering terjadi dibanding dengan riddah (keluar
dari agama Islam). Juga urutan diatas adalah dosa besar, kemudian dosa yang
lebih besar dan seterusnya. Lebih celaka lagi, ekonomi bangsa dan biaya untuk kehidupan ini termasuk dari
sumber harta yang haram hasil zina dan pelacuran. Bukankah telah ditegaskan
dalam hadis dikatakan haram hukumnya uang hasil zina dan penjualan anjing
itu haram. Mungkin sumber
keuangan yang kita dapatkan untuk konsumsi, untuk makan-minum sehari-hari ada di
antaranya dari hasil yang haram seperti
zina. Jika benar demikian, bercampur aduklah harta yang haram dan halal dalam
kehidupan ini, inilah yang
mengantarkan kita ke dalam bencana. Kerusakan yang ditimbulkan oleh zina
sungguh bertolak belakang dengan kemaslahatan yang didambakan dalam kehidupan.
Jama’ah jum’at rahimakum Allah!
Jadi, di belakang perbuatan keji ini
(zina) terdapat kerusakan dunia dan agama atau akherat sekaligus. Sungguh
betapa banyak pelanggaran terhadap larangan-larangan (pelecehan terhadap
kehormatan), perampasan hak
orang yang lemah dan
penganiayan yang ada di balik perbuatan zina.
Dampak lain
yang
ditimbulkan oleh zina dapat mendatangkan kefakiran, memperpendek umur dan
membuat wajah pelakunya suram, serta menimbulkan
kebencian orang dan sengketa rumah tangga.
Termasuk di antaranya dapat memporak-porandakan hati, mengganngu ketenangan
jiwa, juga mendatangkan perasaan gundah, gelisah dan takut. Tak ada
bahaya –setelah bahaya perbuatan membunuh- yang lebih besar daripada bahaya
zina. Oleh karenanya, untuk menghukum pelaku zina Allah mensyariatkan hukuman dera 100 kali
atau bunuh
(rajam) dengan cara yang mengerikan. Jika perilaku zina
merajalela di tengah masyarakat niscaya harapan terhadap kedamaian dan
kesejahteraan dalam kehidupan ini semakin jauh, malah kehidupan selalu
dibayang-bayangi oleh bencana dan hancuran, na’udzu billah mindzalik. Demikian
khutbah kita kali ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.
فاعتبروا يا اولي الابصار لعلكم ترحمون
10
MENSYUKURI NIKMAT ALLAH
Oleh : Drs. Hasari
ِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ ومن تبع الهدى الى يو م القيــا مة. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، bÎ)ur (#rãès? |MyJ÷èÏR «!$# w !$ydqÝÁøtéB 3 cÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö$¤ÿ2. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
Kaum Muslim Sidang
Jum’at Rahimakumullah
Syukur alhamdulillah,
pada hari ini kita masih diberi kesempatan berkumpul dan bertatap muka, sambil
saling mengingatkan, betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dan sementara
dianugrahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya, tidak terkecuali kita yang hadir ditempat
yang mulia ini...
Begitu kita bangun pada
dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan
kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmat yang kadang tidak banyak
direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur
sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, istirahat pulas menikmati tidur
karunia Allah yang teramat berharga, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung
tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan. Apa yang terjadi? Betapa
gelisahnya perasaan ini, badan terasa gerah, ini baru sisi kecil dari nikmat
Allah dalam kehidupan ummat manusia.
Coba kita simak firman
Allah seperti yang telah dibacakan pada awal khutbah, yakni dalam surah Ibrahim
ayat 34:
Yang artinya : “Dan dia
Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah).”
Kaum Muslim Sidang
Jum’at Rahimakumullah
Walau sesungguhnya kita
patut wajib menyadari segala sesuatu yang telah dianugrahkan Allah kepada kita
dari berbagai bentuk dan macam nikmat, nah cobalah kita buktikan Firman Allah
tersebut di atas.
Marilah kita layangkan
pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup
di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta.
Di dalam udara atau
hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogeen,
helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil
jumlahnya. Jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia
tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan
perbedaan titik didih masing-masing gas.
Dari hasil penyelidikan
para ilmuwan, bahwa pada udara tersebut ditemui unsur-unsur gas yang seimbang
sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia
adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan
memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %.
Allah telah mengatur
sedemikian rupa, dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini
persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andai kata lebih tinggi dari prosentase
tersebut, maka suhu udara gerah, panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya
kebakaran dimana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut
maka yang akan terjadi adalah kita susah bernafas, tersengal-sengal karena
pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita dan
besar kemungkinan keluhan akan berkepanjangan seperti yang telah kita alami
beberapa waktu lalu ketika kabut asap melanda kita. Maha Besar Nikmat yang
telah diberikan kepada kita
Kaum Muslim Sidang
Jum’at Rahimakumullah
Untuk lebih meyakinkan
diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui bahwa seorang manusia
sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (Dua Puluh)
kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam
rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40
liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter
udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%)
sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni
seharinya.
Kaum Muslim Sidang
Jum’at Rahimakumullah...
Saat ini, dipasarkan
satu tabung oxygen harganya 40.000 rupiah yang isinya 6000 liter yang kadar
oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000 dibagi 6000
adalah kurang lebih 6.600 rupiah per liter.
Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali 6.600 rupiah sama dengan 760.000 rupiah /hari- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,- yang berarti, seandainya Allah tidak menyediakan oksigen secara bebas untuk kita hirup. Kita harus membeli oksigen seharga 22.800.000 rupiah perbulan, atau setahun 273.600.000 rupiah. Untuk hidup selama 5 tahun saja kita harus mengeluarkan uang lebih dari 1,5 miliar, hanya untuk membeli udara / oksigen yang kita gunakan untuk bernapas.
Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali 6.600 rupiah sama dengan 760.000 rupiah /hari- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,- yang berarti, seandainya Allah tidak menyediakan oksigen secara bebas untuk kita hirup. Kita harus membeli oksigen seharga 22.800.000 rupiah perbulan, atau setahun 273.600.000 rupiah. Untuk hidup selama 5 tahun saja kita harus mengeluarkan uang lebih dari 1,5 miliar, hanya untuk membeli udara / oksigen yang kita gunakan untuk bernapas.
Oleh karena itu dalam
surat Ar-rahman, Allah Subhannahu wa Ta'ala mewanti-wanti, memperingatkan kepada hambaNya dengan mengulang-ulang 31
kali kalimat peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya:
Yang Artinya: “NikmatKu
manakah lagi, yang kamu dustakan.”
Kaum Muslim Sidang
Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita
bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan kita, betapa besar karunia Allah kepada diri kita,
keluarga, kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya.
Sebagaimana yang telah
kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan,
bernilai sekian besarnya, apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan
mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat
berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk
nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.
Sebagai hasil renungan
kita atas nikmat ini, tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang
dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah
punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata.
Mensyukuri karunia
Allah, harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam
sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam
kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena
musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, menyantuni anak-anak
yatim dan badan-badan amal lainnya.
Janganlah berdalih
tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan
fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya, karena ketiadaan makanan
hingga kelaparan berkepanjangan, ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah
kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah
berkali-kali syukur ini kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Hadirin Sidang Jum’at yang
Berbahagia.
Realisasi rasa syukur
tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan
mempertebal Iman dan Takwa kita, dan yang terpenting kita akan terhindar dari
murka dan siksaan Allah seperti FirmanNya dalam surat Al-An’am ayat 46 yang
berbunyi:
Artinya: “Katakanlah,
terangkanlah, kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan
kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali memperlihatkan
tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling juga.”
Kaum Muslim Rahimakumullah...
Satu hal lagi yang
lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta'ala,
bagi hambaNya dengan firmanNya dalam surat Ibrahim ayat 7:
Artinya: “Jika
kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika
kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.”
Kaum Muslimin
Rahimakumullah..
Marilah kita memohon
kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari
perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk
dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri
nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
11
MEMBANGUN MENTALITAS TAUHID DALAM KEHIDUPAN UMMAT
Oleh : Drs. Azhar, M. Ag
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ ا نـعـم
عـلـيـنـا بـا لإ يـمـا ن و الإ سـلام وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ
إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. ولانـبـي بـعـده. اللهـم صلى
وسـلـم عـلى سـيـدنـا مـحـمـد وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ اجـمـعـيـن اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا
اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ!
Jama’ah Jum’at yang
dimuliakan Allah !
Puji dan syukur, segenap puja
dan sanjung marilah senantiasa kita panjatkan ke hadlirat Allah Swt., Raja yang
Maha Diraja, yang keagungan dan kemuliaan-Nya tiada banding dan tiada tara.
Hanya Dialah yang berhak untuk disembah dan dipuja.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,…!
Pada era kemajuan seperti
sekarang ini, umat Islam telah kehilangan pegangan, terbuai oleh tipu daya yang
datang mendera, sehingga mereka tidak konsisten lagi dalam mempedomani ajaran
agama mereka. Memang benar kaum Muslim shalat dengan menggunakan aturan Islam,
mengerjakan puasa dengan aturan Islam, beribadah dengan aturan Islam. Tetapi,
mereka masih mempersekutukan Allan dalam ibadah mereka. Mencampur adukkan
antara yang haq dengan yang batil, tanpa mengindahkan teguran Allah :
Dan janganlah kamu mencampur adukkan antara
yang hak dengan yang bathil dan jangan pula kamu menyembunyikan yang benar,
sedangkan kamu mengetahuinya (Qs. Al-Baqarah, 42)
Sikap mengambil sebagian dari
Islam dan mencampakkan sebagian yang lain, mencampur adukkan antara yang hak
dengan yang bathil, antara yang benar dengan yang salah, antara tauhid dan
syirik, merupakan sikap yang tercela Dan
inilah yang menjadi sumber bencana bagi masyarakat kita saat ini. Untuk itu,
tinggalkan syirik dan kembalilah kepada ajaran tauhid.
Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab dan
ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat. (TQS. Al-Baqarah [2]: 85)
Kembali kepada ajaran tauhid;
semestinya harus dipahami dengan kembali kepada ajaran dan aturan Allah dalam
mengatur seluruh aspek hidup dan kehidupan umat. Dengan kata lain, kembali
kepada syariah Allah, yaitu syariah tauhid, untuk mengatur seluruh aspek
kehidupan kita. Inilah manusia yang seutuhnya, dan inilah kunci kemenangan umat
Islam. Ingatlah, bahwa kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraih
Rasulullah Saw dan para shahabatnya dalam perjuangan menegakkan agama Allah,
adalah karena mereka menerapkan prinsip tauhid yang seutuhnya dalam kehidupan
mereka. Ini pulalah yang menjadikan generasi Islam terdahulu mampu membangun
kekuatan dan persatuan umat dalam meraih kemakmuran dan kesejahteraan hidup
rakyatnya. Apabila syirik telah diamalkan dan tauhid telah dikesampingkan, maka
bencana besar pasti akan melanda. Demikian janji Allah dalam firman-Nya yang
berbunyi
Sesungguhnya syirik itu, adalah dosa dan
bencana yang sangat besar (Qs. Luqman, 13)
Dengan ajaran tauhid, seorang
muslim akan melandasi mentalnya dengan nilai-nilai Ilahiyah, yang akan
berpengaruh terhadap sikap hidup dan seluruh aktivitasnya. Apabila mental yang
dibangun di atas landasan tauhid yang kuat, maka seorang muslim tidak rela untuk
menghambakan dirinya kepada selain Allah Swt.
Firman Allah Swt. :
Katakanlah (hai Muhammad !) :”Sesungguhnya
aku hanya memberi peringatan, dan tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan
Maha Perkasa”.
(Qs., Shadl : 65).
Manusia diciptakan Allah pada prinsipnya
adalah untuk mengabdi hanya kepada Allah dengan diberi amanah sebagai khalifah
di muka bumi selama hidupnya. Tugas sebagai khalifah itu mesti diembannya tanpa
harus memisahkan satu aspek hidup manapun dari segala aktivitas hidupnya.
Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Swt. :
Tidak Aku ciptakan jin dan manusia,
melainkan untuk mengabdikan diri kepada Ku “. (Qs., al-Dzariyat : 56).
Kemudian firman Allah Swt. :
Ingatlah ! ketika Tuhan berfirman kepada
para Malaikat: ”Sesungguhnya Aku akan mengangkat seorang khalifah di muka bumi”. (Qs. al-Baqarah : 30).
Dalam mengemban misi sebagai khalifah Allah
di bumi, seorang muslim hendaknya menyadari bahwa tugas yang dipikulkan ke
pundaknya itu adalah sebagai ujian dari Allah Swt. Sehingga dapat terukur
apakah dia benar-benar mempunyai komitmen yang kuat dalam melaksanakan tugasnya
itu.
Firman Allah Swt. :
Dialah yang menjadikan kamu sebagai
khalifah di muka bumi dan mengangkat derajat sebahagian kamu, untuk menguji
kamu tentang apa yang telah Dia berikan kepadamu (Qs. al-An’am : 165).
Maka untuk itu, mental yang harus dimiliki
oleh seorang khalifah adalah mental yang kuat yang mampu mengatasi dan
menghadapi ujian tersebut. Mental yang berani menghadapi ujian itulah, yang
disebut mental tauhid.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah !
Jika mental tauhid sudah tertanam kuat di
dalam diri setiap muslim, maka dia tidak terlalu bersusah hati dan tidak
berputus asa dalam menghadapi ujian dan cobaan Allah Swt. Dan ujian itu, ia
anggap sebagai acuan dalam mengemban amanah atau tugas-tugas kekhalifahan yang
dibebankan kepadanya. Sebagaimana dijelaskan firman Allah Swt. :
Apakah manusia
mengira bahwa mereka dibiarkan saja berkata “Kami beriman kepada Allah”,
sedangkan mereka tidak diuji ?. Sesungguhnya Kami akan menguji mereka, untuk
mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan siap yang mauin-main dalam
keimanannya.
(Qs. al-Ankabut :
2-3)
Pernyataan keimanan seseorang, tidak hanya
diukur dari sekedar ucapannya, tetapi harus dibuktikan dengan pengorbanan dan
kemampuannya dalam menghadapi ujian demi ujian. Sehingga dengan demikian, dalam
dirinya terbentuk mental yang kuat yang dilandasi dengan tauhid yang mantap dan
kokoh. Jalan inilah yang telah ditempuh oleh Rasulullah Saw. dan orang-orang
beriman pada generasi terdahulu untuk menghadapi tantangan demi tantangan dalam
perjuangan menegakkan dan mempertahankan agama Allah.
Kaum Muslimin Rahimakumullah !
Maka untuk itu, beriman atau tidak
seseorang harus dibuktikan dengan kemampuannya dalam menghadapi ujian dan cobaan
Allah. Karena Islam adalah pandangan, pedoman dan system hidup yang menyeluruh. Islam bukanlah agama ritual
belaka, tetapi ia merupakan suatu sistem kehidupan yang melindungi umat
manusia, dan sekaligus merupakan bangunan akhlak yang berlandaskan tauhidullah.
فـا عـتـبـروا يـاولى الأ بـصـار لـعـلـكـم
تـفـلـحـون
12
MEMBANGUN KOMITMEN MUSLIM TERHADAP ISLAM
Oleh: Dr. Faizin, M.Ag
الْحَمْدُ للهِ،
خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ،
بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ
بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ
وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ
وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ
عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ،
وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ : فيل
أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون
Kaum Muslimin Jamaah
Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah
dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub
dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut
pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an
dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketakqawaan kita mengalami
peningkatan dan perbaikan.
Selanjutnya,
shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana
perintah Allah dalam Al-Qur’an
أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم :إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya
bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan
shalawat dan salam atas Nabi Saw. ( al-Ahzab
: 56)
Kaum muslimin
rahimakumullah
Dalam kehidupan ini, kita akan
selalu dihadapkan dengan berbagai persoalan baik yang relevan ataupun yang
bertentangan syariat Islam. Bahkan terkadang dihadapkan perbuatan yang tidak
memperdulikan nilai-nilai norma dalam agama dan masyarakat. Yang menjadi
pertanyaan bagi kita, mengapa kondisi umat Islam sedemikian rupa?, padahal
mereka telah menyakini Islam sebagai jalan hidup, al-Qur’an sebagai pandangan
hidup dan sisi-sisi ajaran Islam lainnya. Jawabnya adalah karena mereka
berislam tidak komitmen dalam ber-Islam. Bila kita menjejaki sejarah
Islam 14 abad yang lalu mencapai puncak kejayaan ditengah-tengah hegemoni umat,
karena penganut Islam (sebagai Muslim)
pada waktu itu beristiqomah (berkomitmen) dengan Islam. Islam tidak saja
diyakini sebagai agama semata-mata melainkan Islam diterjemahkan dalam
kehidupannya, baik dalam aspek keagamaan, ideology, social, ekonomi, budaya dan
politik.
Bagi umat Islam (Muslim) saat
ini mempunyai tugas yang berat untuk membawa umat Islam kearah keislaman yang
sesungguhnya sehingga paling tidak mendekati kemajuan umat Islam pada masa lalu
yaitu dengan melaksanakan komitmen dalam berislam. Hal tersebut sebagaimana telah dianjurkan
dalam surat al-‘Ashr ayat 1 sampai dengan 3:
Artinya: Demi Masa!, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula
berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Al-Ashr
1-3)
Dalam rangkaian ayat tersebut, tergambar
satu misi untuk berkomitmen (rasa terikat diri), yaitu: orang Muslim harus
meng-imani Islam, orang muslim
mengilmui Islam, orang muslim meng-amalkan Islam, orang muslim
mendakwahkan Islam, dan orang muslim sabar dalam ber-Islam.
Kembali kepadakonteks sejarah Islam 14 abad yang lalu Islam mencapai puncak
kejayaan karena umat Islam mengaktualisasikan nilai-nilai dalam berislam.
Kaum muslimin
rahimakumullah
Bagaimana lima prinsip tersebut
dalam ber-Islam sebagai berikut:
1. Muslim mengimanai Islam
Iman dalam pengertian istilah adalah wujud
daripada keyakinan dalam hati (tasydiq bi qalb), diucapakan
dengan lisan(ikrar bi lisan) dan
di amalkan dalam perbuatan. Konteks keyakinan tersebut harus diaktualisasi pada
diri setiap muslim dan wajib mengimani kesempurnaan dan kemutlakan kebenaran
Islam sebagai satu system hidup, sebagai satu kebulatan ajaran yang universal.
Kemudian mereka beristiqamah dalam keyakinannya itu, serta senantiasa berusaha
memelihara dan meningkatkan mutu keimanan-keyakinan itu.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman!
Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan RasulNya, dan kepada Kitab Al-Quran yang
telah diturunkan kepada RasulNya (Muhammad, s.a.w), dan juga kepada Kitab-kitab
suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu. dan sesiapa yang kufur ingkar
kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya
dan juga hari akhirat, maka Sesungguhnya ia telah sesat Dengan kesesatan yang
amat jauh. (Surah al-Nisa 136)
Kemudian konsep keimanan pada setiap muslim
haruslah senantiasa diperbaharui karena dalam proses keimanan ternyata keimanan
akan mengalami suatu fluktuasi sesuai dengan kadar yang dapat mempengaruhi
iman. Sehingga keimanan menjadi naik dan terkadang menjadi turun. Hal tersebut
sebagaimana Hadith nabi: Al-imanu yazidu wayanushu “Iman bertambah dan
berkurang” Fa jadidu Imanakum” oleh karena itu perbaharuilah iman kamu itu.
Jemaah Shalat Jum’at yang di muliakan Allah
2. Muslim Mengilmui Islam
Manusia diberi dua kenikmatan yaitu sehat
dan waktu luang, namun banyak di antara mereka yang tertipu. Rasulullah saw.
bersabda: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu
nikmat sehat dan waktu luang.” (H.R. al-Bukhari (no. 6412). Banyak di
antara manusia yang tidak menggunakan waktu sehat dan waktu luangnya untuk
belajar tentang Islam dan menimba ilmu syar’i. Padahal dengan menghadiri
majelis taklim yang mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah akan bertambah ilmu,
keimanan, dan ketakwaannya kepada Allah saw. Juga dapat menambah amal
kebaikannya.
Seorang muslim tidak
akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang
benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Agama Islam adalah agama ilmu dan
amal karena Nabi saw. diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih. Allah swt.
berfirman:
Artinya:“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama.
Dan cukuplah Allah sebagai saksi” [Al-Fat-h: 28].
Kata al-huda
(petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan
diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih. Rasulullah saw.
menyuruh ummatnya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah swt.,
mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan
melakukan amal shalih. Beliau saw. melarang ummatnya dari perbuatan syirik,
amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan
dunia dan akhiratnya.
Cara untuk mendapat
hidayah dan dan agama yang benar adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut
ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang
bathil, tauhid dan syirik, sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan
antara yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah
hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah
cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam
dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan
konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju
kebahagiaan yang abadi.
Kaum muslimin
rahimakumullah
3. Muslim mengamalkan Islam
Langkah ketiga dalam meneguhkan iman adalah
mengamalkan segala perintah dan menjauhi larangannya Allah dan Rasulullah. Amal
dalam merupakan wujud daripada pelaksanaan dari pada persyaksian setiap muslim
kepada Allah dan Rasulullah saw.
Setiap muslim dan muslimat wajib
memanfaatkan iman-keyakinan dan ilmu pengetahuan tentang Islam dalam
amal-perbuatannya sehari-hari, dalam berbagai segi perikehidupan sesuai dengan
kemampuannya masing-masing, dengan jalan merealisasikan dalam dirinya,
keluargannya, tetangganya, lingkungan, masyarakat luas dan negaranya dan dunia
umumnya, dalam bata-batas kemampuannya
Hadith: Idza amartukum bi syai’in fa’tu
bihi mastatha’tum, Jika kuperintahkan sesuatu maka laksanakan
sekuasa-kuatmu”
Artinya: dan Katakanlah (Wahai Muhammad):
Beramalah kamu (akan Segala Yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta
orang-orang Yang beriman akan melihat apa Yang kamu kerjakan; dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui perkara-perkara Yang ghaib dan Yang
nyata, kemudian ia menerangkan kepada kamu apa Yang kamu telah kerjakan".
(al-Taubah,105)
Kaum muslimin
rahimakumullah
4. Muslim Mendakwahkan Islam
Langkah yang keempat, Muslim
Mendakwahkan Islam. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat
setiap muslim mempunyai kewajiban untuk berdakwah. Karena tanpa dakwah nilai-nilai Islam tidak
mungkin berkembang, dan terjaga sehingga akhir zaman. Dengan dakwah Islam
ajaran Islam akan dapat diwarisi dari generasi ke genarisi berikutnya. Baik
dakwah yang dilakukan oleh setiap diri kepada jiwanya, anak, keluarga dan
masyarakat.
Kembali kepada sejarah penyebaran dan
pengembangan Islam masa lalu, Islam tentu tidak akan sampai kepada kita kalau
umat Islam berpangku tangan tanpa komitmen mendakwahkan Islam yang telah
diyakininya. Dengan komitmen tersebut Islam tersebar seantero dunia dan
Indonesia khususnya.
Setiap Muslim wajib mendakwahkan Islam,
sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya masing-masing, sesuai dengan profesi
dan dedikasinya diri,baik kepada umat Islam sendiri maupun umat manusia pada
umumnya. Dengan misi dakwah nilai-nilai ajaran Islam akan dikenal baik dari
sisi kuantitas maupun kualitas hukumnya. Dengan memahami hukum yang terkandung
dalam Islam paling tidak membawa kebaikan bagi diri sendiri dan diharapkan
mampu mengubah perilaku menyimpang umat.
Hadith Nabi: “Ballighu ‘anni wa lau
Ayatan” Sampaikan daripadaku walaupun hanya satu ayat. Fal-yubalighissyahiduminkumui
ghaiba “ Hendaknya yang hadir menyaksikan, menyampaikan yang telah
kusampaikan kepada mereka yang tidak hadir
Artinya: Wahai Rasul Allah! sampaikanlah
apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu; dan jika Engkau tidak
melakukannya (dengan menyampaikan semuanya), maka bermakna tiadalah Engkau
menyampaikan perutusanNya; dan Allah jualah akan memeliharamu dari (kejahatan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum Yang
kafir. Al-Maidah 67)
Jemaah Jum’at RahimakumuAllah
5. Muslim sabar dalam berIslam.
Dalam mengakui Islam
sebagai keyakinan beragama tampaknya mudah dan ringan. Hal ini sebagaimana
kisah seorang pemuda yang masuk Islam pada masa Rasulullah. Dengan syarat tidak
berbohong maka sang pemuda tersebut kemudian masuk Islam. Akan tetapi dalam
perjalanan dalam berIslam sebenarnya memerlukan perjuangan dan kesabaran.
Karena setiap muslim akan dihadapkan
dengan berbagai ujian dan cobaan yang silih berganti. Ujian dan cobaan bukan
hanya sesuatu yang menyedihkan akan tetapi yang menyenangkan pun dapat menjadi
ujian dan cobaan.
Artinya: Patutkah manusia
menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami
beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? dan Demi
sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang Yang terdahulu daripada mereka,
maka (dengan ujian Yang demikian), nyata apa Yang diketahui Allah tentang
orang-orang Yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa Yang diketahuiNya
tentang orang-orang Yang berdusta. (Al-Angkabut, 2-3)
Berdasarkan firman Allah tersebut, keimanan
akan diuji sejauhmana kita telah berIslam dengan berbagai ujian. Tentunya
sebuah ujian itu akan dapat dimenangkan sekiranya dihadapi dengan kesabaran.
Contoh kecil ujian kesabaran dalam taat adalah melaksanakan shalat lima waktu,
sebenarnya jika shalat sudah benar-benar ditegakkan maka hasilnya adalah
terciptanya muslim yang ideal yakni, berakhlak mulia mampu mencegah perbuatan
keji dan sebagainya. Tetapi kenyataan shalat belum mampu menciptakan muslim
yang ideal, artinya shalat yang selama ini dilaksankan sebatas kewajiban, tanpa
dilkaksanakan dengan kesabaran yang terpenting adalah shalat. Sementara itu
hakikat shalat terpinggirkan dari tujuan-tujuan lainnya.
Komitmen kesabaran dalam berislam harus
dapat diwujudkan baik dalam ibadah, berdakwah, dan social di masyarakat. Karena
dengan kesabaran maka kan tercipta situasi yang dinamis dan terhindar dari
persoalan yang tidak diingikan.
Setiap Muslim harus bersabar (tabah lahir batin) menerima
segala risiko sebagai konsekwensi orang yang mengimanai Islam, mengilmui Islam,
mengamalkan Islam, mendakwahkan Islam dari segala rintangan dan halangan baik
dari dalam dirinya maupun diluar dirinya.
بارك الله لي ولكم في
القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا
وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم
13
IKHLAS DALAM BERIBADAH DAN BERAKTIVITAS
Oleh : Ds.H.Martias, M.PdI
الْحَمْدُ للهِ،
خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ
وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي،
أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي
عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ
القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ : فيل أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد
فاز المتقون
Ikhlas: Suatu keadaan yang
dalam melakukan pekerjaan semata-mata karena Allah SWT. Jadi bukan karena ingin
memperoleh keuntungan diri (lahiriah/bathiniyah). Ibadah yang dipandang sah dan diterima oleh Allah adalah
ibadah yang dilakukan karena dan untuk Allah tanpa mengandung sesuatu tujuan
sampingan. Mereka yang ikhlash dalam ibadahnya disebut mukhlisun :
Firman Allah SWT:
Artinya, “Katakanlah: "Apakah kamu
memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal dia adalah Tuhan kami dan
Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan Hanya
kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (QS,al-Baqarah:139)
Firman Allah SWT:
Artinya, “Katakanlah: "Tuhanku menyuruh
menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu
di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu
kepada-Nya. sebagaimana dia Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian
pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".(QS,7:29)
Dua ayat tersebut di atas
menjelaskan kepada kita bahwa dalam kita melakukan sesuatu perkataan atau
perbuatan hendaklah didasarkan kepada ikhlas karena Allah SWT, bukan karena ada
motif atau dorongan dan tujuan lain, kita mengerjakan shalat, puasa, membayar
zakat dan mengerjakan haji karena Allah SWT, apalagi kalau seseorang yang
sedang memegang sesuatu amanah untuk kepentingan masyarakat atau rakyat harus
dilaksanakan dengan ikhlas, karena harus dipertanggung jawabkan kepada Allah
SWT.
Dalam ayat lain Allah SWT
berfirman :
Artinya, “Dan apabila mereka dilamun ombak
yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu
sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. dan tidak ada yang mengingkari
ayat- ayat kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.(QS,Lukman,
(31):32)
Firman Allah SWT:
Artinya, “Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).(QS,
al-Mu’min,40:14)
Nama surat ke 112 adalah surah al-Ikhlas,
terdiri atas 4 ayat, termasuk surat Makkiyah, diturunkan sesudah suratAn-Nas.
Disebut surat Al-Ikhlas karena surat tersebut sepenuhnya menegaskan kemurkaan
atas ke-Esaan Allah SWT. Isi pokok surat Al-Ikhlas menegaskan ke Esaan Allah.
Yang tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada sesuatu pun yang
menyamaiNya. Allah adalah tempat bergantungnya. Manusia merencanakan dan
mengharapkan pertolongan-Nya.
Sidang
Jum’at Rohimakumullah.
Ibadah adalah memperhambakan
diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya,
serta menjauhi larangan-Nya karena Allah semata; baik dalam bentuk kepercayaan,
perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan
perasaan cinta, tunnduk dan patuh kepada Allah SWT.
Ibadah ada dua macam; yaitu
ibadah Mahdiyah yaitu bentuk ibadah yang bersifat vertikal/ langsung
berhubungan dengan Allah SWT, seperti mengerjakan shalat, dan ibadah Ijtima’iyah
ibadah (perbuatan yang ditujukan karena Allah) yang berkaitan dengan masalah
masyarakat/ sosial, seperti zakat, mendirikan atau membangun masjid.
Firman Allah SWT:
Artinya, “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
(QS,al-Baqarah:21)
Ibadah disini termasuk di
dalamnya shalat, puasa, zakat, mengerjakan haji kr Baitullah Makkah, membantu
fakir miskin dan anak yatim, berbuat baik kepada sesama manusia serta seluruh
aktivitas yang akan mempererat hubungan kepada Allah, kepada manusia dan alam
sekitarnya.
Islam telah mensyari’atkan
beberapa bentuk ibadah ritual yang selalu kita lakukan bersama. Ada ibadah yang
sifatnya harian, mingguan, bulanan atau tahunan dan ada pula bentuk ibadah yang
wajib dilakukan sekali seumur hidup. Ibadah yang sifatnya harian misalnya salat
wajib lima waktu, sedangkan yang bersifat mingguan misalnya salat jum’at
sebagaimana yang kita lakukan bersama saat ini. Adapun yang bersifat bulanan,
misalnya puasa Ramadhan, shalat idul fitri, shalat idul adha. Dan ada pula
ibadah yang wajib sekali seumur hidup yaitu ibadah haji, dan masih banyak
bentuk ibadah lain yang sifatnya tidak terika pada waktu, seperti beramal
shaleh atau aktivitas yang dibenarkan oleh agama Islam.
Sidang Jum’at Rohimakumullah.
Allah SWT tidak menciptakan
jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Nya, sebagaimana
firman-Nya.
Artinya, “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.QS
Adz-Dzariyat,51:56).
Lantas apa sesungguh hakikat
ibadah itu. Sementara banyak orang masih beranggapan bahwa yang dinamakan
ibadah hanyalah mengerjakan shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan kegiatan
lain mereka masih ragu untuk mengatakan ibadah.
Pada hakekatnya ibadah yang
diperintahkan oleh Allah itu, meliputi makna merendahkan diri secara khusu’,
khudhu’ dan merunduk dengan penuh kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Karena
substansi dan esensi cinta itu sesungguhnya adalah pengabdian dan pengorbanan
secara tulus ikhlas. Kedalaman dan kesempurnaan cinta itu hanya patut diberikan
kepada Allah SWT semata.
Hadiran jamaah Jum’at rahimakumullah.
Setiap amal perbuatan yang
dilakukan oleh manusia untuk keperluan hidupnya, dan usaha-usaha yang
dikerjakan untuk kepentingan keluarganya dapat bernilai ibadah, demikian pula
perwujudan sarana-sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Para Pegawai,
para karyawan, buruh, pedagang, petani, pengusaha dan mahasiswa serta siswa
dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya itu sebagai ibadah selama
berpegang teguh pada syarai’at Islam, yaitu:
1. Setiap
pekerjaan dan aktivits yang dilakukan harus disertai dengan niat yang suci,
yaitu niat yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, makan dan
minum dapat bernilai ibadah bila diniatkan agar dirinya sehat dan kuat sehingga
dapat mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT. Bekerja yang halal dapat bernilai ibadah bila
dilakukan karena Allah, untuk mencari nafkah buat diri, istri, anak dan keluarganya
sehingga mampu bertahan hidup untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT.
2. Setiap
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan tidak melanggar batas-batas yang
ditentukan dalam syari’at, tidak berlakukan zalim, tidak disertai menipu, tidak
berdusta, tidak merampas hak-hak orang lain dan tidak berkhianat.
3. Setiap
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan
hendaklah dilaksanakan dengan baik, sungguh-sungguh dan profesional
dengan tetap menjaga sportivitas dan akhlakul karimah, Sabda Rasulullah SAW:
Artinya” Sesunguhnya Allah menyukai
seseorang di antara kamu yang ketika mengerjakan sesuatu pekerjaan dilakukan
dengan tekun dan teliti (HR.Baihaqi).
4. Pekerjaan
dan akitivitas yang dilakukan itu bukan termasuk yang dilarang dalam Islam,
seperti perdagangan minuman keras, prostitsi, melakukan riba, melakukan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan hal-hal lain yang dilarang menurut Islam. Bekerja dan
beraktivitas pada hal-hal yang dilarang dalam agama tersebut bukan termasuk
ibadah, walaupun diniatkan untuk mencari nafkah buat anak dan istri, untuk beramal dan bersedekah dari hasil karyanya itu.
Tetapi semuanya itu merupakan kedurhakaan dan kemaksiatan serta pekerjaan yang
berdosa besar.
5. Semua
pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan jangan sampai melalaikannya dari
mengingat Allah SWT. Sesuai firman Allah SWT:
Artinya. “Laki-laki yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan
(dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada
suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS,
An-Nuur (24): 37).
Setiap aktivitas yang dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, bermakna dan bernilai ibadah. Sehingga dengan demikian kita telah
memenuhi panggilan Allah, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan jin,
yaitu untjuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Allah adalah zat Maha
Pengasih, Pemurah dan Penyayang yang tidak kan menyuruh hamba-Nya berbuat
sesuatu, melainkan di dalamnya ada kebaikan dan kemashlahatan bagi hamba itu
sendiri.
Segala aktivitas yang
dilakukan manusia baik yang baik, maupun yang buruk tidak berimpilkasi apapun kepada Allah SWT, tetapi
semua itu, akan kembali dan diperhitungkan buat manusia itu sendiri.
Artinya,”Barangsiapa yang
mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri;
dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.( QS Fushshilat,
(41): 46)
Sidang Jum’at Rohimakumullah.
Semoga kita mampu menjalani
dan mengisi sisa kehidupan ini dengan pengabdian dan kebaktian kepada SWT,
secara tuls ikhlas karena cinta kepada-Nya. Sehingga kita selalu mendapat
rahmat, anugerah dan ridha-Nya, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
فعتبروا لعلكم تفلحون
14
UPAYA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT
Oleh : Suriyadi, M.Ag.
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ اللهم فصَلّ وسلم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ سلاما دائما الي يوم
القيامة. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Alhamdulillah, segala
puji dan syukur marilah kita persembahkan ke hadirat Allah atas limpahan rahmat
dan kasih sayang-Nya yang tiada taranya kepada kita sehingga kita masih dapat
menjalankan aktifitas kehidupan kita dengan baik dan sempurna. Shalawat
beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Sidang jum’at yang
dirahmati Allah;
Sebagai makhluk yang
diciptakan dalam keadaan sebaik-baik bentuk, kita manusia sesuai dengan fitrahnya juga menginginkan kehidupan yang
sebaik-baiknya, kehidupan yang bahagia, yang
selamat baik ketika di alam dunia, demikian juga di akherat kelak. Kebahagian yang dimaksud
tidak dapat diraih dengan sempurna melainkan dengan usaha mendekatkan diri
kepada yang memberikan kebahagiaan tersebut, Allah SWT
Di dalam Islam ada
perintah kepada kita untuk melakukan apa yang disebut dengan “upaya mendekatkan
diri kepada Allah Swt.”, yang dalam bahasa agama dikenal dengan “Taqarrub
ila Allah”. Sebenarnya Allah Swt. sendiri telah menyatakan bahwa Dia dekat
kepada manusia, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah (2): 186:
Dan Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
[wahai Muhammad] tentang Aku, maka [jawablah] bahwa Aku dekat”.
Allah begitu dekat
dengan manusia, maka apa pun yang dilakukan oleh manusia, Dia mengetahuinya.
Bahkan, Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah
berfirman dalam surat Al-Mujadalah, 58: 7
“Tidakkah
kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan
Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada [pembicaraan antara] lima orang, melainkan
Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada [pula pembicaraan antara jumlah] yang kurang
dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka, di mana pun
mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat
apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”.
Sidang jum’at yang
dirahmati Allah;
Meskipun Allah Swt. telah
menyatakan bahwa Dia dekat dengan manusia, tetapi dalam hidup ini begitu banyak
manusia yang merasa jauh dari Allah, merasa tidak diawasi oleh-Nya, sehingga
begitu berani melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan-Nya.
Selaku orang yang beriman,
kita dididik oleh Allah swt dengan sejumlah peribadatan, mulai dari wudhu,
shalat, puasa, zakat, dan haji. Semua
itu mendidik kita dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya. Di dalam
shalat misalnya, tidak ada yang berani mengurangi jumlah rakaatnya, meskipun
tidak ada orang yang mengontrolnya. Begitu juga saat puasa, tidak ada yang
berani berbuka sebelum waktunya, atau mengurangi jumlah bilangan thawaf dalam
ibadah haji. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah merupakan media yang dapat
mendidik manusia merasa diawasi oleh Allah Swt, yang pada akhirnya menumbuhkan
perasaan dekat kepada-Nya
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dalam mendekatkan diri
kepada Allah SWT paling tidak, ada tiga nilai penting atau pengaruh positif
yang dapat diraih, pertama, memiliki ketenangan dan ketenteraman jiwa.
Sebab, orang yang dekat kepada Allah pasti banyak mengingat-Nya, dan dengan
mengingat Allah hati pasti menjadi tentram, sebagaima firman-Nya dalam surat ar-Ra’du,
13: 28
Ketahuilah
bahwa dengan mengingat Allah hati orang yang beriman akan menjadi tentram
Selain itu, betapa
banyak pertolongan yang dijanjikan oleh Allah bagi orang yang mendekatkan diri
kepada-Nya. Diantaranya, kepada orang yang bertakwa, Allah telah berjanji akan
senantiasa memberikan pertolongan, baik dalam bentuk jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi, memberikan rezeki yang tak terduga, maupun
kemudahan dalam menyelesaikan segala urusannya, sebagaimana
firman-Nya
Dengan demikian
seseorang yang dekat kepada Allah tidak akan risau terhadap kesulitan yang
dihadapi dan tidak akan bingung dalam melaksanakan tugas-tugas berat yang
diembannya.
Kedua, orang yang
dekat kepada Allah tidak akan berani menyimpang dari jalan dan ketentuan yang
telah digariskan-Nya. Seseorang yang dekat kepada Allah akan memiliki kesadaran
bahwa apapun yang dilakukannya di dunia pasti dalam pengawasan Allah SWT, tidak
ada satu waktu dan ruangpun yang luput
dari pengetahuan-Nya. Allah mengetahui sekecil apa pun perbuatan kita. Malaikat
yang ditugaskan oleh Allah selalu menyertai, mengawasi dan mencatat segala amal
manusia, mulai dari niat, ucapan, hingga perbuatannya. Allah berfirman
dalam surat Qaf , 50: 17-18
Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya,
yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir”.
Jamaah Jum’at
Rahimakumullah
Yang Ketiga, bahwa orang yang
taqarrub kepada Allah memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tegaknya
nilai-nilai Islam. Untuk mewujudkan nilai-nilai Islam di dalam masyarakat Islam
dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh, dalam bahasa agama disebut jihad. Allah
swt berfirman dalam Surat An-Nisa’, 4: 95
Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk,
yang tidak mempunyai uzur, dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwa mereka”.
Dengan demikian,
menjadi sangat jelas bagi kita bahwa mendekatkan diri kepada Allah Swt.
merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan masyarakat muslim. Sebab,
tanpa usaha yang sungguh tersebut, tidak mungkin akan terjadi kehidupan yang
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, hendaklah segenap aktifitas kita, baik dalam
ibadah ritual (mahdah) maupun sosial (mu’amalah), ditujukan dalam
rangka “mendidik diri kita untuk selalu dekat kepada Allah Swt.”, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. Al-An’am, 6: 162-163
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan
matiku hanyalah untuk [pengabdian dan kedekatan diriku dengan] Allah, Tuhan
semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan, demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)”.
Dengan senantiasa
berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt, maka dengan sendirinya Allah pun
akan mendekati kita. Kalau Allah sudah dekat dengan kita, maka kehidupan
kita akan menjadi aman dan tenteram.
Semoga kita semua menjadi bagian dari mereka yang memperoleh kesempatan sebagai
hamba yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Amin ya Rabbal Alamin
فعتبروا لعلكم تفلحون
15
MENUJU KEHIDUPAN RUMAH
TANGGA SAKINAH
Oleh: Drs.Pahyatmir
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
ان الحمد لله نحمده
ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرورنا ومن سئات اعمالنا من يهد الله فلا مضلله
ومن يضلله فلاهاديله, اشهد ان لا اله الالله وحده لاشريك له واشهد ن محمدا عبده
ورسوله اللهم صلي وسلم وبارك علي سيدنا محمد وعلي اله واصحابه اجمعين, اما بعد :
فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقاته
ولا تموتن الا وانتم مسلمون , قال الله تعالي في القران الكريم:
Sidang Jum’at Yang Berbahagia.
Pertama-tama marilah kita
selalu bersyukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya terutama rahmat Iman
dan Islam serta kesehatan kesempatan yang telah di limpahkan kepada kita,
sehingga segala aktivitas kita
dapat dilakukan, kemudian
shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
Rahmatan lil ‘Alamin.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah.
Salah satu diantara tujuan untuk hidup berumah tangga bagi seorang
Muslim adalah untuk mendapatkan ketenangan dalam kehidupan keluarga yang dalam
istilah yang biasa digunakan adalah untuk mendapatkan kehidupan keluarga yang sakinah. Perkataan sakinah mengandung
makna ketenangan, ketenteraman, jadi keluarga sakinah itu pada hakekatnya adalah keluarga yang dibina atas Perkawinan yang syah,
mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi
suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya
dengan selaras , serasi serta mampu mengamalkan,
menghayati dan Memperdalam nilai-nilai keimanan , ketaqwaan dan akhlak mulia.
Telah menjadi sunnatullah
bahwa setiap orang yang memasuki gerbang pernikahan akan memimpikan keluarga sakinah,
dimana kehidupan keluarga sakinah merupakan pilar pembentukan
masyarakat yang ideal yang dapat melahirkan keturunan yang shaleh dan shalehah,
di dalam al-Qur’an surah ar-ruum ayat 31 Allah SWT berfirmn:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (ar-Ruum:21.)
Sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah,
yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang,
tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi
seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga
melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah
rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah
menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa selalu berupaya untuk meraih
kehidupan yang sakinah tersebut.
Sidang Jum’at Rahimakumullah
Telah khatib sampaikan di
atas bahwasanya setiap pribadi, khususnya mereka yang telah berumah tangga,
pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah,
sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai upaya
yang dilakukan untuk meraih hal tersebut,
semuanya itu dibangun diatas persepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan
kehidupan yang sakinah . Maka jelaslah bagi kita sebagian orang ada yang berusaha
mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka
menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah,
adalagi yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya,
karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada
kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disamping juga ada yang
berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah
bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat
tinggal yang nyaman dan megah, serta pasangan hidup yang cantik dan tampan,
sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan
tetapi, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat
kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan
rumah tangga.yakni kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi
mawaddah warohmah (cinta dan kasih
sayang) sebuah kehidupan yang dirihdoi
Allah, yang mana para pelakunya orang yang menjalani kehidupan tersebut
senantiasa berusaha dan mencari keridhoan
Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan
meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.
Dapat kita simpulkan,
bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada
realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang
bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena
memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan
yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu
wata’ala,
sebagaimana firman Allah SWT :
Dia-lah yang telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah
tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana,
Sidang Jamaah Jum’at
Yang Berbahagia
Beberapa upaya untu meraih
kehidupan kluarga yang sakinah aantara lain sebagai berikut:
1. Melaksanakan
Pembinaan kesejahteraan Keluarga
Firman Allah SWT :
Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.(Q.s. An.Nisa’9).
Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.(Q.S. al_Maidah; 88).
2. Membina
Kehidupan Beragama dalam Keluarga.
Orang
tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anak dan anggota
keluarganya:
Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S. al-Tahrim; 6).
(Yaitu) Orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Q.S. al-Ra’d ; 28).
3. Saling Pengertian, Cinta
mencintai.
Saling pengertian diartikan sebagai antara
suami dan isteri hendaknya saling menutupi kekurangan yang ada pada
masing-masing anggota keluaga, artinya dalam kehidupan keluarga dilestarikan
tegur sapa, dan menghindari perkataan dan ucapan-ucapan yang kasar yang membawa
kepada antara masing-masing anggota keluarga menimbulkan perasaan tidak senang,
yang akhirnya akan terjadi hubungan yang tidak harmonis lagi, sehingga
mengilangkan rasa cinta mencintai dalam kehidupan keluarga.
Demikianlah khutbah kita yang singkat ini semoga bermanfaat buat kita
semua.
بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني
واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم انه هو الغفوررحيم
16
MEMBENTUK MUSLIM SEJATI
Oleh: Hadi Candra, S.Ag M.Pd
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ
اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
.
أَمَّابَعْدُ؛ فياعباد الله. اوصيكم واياي بتقو الله تعالى وطاعته لعلكم تفلحون.
Ma’âsyiral muslimîn
rahimakumullâh...
Selaku khatib Jumat kali ini,
izinkanlah saya berwasiat baik bagi diri saya pribadi, maupun bagi hadirin
sekalian, untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada
Allah Swt. Lebih dari 50 kali di dalam Al-Quran Allah Swt berfirman: Ittaqullâh,
bertakwalah kamu sekalian kepada Allah! Pengulangan yang teramat sering ini
menunjukkan bahwa, takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim. Karena
hanya dengan takwa kepada Allah sajalah, kita akan dapat hidup bahagia, baik di
dunia ini maupun di akhirat.
Melalui khutbah Jum’at kali
ini, saya ingin menyampaikan sebuah materi tentang bagaimana kiat membentuk
diri ini menjadi seorang muslim sejati?
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh...
Saat ini, banyak orang mengaku
dirinya sebagai muslim. Data statistik dunia terakhir menunjukan ada 1,7 milyar
lebih di dunia ini jumlah penduduk dunia yang beragama Islam. Tapi, dari sekian
jumlah yang ada itu, sangat sedikit yang memiliki kepribadian sebagai seorang
muslim. Selebihnya, mempunyai kepribadian terpisah (split personality). Orang
semacam ini agamanya saja sebagai muslim, namun, perilaku, sikap, dan
tindakannya sama sekali tidak menunjukkan keislamannya. Kalau demikian adanya,
bagaimana Islam dapat menjadi rahmah? Jika para pemeluknya tidak memahami, menghayati
dan mengamalkan Islam? Persis seperti apa yan telah disinggung oleh rasulullah
Saw: yang Artinya: Rasulululullah Saw bersabda “suatu saat nanti kalian akan
dikeroyoki oleh berbagai suku bangsa seperti mereka mengeroyoki makanan”. Salah
seorang bertanya: “Apakah kami saat itu minoritas ya Rasululullah?” “Tidak”,
jawab Rasulullah, “bahkan kalian saat itu mayoritas, tetapi hanya bagai busa.
Allah hilangkan rasa takut di hati musuh-musuh kalian dan Allah tumbuhkan di
dalam hati kalian kehinaan! Lantas ada yang bertanya: “Kehinaan bagaimana ya
Rasululullah?” Nabi pun menjawab: “cinta dunia dan takut mati”.
Lihatlah kondisi masyarakat
kita saat ini yang berada dalam keadaan lemah, hina, rendah diri, terbelakang,
dan ditimpa berbagai krisis maupun perpecahan. Lengkap sudah segala penderitaan
yang ada, berbagai simbol negatif pun tersematkan di dada-dada bangsa kita,
bangsa yang tidak beradab dan tidak bermoral! Padahal dahulu Indonesia di kenal
sebagai bangsa yang sangat santun dan welas asih! Mengapa ini bisa terjadi?
Nyawa manusia lebih rendah harganya dari sekarung beras. Hanya karena gara-gara
dituduh mencuri uang sepuluh ribu rupiah, seseorang dapat menemui kematiannya.
Atau hanya karena sepedanya dipinjam tanpa ijin, seseorang berani membunuh
kawan sekerjanya sendiri. Di mana-mana kerusakan merajalela, kebodohan,
dekadensi moral dan hal-hal negatif lainnya. Indonesia telah mengalami krisis
diberbagai aspek kehidupan, krisis multi dimensial!
Kondisi semacam ini tidak
mungkin terus menerus dibiarkan. Siapapun yang merasa sebagai muslim yang
memiliki ghirah (semangat) keislaman, tidak akan merelakan hal ini. Agama kita
bukan agama fardiyah (individual), tetapi agama pemersatu (ummatan wahidah),
bahkan satu jasad. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka yang lain akan
merasakannya. Islam bukan hanya agama ibadah. Tetapi merupakan the way of life
(jalan hidup) yang paripurna, mengatur segala urusan dunia-akhirat. Agama kita
mengajak kepada wihdah (persatuan), al-quwwah (kekuatan), al ‘izzah (harga diri),
al-‘adl (keadilan), dan juga kepada jihad (perjuangan).
Maka, misi risalah Islam yang
rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) ini bertujuan untuk memberikan
hidayah (petunjuk) manusia pada agama yang haq, yang diridhoi Allah. Fungsi
Islam yang menyejukkan bagi seluruh umat manusia ini, tidak mungkin terwujud,
kecuali jika benar-benar diamalkan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian,
atau mempunyai jati diri sebagai seorang muslim. Karenanya, semua itu pasti
berawal dari diri, lalu keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Sebagaimana kita tahu, hidup
merupakan suatu perjalanan dari satu titik ke titik yang lain, beranjak dari
garis masa lalu, melewati masa kini, untuk menuju masa depan. Masa lalu adalah
sebuah sejarah, masa kini adalah realita dan masa yang akan datang adalah
cita-cita. Sebagai seorang muslim, tentunya kita tidak akan membiarkan hidup
ini sia-sia. Hidup di dunia ini menjadi terlalu singkat jika hanya dipenuhi
dengan keluhan-keluhan, kegelisahan, rasa pesimis dan angan-angan. Jiwa-jiwa
seperti itu,tidak mencerminkan jati diri seorang muslim sejati. Rasulullah Saw
bersabda:
“Seorang muslim tidak akan pernah ditimpa kecuali kebaikan, apabila ditimpa kejelekan ia bersabar, dan jika dilimpahkan kenikmatan ia bersyukur.”
“Seorang muslim tidak akan pernah ditimpa kecuali kebaikan, apabila ditimpa kejelekan ia bersabar, dan jika dilimpahkan kenikmatan ia bersyukur.”
Seorang Muslim tidak akan
pernah mengeluh menghadapi kehidupan, karena ia telah memiliki kepribadian yang
utuh dalam menghadapi segala macam ujian hidup.
Untuk menjadi pribadi muslim
sejati, sesuai dengan apa yang digariskan oleh Islam, sudah semestinya memiliki
sifat-sifat yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits, juga telah
dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi maupun salafus shâleh, yaitu pribadi yang
sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah
Swt dan rasul-Nya. Nilai-nilai tersebut, jika disederhanakan, setidaknya ada
sepuluh sifat yang mesti melekat di dalam diri seorang muslim:
1.
Salâmatul
‘aqîdah (Keyakinan yang benar)
Hidup di dunia ini bagai orang
yang tengah mengadakan suatu perjalanan. Coba anda bayangkan, seandainya dalam
suatu perjalanan anda tidak mengetahui arah mana yang akan anda tuju. Di
terminal bus, di dermaga, atau di bandara, anda terduduk sambil bertanya hendak
kemanakah diri ini harus pergi? Apa yang akan terjadi? Sudah bisa dipastikan
anda akan mudah tersesat. Mengapa? Karena anda tidak mempunyai keyakinan pasti
untuk sampai kepada suatu tujuan. Demikian halnya dengan perjalanan seorang
muslim di dunia ini, dia harus mempunyai keyakinan yang lurus, sebagai sarat
untuk dapat sampai kepada tujuannya.
Ada enam hal yang membuat seorang muslim yakin terhadap tujuan perjalanannya. Iman (yakin) kepada keberadaan Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir, dan Qadla-Qadar. Sebagaimana Sabda nabi Saw: yang artinya:
Ada enam hal yang membuat seorang muslim yakin terhadap tujuan perjalanannya. Iman (yakin) kepada keberadaan Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir, dan Qadla-Qadar. Sebagaimana Sabda nabi Saw: yang artinya:
“Nabi Saw bertanya kepada Jibril
As:”Beritahukan aku tentang iman? Jibril menjawab: “Kamu beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari
kiamat, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun buruknya”.
Keyakinan terhadap Allah
membuat Muslim selalu dalam keadaan optimis akan pertolongan-Nya. Yakin
terhadap Malaikat membuat Muslim menyadari bahwa makhluk Allah yang paling taat
ini, akan selalu mencatat segala perbuatannya di dunia, sehingga amal perbuatan
Muslim selalu dipenuhi dengan hal-hal positif. Yakin terhadap kitab, membuat
muslim selalu membaca panduan hidupnya setiap saat. Yakin terhadap Rasul,
membuat Muslim memantapkan langkahnya hidup di dunia, bahwa Allah tidak
meninggalkannya tanpa pemandu perjalanan yang panjang ini. Yakin terhadap hari
akhir, membuat muslim tahu akan tujuan akhirnya. Iman kepada qadla dan qadar
membuat muslim menyadari akan tanggung jawabnya hidup di dunia, sehingga tidak
terjatuh pada keyakinan jabariyah atau keyakinan qadariyah.
2.
Shihhatul
‘Ibâdah (Ibadah yang benar)
Anda sekarang sudah yakin
dengan perjalanan yang sedang anda lakukan ini. Tinggal bagaimana anda harus
melaluinya dengan baik, sehingga tidak tersesat. Karenanya, ibadah adalah
implementasi dari sebuah keyakinan. Yang perlu kita sadari adalah, bahwa ibadah
dalam Islam bukanlah merupakan taklif (pembebanan), melainkan tasyrif
(pemuliaan) dari Allah Swt. Ketika seorang manusia dijuluki oleh Allah
‘ibadullah, maka ia termasuk orang-orang yang dikasihi-Nya.
Ibadah dalam Islam bukan hanya
mencakup ritual keagamaan semata, semisal: shalat, zakat, puasa dan haji,
tetapi semua lini kehidupan di dalam memakmurkan dunia ini yang tidak
bertentangan dengan landasan Al-Quran dan Sunnah, semisal mencari nafkah secara
halal, berhubungan baik dengan keluarga, menuntut ilmu dan lain sebagainya.
Sebagaimana firmannya:
“Jika shalat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Jum’ah : 10)
Demikianlah, seorang Muslim
harus memahami arti ibadah dengan benar. Ibadah yang benar lahir dari aqidah
yang benar. Ibadah yang benar adalah ibadah yang membawa pengaruh bagi dirinya,
orang lain dan melahirkan ketaqwaan.
3.
Matînul
Khulûq
(Akhlaq yang kokoh)
Memang, menjadi orang baik itu
sulit, namun amat mudah bagi yang memiliki tekad dan kemauan. Awal dari segala
sesuatu itu susah. Namun, jika anda sudah terbiasa, anda tidak akan pernah
mengatakannya sulit. Ingatkah Anda ketika pertama kali anda belajar naik
sepeda? Mungkin anda pernah berfikir, bagaimana caranya menjalankan sepeda yang
hanya mempunyai dua roda. Pertama yang anda lakukan adalah duduk di sadel, menurunkan
kedua kaki di tanah, dan tangan memegang kendalinya. Semuanya berjalan dengan
baik. Lalu, salah satu dari anda mulai untuk menggenjot sadel di satu sisinya.
Anda gugup, baru beberapa meter, anda kehilangan kendali dan ups… terjatuh.
Setelah beberapa kali
mencobanya, anda sudah mulai terbiasa memegang kendali, menjaga keseimbangan
dan menggenjot pedal dengan nyaman. Anda sudah lupa, kesulitan pertama kali
menjalankannya, dan ternyata naik sepeda itu nikmat. Demikianlah, ketika anda
berlatih mengendalikan diri, membiasakan dengan hal-hal yang baik, dan menjauhi
sikap-sikap yang tidak berguna. Semakin dibiasakan, perilaku itu keluar dengan
sendirinya secara otomatis. Inilah yang disebut akhlaq, yaitu perilaku yang
keluar secara otomatis, dan mencerminkan ekspresi diri seseorang di segala
tempat dan waktu. Jadi, akhlaq bukanlah perilaku kondisional, yang hanya
diekspresikan pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi memiliki akhlak yang
komit, tidak fluktuatif, dan tidak berubah dalam kondisi bagaimana pun. Allah
Swt berfirman:
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memiliki akhlak yang agung". (QS. Al-Qalam :4)
4. Tsaqôfatul Fikr (Wawasan pengetahuan yang luas)
Menjalani kehidupan di dunia
ini tidak hanya sekedar mengandalkan keyakinan, ibadah dan akhlaq. Siapapun
orangnya, ketika sedang melakukan perjalanan pasti membutuhkan pengetahuan
tentang apa yang sedang ia tuju. Ketika anda hendak beranjak ke Kairo,
misalnya, anda tentu mencari informasi tentang kondisinya, cuacanya, budayanya,
makanannya, dan hal-hal lain yang perlu anda persiapkan sejak dini. Dengan
informasi itulah anda mampu mengira-ngira apa yang dapat anda kerjakan
sekarang, untuk persiapan nanti.
Begitu pula halnya dengan
kehidupan yang sedang kita jalani ini. Anda tentu membutuhkan
informasi-informasi yang diperlukan dalam melanjutkan perjalanan hidup. Wawasan
itulah yang akan memandu perjalanan hidup anda. Proses yang sedang anda jalani
dalam hidup ini juga tidak lepas dari pengalaman-pengalaman yang akan menjadi
guru terbaik bagi anda. Allah Swt berfirman:
“Katakanlah:
“Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesunguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran” . (az-zumar : 9)
Karenanya, bagi seorang
muslim, mencari ilmu pengetahuan merupakan salah satu kewajiban.
5. Quwwatul Badân (Tubuh yang kuat)
5. Quwwatul Badân (Tubuh yang kuat)
Kesempurnaan itu dambaan
setiap orang. Masing-masing akan mencoba mencapai kesempurnaan diri, sesuai
dengan kemampuannya. Dengan kekuatan itulah setiap orang akan berusaha mencapai
keseimbangannya. Seahli apapun anda mengendarai sepeda, jika ban di rodanya
kempes, tentu anda tidak akan dapat berbuat banyak, hingga ban itu baik
kembali.
Karenanya, persiapkanlah
jasmani Anda sebaik mungkin untuk dapat melanjutkan perjalanan anda secara vit
dam prima. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang
harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan
Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Nabi bersabda: yang artinya:
"Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim, Ibnu majah dan Imam Ahmad)
Oleh karena itu, kesehatan
jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit
jauh lebih utama daripada pengobatan. Namun demikian, sakit tetap kita anggap
sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi.
6. Al-Qudrah
‘ala al-Kasbi (Mampu mencari nafkah)
Sekarang, anda sudah
sedikit-banyak, mengerti tentang bagaimana seharusnya menempuh perjalanan hidup
ini. Sebagaimana seseorang yang sedang dalam perjalanan, anda harus mempunyai
dua bekal. Pertama, bekal persiapan untuk tujuan akhir nanti setelah sampai
tujuan. Yang kedua, bekal dalam perjalanan.
Nah, begitu pula di dunia ini.
Hidup di dunia adalah suatu perjalanan, tujuan kita adalah akhirat. Namun,
persiapan bekal untuk akhirat, tidak menutup kita untuk mempersiapkan bekal
dalam perjalanan hidup di dunia ini untuk diri sendiri dan keluarga. Rasulullah
pernah mengingatkan kita untuk bisa menyeimbangkan antara keduanya. “Bekerjalah
untuk duniamu, seakan-akan kau akan hidup selamanya. Dan beramal buat
akhiratmu, seakan-akan kau akan menemui ajal esok pagi.”
Agama kita melarang umatnya
untuk bersikap santai, bermalas-malasan dan bertopang dagu. Para sahabat
mencontohkan, jika terdengar adzan maka mereka segera ke masjid, jika selesai
melaksanakan kewajibannya maka mereka kembali bertebaran di muka bumi untuk
kembali melanjutkan usahanya sambil berdoa,”Ya Allah, kami telah memenuhi
panggilan-Mu dan telah melaksanakan apa yang telah Engkau wajibkan, sekarang
kami menyebar (berusaha) sebagaima Engkau perintahkan, maka berilah kami rizki
karena Engkaulah sebaik-baik Pemberi Rizki.
7. Nâfi’an li Ghairihi (Bermanfaat bagi lainnya)
7. Nâfi’an li Ghairihi (Bermanfaat bagi lainnya)
Banyak orang yang menyangka,
bahwa keberhasilan adalah semata-mata kesuksesan yang diperoleh seseorang
secara individu. Kita akan merasa bangga telah berhasil memperoleh gelar
sarjana, majister, atau bahkan doktor. Atau kita merasa bangga telah memperoleh
keuntungan bermilyar-milyar, masuk dalam kantong sendiri. Benarkah itu yang
disebut keberhasilan dalam pribadi seorang Muslim?
Seorang muslim yang berhasil
adalah yang mampu menjadi pelita bagi sekelilingnya. Ia mampu menerangi
keluarga dan masyarakatnya, dengan sikap, perilaku, ilmu, harta, dan amal
nyata. Pantulan dirinya sebagai muslim benar-benar dirasakan, sehingga dapat
menebar kesejukan orang-orang yang bersamanya. Sebaik-baik muslim adalah yang
bisa memberi manfaat bagi orang lain. Relevan dengan sabda Rasulullah Saw: yang
artinya:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang selalu
diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, adapun seburuk-buruk kalian
adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari
kejahatannya.” (HR. Ahmad)
8. Hârisan ‘ala waqtihi (Mampu mengatur waktu)
Allah SWT banyak bersumpah di
dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal
asri, wallaili dan seterusnya.
Banyak masalah yang timbul,
karena seseorang tidak mampu mengatur waktunya dengan baik. Ia tidak bisa
mencapai target dari rencana. Ia kehilangan beberapa momen penting, hanya
karena waktu yang telah berlalu begitu saja di hadapannya. Untuk itu, pribadi
Muslim selalu siap dengan situasi dan waktu. Ia dapat mengatur seberapa banyak
waktu untuk beribadah mahdhah, dan untuk bermu’amalah. Semuanya perlu diatur
sehingga seimbang.
Waktu adalah kehidupan,
sehingga orang yang tidak bisa mengatur waktu akan kehilangan momen hidupnya,
bahkan bisa tergilas dengan waktunya sendiri. Sebagaimana pepatah Arab
mengatakan: yang artinya
“Waktu
itu bagaikan sebilah pisau, jika tidak kamu gunakan untuk memotong, niscaya ia
yang akan memotongmu!”
Sehingga seorang muslim tidak
akan menjadi manusia yang merugi sebagaimana yang disinyalir dalam QS. Al
Ashr:1-3.
9. Munâzhzhoman
fi syu’ûnihi (Mampu mengatur urusannya)
Hidup kita di dunia ini penuh
dengan berbagai aktifitas yang luar biasa banyaknya. Karena itu, sebagai
seorang muslim harus pandai untuk memilah dan memilih, mana saja aktifitas yang
sesuai dengan pandangan hidupnya sebagai seorang muslim berdasarkan skala
prioritas. Karena pada prinsipnya, tugas atau kewajiban itu lebih banyak
daripada waktu yang tersedia.
Dengan kata lain, suatu urusan
mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme
harus selalu diperhatikan. Nabi bersabda:
10. Mujâhidan
linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Mujâhadatunnafs merupakan
salah satu upaya yang mesti bagi setiap pribadi muslim, karena setiap manusia
memiliki kecenderungan kepada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan
kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya
tekad dan kesungguhan. Karena hawa nafsu adalah sebesar-besarnya jihad di dalam
Islam, seperti apa yang telah dikatakan oleh Sayidina Ali Karamallahu wajhah
sepulangnya dari peperangan Badar Al-Kubra yang dahsyat dengan mengatakan masih
ada jihad yang lebih besar lagi daripada peperangan yang baru saja berlalu.
Dalam kesempatan lain Nabi Saw mengatakan: yang artinya:
"Tidak beriman seseorang
dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa
(ajaran Islam)". (HR. Hakim)
Demikianlah sepuluh sifat yang
harus dimiliki oleh setiap muslim agar menjadi muslim sejati sebagaimana yang
digariskan oleh Al-Quran dan Sunnah. Hal tersebut tidak akan kita miliki, kecuali
dengan amal usaha yang sungguh-sungguh, melalui pendidikan dan pengarahan yang
intensif secara berkesinambungan dan kontinyu, hingga akhir hayat kita. Orang
yang memiliki kesepuluh sifat ini, insya Allah dapat diandalkan dalam memikul
Misi Risalah Islam. Dengan kesepuluh sifat ini, Islam akan benar-benar
memancarkan rahmatan lil ‘alamin..
بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني
واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم انه هو الغفوررحيم
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Editor Buku Khutbah MUI Kabupaten
Kerinci tahun 2011
1. Drs.
H. Martunus Rahim, M.Ag.
2. Drs.Pahyatmir
3. Dr. H. Masnur Alam, M.PdI
4. Dr. Ahmad Jamin, S.Ag., S.IP., M.Ag.
5. Suriyadi, S.Ag., M.Ag.
6. Mhd. Rasidin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar